Juli 2012

Meraih Cinta di Bulan Ramadhan


Kirim Print

Ilustrasi. (inet)
ikadikobar.blogspot.com - Bermula dari asal mula terciptanya nenek moyang manusia yaitu Adam dan Hawa tiada lain karena cintaNya agar mereka berdua bisa menikmati indahnya kehidupan di surga, namun karena Adam dan Hawa telah melakukan perbuatan yang tidak di cintai oleh Allah SWT seketika itu cintaNya berubah menjadi hukuman. Adapun diturunkannya mereka berdua ke dunia disebabkan karena kesalahan mereka sendiri tidak mentaati perintahNya.

Begitu juga ketika kita berbicara tentang cinta di bulan Ramadhan ini, tentunya yang terpikirkan oleh kita adalah bagaimana meraih cinta Allah di bulan yang penuh berkah ini. Karena di bulan Ramadhan ini, Allah Ta’ala benar-benar obral pahala. Dia memberikan cintaNya kepada kita semua, dengan beragam kesempatan untuk mengumpulkan pahala di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Itu sebabnya, sangat aneh sekali jika kita tidak berusaha semaksimal mungkin untuk meraih cintaNya itu.

Namun sangat di sayangkan karena dalam prakteknya tidak sedikit orang yang berusaha dan berlomba untuk meraih cinta di bulan Ramadhan ini tidak tahu caranya untuk meraih cinta di bulan Ramadhan ini, bahkan ada sebagian yang tidak mau tahu caranya untuk meraih cinta tersebut. Ada yang puasa biar berat badannya menurun. Rela menahan lapar dan haus tapi lisannya sering menyakiti orang lain, lidahnya di gunakan untuk ngegosip alias membicarakan kejelekan orang lain dan bahkan ada yang rela tidak melakukan pekerjaan berat hanya untuk menambah jam tidurnya. Itu sebabnya, Rasulullah saw bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (H.R. Ahmad)


Nah, jika di bulan Ramadhan ini kita ingin meraih cinta dari Allah Swt, maka kita harus tahu sesuatu yang menjadikan Allah cinta kepada kita. Di antaranya yaitu melakukan semua yang di perintahkan oleh Allah Swt kepada kita seperti shalat, zakat, puasa dan memperbanyak amalan-amalan sunah lainnya seperti shalat sunah rawatib serta shalat sunnah lainnya, bershadaqah, berdzikir, membantu orang lain dan menjauhi segala larangan-laranganNya.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah akan membukakan pintu-pintu surga dan menutup pintu neraka. Itu artinya, Allah memberi kesempatan kepada kita untuk berbuat lebih banyak dalam mengumpulkan pahala. Sabda Rasulullah SAW: “ Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah hadits qudsiy Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, bau mulut orang berpuasa benar-benar lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi. Dia meninggalkan makanannya, minumannya, syahwatnya semata-mata karena Aku. Puasa itu adalah bagiKu. Dan Aku sendirilah yang akan memberikan pahalanya. Dan kebajikan (pada bulan Ramadhan) diberi pahala dengan sepuluh kali lipat kebajikan yang semisalnya.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah).
Oleh karena itu jika kita ingin mendapatkan pahala di bulan Ramadhan karena cinta kita kepada Allah SWT. tentunya kita harus meraihnya dengan aturan yang sudah dijelaskan melalui tuntunan Allah dan RasulNya.

Cita-Cita Surgawi

Oleh: Herdiansyah

Kirim Print

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com - Bismillahirrahmaanirrahiim…
Sahabat-sahabatku para pengejar mimpi. Kalian para kesatria yang dalam proses menggapai cita-cita surgawi. Sebagai seorang insan yang terlahir sesuai fitrahnya; sebagai penyandang gelar pemuda-pemudi yang telah dewasa secara Biologis dan Fisikologis. Tak bisa dipungkiri, bahwa terkadang rasa sepi dalam kesendirian itu menyakitkan; sendiri dalam keramaian “trend masa kini” itu menggalaukan. Seakan hidup gersang, tak seindah yang dirasakan oleh mereka yang telah mendahului kita dalam menggapai sunnah Rasul-Nya itu. Dalam ikrar suci yang diridhai.
Tatkala semua kawan telah berlayar dengan bahtera indah itu, ketika mereka telah mereguk manisnya secangkir madu itu, kita semakin iri saja dibuatnya. Ya. Semakin iri, pasti kalian merasakannya.


Syair berirama dengan syahdunya: “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”, “Hidup tanpa cinta bagai jiwa tanpa raga” pasti selalu menemani hari-hari kita, jika cinta itu diartikan hanya kasih sayang sesama lawan jenis saja. mungkinkah sang taman terlihat indah jika tak ada setangkai bunga pun bersamanya; bagaimana kondisi jiwa tanpa raga. Mungkinkah telaga itu indah jika tak ada setetes air pun di dalamnya. Entahlah…!

Namun saat ini, banyak di antara kita yang terjebak dalam rasa itu. Ingin merasakan indahnya bunga-bunga cinta yang tersemat layaknya mereka yang telah halal dalam ikatan suci. Serta terbuai dalam sensasi yang sebenarnya bumbu-bumbu maksiat made in iblis yang terlaknat. Padahal mereka belum siap lahir batin melaju dalam ikrar suci yang diridhai. Yang akhirnya menjadikan mereka  Bermesra dalam label “cinta ilahi” dan “ta’aruf” ala remaja Islam masa kini. Yang tentunya hanya label belaka, karena prakteknya sangat jauh dari tuntunan yang ada (bahkan tidak ada). Bahkan terkadang yang mereka lakukan (maaf) sama sekali tak mencerminkan akhlak individu yang  beragama. Karena “cinta ilahi” (cinta karena Allah) tentu adanya setelah terucapnya ikrar suci bersama (nikah), dan “ta’aruf” dengan perantara orang lain yang dipercaya.

Berat pasti terasa untuk menghindar dari sebuah rasa itu. Rasa yang tak sekadar rasa, karena rasa itu fitrah dari Yang Kuasa, yang merupakan anugerah terindah dari-Nya. Namun tentu Dia punya aturan terindah atas anugerah terindah-Nya itu. Iya. Dia punya instruksi atas rasa itu.
Karana kasih sayang-Nya, Dia instruksikan aturan itu. Jagalah pandangan, peliharalah kemaluan, agar kita tak salah jalan. Sungguh indah aturan itu kala kita mampu merealisasikan. Tak ada “hubungan cinta” tanpa akad suci itu. Jangankan berpegangan tangan atau duduk berduaan. Memandang saja ada aturan. Bahkan terlarang.

Jika kita memang sedang dihadapkan oleh asa untuk mengejar cita-cita surgawi, atau waktu belum tiba menentukan saatnya. Di sinilah kita menguji kesabaran kita dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Yang untuk ukuran masa kini tentu sangat sulit sekali bagi kita untuk bertahan agar tetap istiqamah. Karena dari depan-belakang; kiri-kanan serangan trend masa kini, selalui membidik kita.

Tapi apalah mau dikata, demi cita-cita surgawi mari kita berusaha menepis bayangannya untuk sementara saja, karena takdir sudah tertulis rapi di lauh mahfudz, jika memang takdir itu tertulis untuk kamu dan dia, maka hati itu nantinya akan menemui tempat berlabuhnya yang terindah. Biarkan angin itu berhembus, biarkan air itu terus mengalir, biarkan proses itu berjalan berotasi.

Wahai para pengejar cita-cita surgawi, ketepikan cintamu untuk sementara terhadap  lawan jenis yang belum halal secara syariat kau berdua dengannya. Jangan biarkan cita-citamu hanya menjadi sebuah angan-angan belaka hanya karena seorang gadis atau jejaka yang belum halal oleh ikatan suci itu. Ingat, takdirmu sudah tertulis, jodohmu sudah ditentukan, bidadari atau kesatriamu akan setia menunggu. Tugasmu sekarang adalah membekali diri agar layak bersanding dengannya. Jika shalihah yang kau pinta maka keshalihanmu perlu ditempa; bila shalih yang kau nanti, maka keshalihanmu harus dipupuk dan dijaga, biar tak seperti punguk yang merindukan sang rembulan.

Bekali diri dengan mutiara-mutiara ilmu hikmah, agar bahtera yang kau bina nanti mampu berlabuh dalam lautan cinta mawaddah wa rahmah. Hiasi diri dengan mozaik-mozaik cinta pada sang ilahi, agar mahligai yang kau bina nanti diridhai dan kekal abadi. Hindari cinta nafsu tanpa ikatan suci itu, agar keberkahan cinta dalam bejana bening suci itu kau reguk bersama dalam naungan cinta Rahmaan-Rahiim-Nya yang tak terbatas.

Semoga kita selalu dijaga oleh-Nya, dari cinta nafsu tanpa ikatan suci itu, serta diberi kekuatan cinta untuk bertahan dalam tandus sahara trend masa kini yang jauh dari aturan-aturan syariat-Nya. Allahu musta’an.

Oleh: Tim dakwatuna.com

Kirim Print

PM Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan istri (tengah) menonton pertandingan bola basket di Olimpiade London 2012, Turki vs Angola, pada tanggal 28 Juli 2012 di arena basket di London. Turki menang 72-50. (Getty Images)

dakwatuna.com – London. Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan heran, mengapa negara yang berpenduduk mayoritas muslim tidak pernah menjadi tuan rumah Olimpiade. Keheranan itu disampaikan Erdogan usai menonton tim bola basket wanita Turki mengalahkan Angola 72-50 di laga perdana Olimpiade London 2012, Ahad (29/7) waktu setempat.




“Tidak ada negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade,” sebut Erdogan di London. “Orang akan bertanya apa yang hilang di negara-negara muslim?”
Erdogan yang datang bersama istrinya, Emine Erdogan dan putrinya, Sümeyye Erdogan sedang berupaya mempromosikan Istanbul menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. Bahkan dikabarkan, sebelum upara pembukaan Olimpiade 2012, Erdogan menemui kepala Komite Olimpiade Internasional (IOC), Jacques Rogge pada 27 Juli lalu.

“Itu adalah pertemuan yang baik, keputusan akan dibuat Rogge dan ketua Olimpiade berikutnya akan mengikuti persiapan dari kota tuan rumah,” terang Erdogan.
Bulan lalu, IOC memang memilih Istanbul, Tokyo dan Madrid menjadi kandidat tuan rumah Olimpiade 2020. Namun, tuan rumah Olimpiade 2020 dan Praolimpiade baru diumumkan 7 September 2013 mendatang.

Tak hanya menyodorkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade. Negeri ‘dua benua’ itu juga menawarkan diri sebagai tuan rumah Piala Eropa 2020. Namun, IOC dan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) sepakat jika, Turki tak bisa menjadi tuan rumah pada dua kejuaraan berbeda di tahun yang sama.
“Istanbul adalah kota di mana Eropa dan Asia bertemu, sebuah persimpangan peradaban yang berbeda,” sebut Erdogan.

“Semua negara Eropa menderita kesulitan ekonomi, tetapi Turki adalah di tempat yang berbeda. Kami tidak memiliki kelemahan ekonomi untuk menjadi tuan rumah Olimpiade.”
Erdogan secara tersirat juga menyindir Kota Madrid yang kembali mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade. “Ini adalah ketiga kalinya untuk London, Madrid sudah dua kali,” ujarnya mengakhiri. (Karta Raharja Ucu/hurriyetdaily.com/ROL)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Sejuta Semangat Buat Saudaraku: Muslim Rohingya


Kirim Print

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com - Muslim Rohingya dizhalimi hari ini. Muslim yang sangat taat kepada Rabb- Nya dibantai tanpa alasan yang jelas. Wanita muslim Rohingya mengingatkan kita pada sosok Sumayyah yang keimanannya tidak luntur walau ditimpa ujian besar. Keyakinan akan kenikmatan dari Allah yang lebih nikmat dibanding janji- janji penguasa menjadi satu kekuatan besar baginya. Pun laki- laki muslim Rohingya, kita belajar dari Yasir suami Sumayyah. Keluarga ini semoga mampu menjadi peneguh hati bagi saudara kita di Myanmar.

Lebih Dekat dengan Muslim Rohingya
Muslim Rohingya adalah etnis minoritas yang tinggal di daerah Arakan, Myanmar. Mereka adalah warga Myanmar, namun serasa tidak dianggap. Bahkan mereka juga dikabarkan sebagai warga Bangladesh disebabkan mereka tinggal di Arakan yang berada di dekat Bangladesh. Mereka seolah etnis yang tidak diketahui statusnya di wilayah negara mana.
Populasi Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7 juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.


Mereka kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.

Berbagai kekejaman militer dan pemerintah Myanmar kepada umat Muslim Rohingya cukup menyadarkan kita betapa perlunya kita bersyukur dengan kondisi kita di negara Indonesia. Di sana, di Myanmar masjid tempat beribadah umat Muslim dihancurkan. Al Qur’an kitab suci umat Muslim dirobek dan dibakar. Tidak hanya itu, agama pun tampaknya dipermainkan oleh kaum laknatullah itu. Bahkan, Pemerintah Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga negara kelas tiga. Umat Islam di negara itu juga merasakan diskriminasi di bidang pekerjaan dan pendidikan. Sehingga mereka yang tidak ingin mengganti agamanya di kartu tersebut, maka mereka haru bersiap untuk tidak mendapatkan peluang menjadi tentara atau pegawai negeri.

Kemudian dengan seenak hatinya militer Myanmar membantai mereka, mengusir dari tanah mereka dan melakukan berbagai penyiksaan kepada mereka yang melakukan perlawanan maupun tidak. Pembantaian dan penyiksaan ini bukan baru saja terjadi, namun sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948 Muslim Rohingya sudah mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya. Pembantaian itu seolah sudah hal yang lumrah ditimpakan bagi mereka karena sedikit pun pemerintah tidak ambil pusing terkait hal ini. Sungguh biadab sekali perbuatan mereka. Biarlah Allah yang akan menurunkan azabnya kepada mereka yang sedikit pun tidak memiliki rasa perikemanusiaan.

Apa Kata Dunia?
Dunia bungkam. Dunia seolah- olah tutup telinga dengan kejadian ‘penghilangan’ nyawa manusia. Ketika 12 orang mati akibat tembakan si Joker di Colorado, dunia gempar. Namun saat 6000 lebih jiwa meninggal akibat kekejaman militer Myanmar, dunia hening. Beginikah nasib orang yang ‘termarginalkan’? Amerika Serikat yang ngakunya pejuang HAM, di mana? Di mana pula PBB yang katanya melindungi seluruh negara?
Nasmiya Bokova, jurnalis dan wakil pimpinan redaksi majalah Muslimanka terbitan Bosnia, mengecam Amerika Serikat dan sekutu Baratnya yang tak bereaksi soal pembantaian Muslim Rohingya di Myanmar. Sebagai negara yang mengaku pejuang HAM, sikap AS dan negara Barat tersebut sungguh mengejutkan. ”Sangat mengejutkan sekali negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat yang mengklaim sebagai pejuang hak asasi manusia itu
tidak mereaksi peristiwa tersebut,” katanya.

Ini patut menjadi satu bahan renungan bagi kita bersama. Saat kita yang mungkin selama ini mengagung- agungkan Amerika Serikat yang super power, nyatanya ia tidak bisa berbuat apa- apa untuk keadaan yang dialami Muslim Rohingya. Bisa jadi itu adalah satu kesengajaan atas kebenciannya yang memuncak pada umat Islam dan bisa jadi inilah yang sebenarnya dinanti- nantikan oleh negara ini. Lenyapnya umat Islam dari satu negara ke negara lain adalah cita- cita besar mereka.  Namun yakinlah Allah tidak akan membiarkan mereka berbuat semena- mena.

”Mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar, dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembuat makar.” [Ali Imran: 54]
”Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir itu) me-rencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun merencanakan tipu daya pula, dengan sebenar-benarnya.” [Ath-Thariq: 15-16]

Semoga Muslim Rohingya mendapat perlindungan khusus dari Allah ketika memang perlindungan dari tangan manusia tidak mampu menggapainya. Sesungguhnya Allah sebaik- baik pelindung. Momen Ramadhan kali ini semoga sarat makna dengan berbagai bantuan yang kita berikan pada saudara kita di Myanmar hingga kita memang memiliki peran atas bantuan kepada mereka.

ikadikobar.blogspot.com - Pangkalan Bun. Disuasana pagi Ramadhan yang cerah tepatnya pada hari Sabtu pekan kedua Ramadhan 1433 H, Pengurus Daerah Ikatan Da'i Indonesia Kabupaten Kotawaringin Barat bekerja sama dengan Kelompok Sholawatan Ibu - Ibu Masjid Besar Sirajul Muhtadin serta PKK Kabupaten Kotawaringin Barat kembali mengadakan kegiatan Majelis Duha yang dilaksanakan di Masjid Besar Sirajul Muhtadin Pangkalan Bun. Dalam Majelis Duha kali ini dipandu oleh Ust. Misturah Japri. 

Suasana menjadi hening, nikmat dan haru ketika pembacaan tilawah mulai dibawakan oleh ananda Rijal bin Madiwar. Banyak anggota sholawatan terutama ibu-ibu yang merasakan hal demikian, bahkan mata mulai berbinar dan akhirnya sembab dengan air mata. Setelah itu dilanjutkan dengan pemateri pertama yaitu Ust. Madiwar yang menyampaikan tentang semangat muslim dalam mengisi hari-hari kita dengan amal ramadhan.

Selanjutnya meteri dilanjutkan oleh Ust. H. Ibrahim Syahid yang menjelaskan tentang hikmah puasa Ramadhan diantaranya adalah pertama puasa adalah benteng kita, karena dengan puasa kita selamat dari dosa, selamat dari neraka, selamat dari ghibah, selamat dari kata dusta karena jika tidak maka pahala puasa kita bisa rusak. Oleh karena itu tidak heran jika dengan puasa nafsu para pemuda yang belum siapa untuk menikah bisa dikendalaikan karena puasa adalah benteng dan perisai dari gejolak syahwat dan dosa. 

Hikmah kedua yang disampaikan oleh Ust. Ibrahim adalah bau mulut orang yang berpuasa itu lebih disukai oleh Allah dari bau misk atau kesturi. Hikmah yang ketiga adalah puasa memberikan kesempatan bagi tubuh khususnya pencernaan untuk melakukan detoksifikasi atau pengeluaran racun dan sel-sel rusak yang ada dalam tubuh melaui air seni dan pembuangan lain, istilah ust Ibrahim dengan puasa maka tubuh kita mendapat istirahat sejenak untuk perbaikan. Dimana kata beliau pabrik sawit yang beroperasi 24 jam itu hanya memproses sawit saja sedangkan tubuh kita tidak hanya satu jenis tapi banyak jenis dimulai dari nasi, sayur, ikan, daging dan banyak lagi.

Hikmah yang keempat adalah untuk mendapat dan menggapai derajat taqwa. Setelah acara selesai dilanjutkan dengan tanya jawab, dan pembagian doorprize kepada peserta yang bertanya dan dapat menjawab pertanyaan dari ust. H. Ibrahim.

Kegiatan Majelis Duha di Masjid Besar Sirajul Muhtadin berakhir pada pukul 11.00 wib. Insya Allah pada pekan yang akan datang akan diisi oleh Ketua Rumah Keluarga Indonesia Kabupaten Kotawaringin Barat Ely Hikmah dan Ketua Himpaudi Kobar Ibu Yuni.

Rabu, Juli 25, 2012

NU dan Muhammadiyah Tetapkan Idul Fitri 19 Agustus 2012

Kirim Print
Ilustrasi – Shalat Idul Fitri di Jakarta (al-khansa.org)
dakwatuna.com - Setelah berbeda dalam penentuan awal puasa Ramadan, warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) akan merayakan Hari Raya Idul Fitri secara bersamaan. Dalam kalender kedua ormas Islam tersebut, 1 Syawal 1433 H ditetapkan pada tanggal yang sama, yakni 19 Agustus 2012.

Salah satu pimpinan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Marifat Iman membenarkan kemarin, sebagaimana yang diberitakan oleh Media Indonesia. “Idul Fitri sama, yaitu pada 19 Agustus 2012, karena pada 17 Agustus posisi hilal masih di bawah ufuk. Maka bulan baru 1 Syawal 1433 H jatuh pada lusa harinya, yaitu 19 Agustus,” tegas Marifat.

Dengan posisi hilal seperti itu, tambah Marifat yang juga anggota Komisi Fatwa MUI Pusat ini, semua umat Islam akan sepakat menetapkan awal bulan pada lusa harinya.
Hal senada juga dikemukakan Rois Syuriah PBNU KH Masdar F Masudi. Menurut Masdar, kalender NU menetapkan 1 Syawal juga pada 19 Agustus 2012. “Sebenarnya NU juga mempunyai hitungan hisab yang diperkukuh dengan rukyat atau melihat hilal atau bulan itu,” kata Masdar.


Kebersamaan menentukan 1 Syawal itu, kata dia, baik karena tidak membingungkan umat.
Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) juga berharap perayaan Idul Fitri berlangsung serempak pada 19 Agustus 2012. “Alhamdulillah, saya kira kita semua berharap dapat merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1433 H bersamaan, secara serempak,” kata Dirjen Bimas Islam Kemenag Abdul Djamil kepada Media Indonesia, kemarin.

Namun, tambah Abdul, pemerintah tetap akan memutuskan hal itu melalui sidang isbat setelah memperoleh konfirmasi rukyat.
Akhir pekan lalu, Ketua Dewan Masjid Indonesia yang juga mantan Wapres Jusuf Kalla menegaskan bahwa seluruh umat Islam Indonesia akan merayakan Idul Fitri secara serempak pada 19 Agustus 2012. (Bay/Ant/X-9/MICOM)

Rabu, Juli 25, 2012
Oleh : Muhaimin Iqbal

ikadikobar.blogspot.com - Dalam cerita rakyat Yunani kuno dikisahkan suatu hari tiga orang prajurit singgah di perkampungan yang miskin akibat korban perang. Dalam kondisi letih dan lapar mereka sebenarnya berharap ada salah satu dari masyarakat desa tersebut yang bisa memberinya tumpangan untuk isitirahat dan sedikit makanan. Alih-alih mendapatkan pertolongan, yang ada masyarakt desa malah berkeluh kesah tentang problem mereka, kerusakan desa, gagal panennya dan kemiskinan yang melanda. Maka tiga prajurit yang gagah berani ini terpanggil untuk memberi solusi bagi desa yang kehilangan kepemimpinan tersebut

Dikumpulkannya masyarakat desa dengan woro-woro bahwa para prajurit yang datang ke desa itu akan mengajari masyarakat untuk membuat sop dari batu. Siapa yang tidak tertarik ?, kalau batu saja bisa jadi sop – pasti desa itu tidak lagi ada problem pangan – pikir mereka.

Setelah masyarakat ngumpul, mulailah para prajurit ini mangajak masyarakat untuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun besar. Mereka juga minta disediakan kwali yang paling besar yang ada di desa itu agar semua kebagian sup batu yang akan mulai dimasak. Untuk batunya sendiri tidak perlu banyak, cukup tiga batu ukuran kecil.

Dengan penasaran masyarakat menyaksikan air yang mulai mendidih di kwali besar, mereka juga mengamati tiga prajurit yang membagi tiga batu kecil tersebut satu per satu diantara mereka bertiga.

Prajurit pertama mulai memasukkan batunya ke kwali sambil berkata “…nggak usah kawatir, ini akan menjadi sup yang enak…”.  Prajurit kedua mengikuti “…ini akan cukup untuk semua yang hadir disini…”. Prajurit ketiga-pun mengikutinya ambil berkata : “…akan tambah enak bila ada yang nambahi garam, kubis atau sejenisnya”.

Tiba-tiba diantara masyarakat yang hadir ada yang nyletuk : “ oh iya, di rumah saya ada garam…”, kemudian berlari dia mengambil garamnya. Yang lain ikutan : “…saya masih ada sedikit kubis di rumah…”, berlari pula dia mengambilnya. Yang lain tidak mau kalah, ada yang berlari mengambil wortel, lobak dan lain sebagainya.

Walhasil malam itu mereka berhasil memasak ‘sop batu’ dengan berbagai tambahannya yang lezat-lezat. Jumlahnya cukup banyak untuk berbagi ke seluruh yang hadir - Tentu saja tiga batu kecil yang dimasukan pertama ke kwali tidak perlu ikut dimakan !. Mereka makan kenyang malam itu dan tiga orang prajurit ini tidur kelelahan di tanah lapang desa itu.

Paginya mereka dibangunkan oleh suara ramai; rupanya masyarakat desa pagi itu kembali ke lapangan dengan membawa berbagai makanannya, ada roti, selai, keju dlsb.

Kepada tiga prajurit yang baru bangun tersebut, mereka menyampaikan : “ ….kami berterima kasih kepada Anda yang telah mengajari kami untuk berbagi, milik kami yang serba sedikit tidak cukup untuk kami sendiri…tetapi ternyata malah menjadi cukup ketika kita berbagi…”. Sejak peristiwa ‘sop batu’ tersebut masyarakat desa menjalani hidup dengan terus saling berbagi.

Inti dari pelajaran ini adalah dibutuhkan kepemimpinan di masyarakat untuk menyelesaikan masyalahnya. Ketika masyarakat dipimpin utuk berbagi – maka mereka akan berbagi. Di setiap harta kita ada hak orang lain yang meminta maupun yang tidak meminta, dan keberkahan itu akan datang bila hak tersebut memang kita berikan.

Berbagi tidak akan membuat orang jatuh miskin, malah sebaliknya dia akan memperoleh yang lebih banyak. Berbagi harta membuat harta bertambah berkah, berbagi ilmu membuat kita bertambah pintar. InsyaAllah. *)

*) geraidinar.com

Rabu, Juli 25, 2012
ikadikobar.blogspot.com - Di sore hari yang cerah, tepatnya pada Hari Senin 23 Juli 2012 atau bertepatan dengan tanggal 3 Ramadhan 1433, Bupati Kotawaringin Barat melakukan kegiatan buka puasa bersama di rumah kediaman pribadi beliau di Jalan H. M. Rafi'i Pangkalan Bun. 

Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai undangan dari wilayah Pangkalan Bun dan sekitarnya dengan jumlah lebih dari seribu orang. Para tamu undangan dalam acara buka puasa tersebut meliputi Unsur Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Danlanud Iskandar, tokoh agama seperti Pengasuh Pondok Pesantren Dar - Ar Raudhoh K.H. Arkani Bahran, Ketua MUI Kobar Chabib, S.Ag, dan banyak lagi para ustad, serta tokoh masyarakat dan jajaran pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintahan daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Rangkaian acara buka puasa tersebut yaitu pembukaan, sambutan Bupati Kotawaringin Barat DR. H. Ujang Iskandar, ST. M.Si, Pembacaan surat yasin dan tahlil yang dipimpin oleh Ketua MUI Kobar, doa, buka puasa bersama, sholat Magrib berjamaah, makan malam dilanjutkan dengan Sholat Isya dan Tarawih. Selanjutnya setelah tarawih juga diadakan tausiyah oleh Ust. Ibrahim dan dilanjutkan dengan witir dan salam-salaman.


Rabu, Juli 25, 2012
Kamis, 19 Juli 2012

ikadikobar.blogspot.com- Pelaksanaan ibadah puasa atau awal Ramadan 1433 H di Indonesia dipastikan akan dimulai, Sabtu (21/7/2012).

Namun sebagian umat Islam di Indonesia juga akan mulai melaksanakan ibadah puasa pada Jumat (20/7/2012). Walau berbeda, penetapan 1 Syawal dipastikan akan bersamaan, yakni jatuh pada 19 Agustus 2012.

Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba), Tb Hadi Sutisna, mengatakan, berdasarkan perhitungan, pada 19 Juli mendatang hilal (tinggi bulan) saat matahari terbenam masih kurang dari 2 derajat.

Pandu Triyuda - detikNews


ikadikobar.blogspot.com - Jakarta Pemerintah merilis jadwal hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2013. Jadwal ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri dan perwakilannya.

SKB terkait hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2013 ini ditandatangani Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Azwar Abubakar, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar serta Sekjen Kemenag Bahrul Hayat di kantor Kemenko Kesra, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (19/7/2012).

Usai ditandatangani, SKB dibacakan Agung Laksono. Menurut Agung, kebijakan cuti bersama bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja serta meningkatkan sektor pariwisata dalam negeri.

Agung menambahkan, cuti bersama merupakan kompensasi bagi PNS yang kesulitan mengambil waktu cuti namun tetap mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Misalnya seperti perbankan, RS dan sektor pelayanan publik lain, yang pengaturannya diserahkan pada manajemen kantor masing-masing.

"Setiap PNS hak cutinya 12 hari. Namun kebijakan itu diatur PNS itu sendiri. Bahwa hari libur nasional tahun 2013 yakni 14 hari dan cuti bersama 2013 yakni 5 hari," kata Agung.

Berikut daftar hari libur nasional 2013:

1. Tahun Baru 2013 pada Selasa 1 Januari
2. Maulid Nabi Muhammad pada Kamis 24 Januari
3. Tahun Baru Imlek 2564 pada Minggu 10 Februari
4. Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 pada Selasa 12 Maret
5. Wafat Isa Almasih pada Jumat 29 Maret
6. Kenaikan Isa Almasih pada Kamis 19 Mei
7. Hari Raya Waisak 2557 pada Sabtu 25 Mei
8. Isra' Mi'raj pada Kamis 6 Juni
9. Hari Kemerdekaan RI pada Sabtu 17 Agustus
10. Hari Raya Idul Fitri pada Kamis 8 Agustus dan Jumat 9 Agustus
11. Hari Raya Idul Adha pada Selasa 15 Oktober
12. Tahun Baru 1435 H pada Selasa 5 November
13. Hari Raya Natal Rabu 25 Desember

Sedangkan jadwal cuti bersama tahun 2013:

1. Cuti bersama Hari Raya Idul Fitri pada Senin 5 Agustus, Selasa 6 Agustus dan Rabu 7 Agustus

2. Cuti bersama Hari Raya Idul Adha pada Senin 14 Oktober

3. Cuti bersama Hari Raya Natal pada Kamis 26 Desember*)

*)  http://news.detik.com




A.      Tujuan Spandukisasi
a.     Mengajak umat Islam untuk menyemarakkan Ramadhan;
b.     Menyadarkan ummat untuk mempersiapkan penyambutan bulan yang penuh ampunan, rahmat, dan balasan yang berlipat dengan persiapan dan perencanaan;
c.      Meningkatkan semangat beramal dan perbaikan diri dan keluarga sebelum, pada saat dan sesudah Ramadhan dalam usaha menggapai ketaqwaan;
d.     Mengoptimalkan lembaga2 formal dan non formal sebagai sarana islahul ummat.

B.      Sasaran Kegiatan
Masyarakat pada umumnya, khususnya desa / kecamatan / tempat dimana lembaga/yayasan / Sholawatan/ Masjid berada.

C.     Waktu Pemasangan Spanduk
·         Untuk Qobla dimohon agar terpasang paling lambat tanggal 1 Juli 2012 / 11 Sa’ban 1433,
·         Untuk Asna Ramadhan pemasangan Paling lambat tangal 03 Ramadhan 1433/ 22 Juli 2012;
·         Untuk Bada Ramadhan Paling Lambat Tanggal 14 Juli 2012 / 25 Ramadhan 1433.

D.     Tema Spanduk
Dibawah ini ada beberapa pilihan atau contoh tema spanduk, jika masih belum pas atau kurang tajam sesuai dengan tujuan masing – masing bisa mencari tema yang dianggap pas.
D.1 Tema Spanduk Qobla Ramadhan
1.         Marhaban Ya Ramadhan – Saatnya Berbagi di Bulan yang Suci
2.         Marhaban Ya Ramadhan – Gapailah PRESTASI di Bulan yang Suci
3.         Tiada Bulan SEINDAH Ramadhan – Marhaban Ya Ramadhan
4.         Jika seluruh bulan adalah noda – Maka Ramdhanlah Pemutihnya – Marhaban Ya Ramadhan
5.         Bulan Ramadhan Bulan Keutamaan – Marhaban Ya Ramadhan
6.         Bersihkan Hati, Sucikan Diri – Marhaban Ya Ramadhan
7.         Bersihkan Hati dengan berbagi – Marhaban Ya Ramadhan
8.         Ingin SURGA harus berkorban – lapar dahaga di siang ramadhan – Marhaban Ya Ramadhan
9.         Sambut Ramadhan Bulan yang Suci – Mari Kawan Bersihkan Hati
10.      I LOVE RAMADHAN – Marhaban Ya Ramadhan
11.      Tiada Bulan Seberkah Ramadhan – Marhaban Ya Ramadhan

D.2 Tema Spanduk Asna Ramadhan
1.         Tiada bulan SEINDAH RAMADHAN – Raih TaQwa dengan Ramadhan
2.         Bulan Ramadhan Bulan Al Qur’an – Raih Keutamaan Bersama Qur’an
3.         Bulan Ramadhan Bulan Ampunan – Raih Surga bersama Ramadhan
4.         Ummat Rosulullah diistimewakan dgn Ramadhan – Gapailah TaQwa dengan Ramadhan
5.         Bulan Ramadhan Bulan Terpuji – Banyaklah berbagi di bulan yang suci
6.         Bulan Ramadhan Bulan Al – Qur’an  - Khatamkan Qur’an sebanyak kita bisa
7.         Orang Sholeh masuk SURGA – Anak Sholeh rajin baca dan puasa
8.         Bersihkan Hati dengan banyak berbagi – Gapailah taQwa di Ramadhan ini
9.         Ingin SURGA harus berkorban – banyak beramal di bulan ramadhan
10.      Ramadhan Bulan yang Suci – Mari Kawan Bersihkan Hati
11.      Tiada Bulan Seberkah Ramadhan – Gapailah BERKAH dengan banyak SEDEKAH
12.      Beramal di Lailatul Qadar >  baik dari beramal 1.000 bulan - Beri’tikaflah untuk meraihnya
13.      Carilah Lailatul Qadar di 10 malam terakhir... ingat.. 1 malam lebih baik dari 30.000 siang malam lo...
14.      Anak Sholeh... malam Lailatul Qadar itu  lebih baik dari 720 ribu jam lo....  Carilah Lailatul Qadar dgn doa & amal di 10 malam Ramadhan terakhir ya...
15.      Anak Sholeh... dgn puasa kita bisa jadi orang bertaQwa lo... 
dgn taQwa kita bisa bawa abi umi masuk surga juga.. Mau?.. Puasa ya..

D.3 Tema Spanduk Bada Ramadhan
1.         taqabbalallahu minaa wa minkum – Selamat Hari Raya Idul Fitri - Mohon Maaf Lahir & Bathin
2.         Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H – Semoga Allah SWT menerima amal kita semua
3.         ja’alanallahu wa iyyakum minal aidin wal faizin -  semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung
4.         taqabbalallahu minaa wa minka - Semoga Allah SWT menerima amal kami dan amal Anda”
5.         Anak Sholeh... Selamat Hari Lebaran... Semoga Amal Kita Semua diterima Allah Swt ya... amiin..
6.         Di Hari yang Fitri Pribadi Kembali Suci – Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H

E.      Anggaran Biaya Spanduk (harga Pangkalan Bun)
Adapun harga Spanduk sablon Rp. 35.000/m
Harga Spanduk cetak Rp. 50.000/m
Untuk harga yang lebih murah bisa menitip kepada teman yang sedang ke Banjar, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya atau sedang keluar daerah.

F.      Ukuran Spanduk
Ukuran Spanduk menyesuaikan, sesuai dengan tempat pemasangan, kebutuhan dan keuangan. Untuk ukuran tempat yang disediakan pemda di tepi jalan pada umumnya berukuran 6 meter.

G.     Pemasangan Spanduk
Pemasangan spanduk diharapkan dipasang dengan kuat, ditempat yang strategis sering dilalui orang atau di lingkungan kita yang memiliki posisi yang cukup strategis sehingga pesan dan tujuan pemasangan spanduk dapat tercapai dengan optimal.
      

Demikian tulisan kecil ini semoga ada manfaatnya dan bisa dishare dgn teman2 jika ada man


Kirim Print

Ilustrasi. (inet)
ikadikobar.blogspot.com - Menjadi baik serta beriman di bulan Ramadhan tampaknya tidak asing lagi kita temukan. Perubahan yang signifikan bisa saja terjadi pada seorang muslim ketika bulan Ramadhan tiba. Ada yang salah? Wah, tentu saja tidak. Itu adalah satu kesyukuran bagi kita. Namun tampaknya ada hal lain yang perlu kita perhatikan selain ketakwaan di bulan Ramadhan. Itu tentang kita di luar Ramadhan.

Jadilah generasi Rabbani, bukan Ramadhani.
Generasi Rabbani tak kenal henti. Ia terus bergerak dalam upaya mendekatkan diri kepada Rabb nya. Hingga tak jarang ia harus mengesampingkan keinginan hawa nafsunya untuk sesuatu yang lebih besar di sana. Ia beribadah tak mengenal waktu dan tempat. Bibir mereka selalu basah dengan dzikir dan perkataan mereka tidak ada yang sia- sia. Hadirnya selalu dirindu bak oase di padang pasir.
Keimanan bukan musiman. Ia harus selalu hadir dalam setiap waktu,  bersama siapa pun, dan dalam kondisi bagaimana pun. Ramadhan hendaknya menjadi ajang latihan bagi kita untuk menghadirkan diri kita kembali sesuai fitrahnya. Ramadhan adalah saat yang tepat untuk mencharge kembali ruhiyah kita agar mampu bertahan hingga 11 bulan ke depan.


Keberhasilan Ramadhan terlihat dari kondisi kita di 11 bulan lainnya. Ini adalah indikator bahwa kita memang dianjurkan untuk menjadi sosok Rabbani, bukan Ramadhani. Ibadah harus terus memuncak setiap waktu, hati harus terus merendah dalam perjalanan hidup, dan pikiran harus tetap terjaga dalam setiap langkah. Itulah suksesnya Ramadhan yang sesungguhnya.

Ramadhan secara tidak langsung akan membentuk pribadi yang demikian ketika kita benar- benar memandang moment ini sebagai moment perbaikan. Tidak ada satu kegiatan pun yang tak bernilai pahala di bulan ini, bahkan tidur seorang muslim yang berpuasa juga adalah ibadah. Luar biasa.
Generasi Rabbani adalah harapan kita bersama. Mewujudkannya tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Oleh karena itu, mari manfaatkan Ramadhan sebaik mungkin. Tekadkan dalam hati bahwa kita adalah muslim yang beriman namun bukan musiman. Jadilah generasi Rabbani.


Harapan para pendiri kota Pangkalan Bun dengan motto kota Manis bukanlah hanya harapan kosong.. tapi harapan yang benar-benar menginginkan agar warga kota Pangkalan Bun bisa menghadirkan suasana yang kondusif maju dan sejahtera dalam bingkai ukhuwah. Selamat Berpuasa di Bulan Suci Ramdhan 1433 semoga dapat menggapai taqwa. amiin

Oleh: Muhammad Rasyid Ridho
Kirim Print
Cover buku “Berjalan Menembus Batas”.
Judul : Berjalan Menembus Batas
Penulis : A Fuadi, dkk.
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Januari, 2012
Jumlah Halaman : 172 hal
ISBN : 978-602-8811-62-0
Harga : 39.000

Menularkan Khasiat Mantra Man Jadda Wajada

ikadikobar.blogspot.com- “Saya ingin merasakan pengalaman belajar di luar negeri. Itulah gumam terakhir sebelum akhirnya saya melangkahkan kaki dari “penjara suci” Annuqayah di daerah Nirmala. Saya cukup berkeyakinan bahwa bekal bahasa Inggris yang saya pelajari langsung dari seorang volunteer dari Australia, Margaret Rolling dan John Rolling, yang datang ke pondok pesantren akan memudahkan saya dalam proses pembelajaran demi petualangan berikutnya. Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan menemani banyak waktu mereka berdua selama masih di Annuqayah. Bekal itu pun semakin memantapkan saya menatap masa depan, melangkah menuju petualangan antah-berantah.”
Kutipan diambil dari tulisan Bernando J. Sujibto, seorang santri di sebuah pondok pesantren yang terkenal di Madura, Annuqayah. Seorang santri yang bermimpi menjadi penulis dan bermimpi pula menginjakkan tanah Amerika. Tak pelak, dari hasil usaha dan doa dalam langkah hidupnya, maka apa yang diimpikan pun menjadi kenyataan. Ia mendapatkan kesempatan beasiswa IELSP (Indonesian English Study Program) dan IIEF (The Indonesian International Education Foundation) selama dua bulan di bulan Juni sampai Juli 2010.
Tulisan Bernando yang berjudul Dari Sumenep ke Kolombia tersebut adalah tulisan inspiratif pertama dalam buku Berjalan Menembus Batas. Sebuah buku yang mengumpulkan kisah-kisah nyata inspiratif meraih mimpi dan kesuksesan yang dikumpulkan jadi satu bersama Ahmad Fuadi, novelis best seller Negeri 5 Menara. Yang seleksinya diumumkan di Facebook Man Jadda Wajada. Selain itu, masih ada dua belas tulisan lain dalam buku ini.
Dalam buku ini tulisan di dalamnya dibagi sesuai tema yang ada, bagian pertama adalah bagian melawan keterbatasan harta. Termasuk tulisan di atas, tadi Bernando yang memiliki harta terbatas mampu menginjakkan kaki di tanah Amerika berkat perjuangan kerasnya. Masih ada tiga tulisan lain dalam bab ini, yakni Lelaki dari Pagar Gunung karya Mey Zusana, Lelaki Pagar Dari Gunung menceritakan perjuangan ayah penulis dalam menggapai impiannya. Dari orang yang tak punya apa-apa, namun bisa menggapai impiannya menjadi sarjana untuk mengabdikan diri pada Negara dengan menjadi guru. Kisah jatuh bangun ayah penulis yang menginspirasi.
Selanjutnya Dari Loper Koran hingga Perguruan Tinggi karya Ahmad Danuji. Menceritakan pengalaman penulis yang mampu kuliah dengan segala usahanya, termasuk dengan usahanya menjual koran. Dia tak hanya menjual koran, tapi juga mencari kesempatan membaca berita dan info dalam koran yang ia jual. Itu karena minatnya yang tinggi terhadap membaca buku, akhirnya dari itu ia pun mampu menulis tulisan yang dimuat di media nasional dan menjadi peneliti di IBOEKOE (Indonesia Buku). Dan Jadi Tukang Sapu untuk Belajar Komputer karya Nanang Nurhidayat. Menceritakan perjuangan penulis untuk menjadi sarjana dimulai menjadi mahasiswa sekaligus tukang sapu kantin, menjadi penjaga rental komputer sekaligus belajar memakai komputer dan akhirnya perjuangannya menghasilkan apa yang dia inginkan.
Bagian kedua adalah tentang menahan rasa sakit. Ada lima kisah di dalamnya, tentang penulis yang terus menggapai asa dan citanya walau dalam keadaan sakit bahkan cacat. Kisah-kisah dalam buku ini begitu mengharukan dan menyentuh. Selanjutnya, bagian terakhir dalam buku ini bertema tentang menembus batas usaha. Ada empat tulisan di dalamnya, yang menceritakan perjuangan setiap penulisnya dalam mencapai apa yang diinginkan. Perjuangan yang tak biasa, perjuangan yang menembus batas usaha.
Dari inilah menurut saya, yang menjadikan judul buku ini menjadi Berjalan Menembus Batas. Buku yang sangat menginspirasi pembaca, dengan semangat menularkan khasiat mantra man jadda wajada di dalam setiap kisah di dalamnya. Walaupun mungkin banyak sering kita temui dalam hidup keseharian atau malah kita sebagai pelakunya. Maka buku ini akan semakin mengukuhkan sikap kita untuk terus berjuang mencapai mimpi yang kita punya.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Muhammad al-Fatih
Oleh: Muhammad al-Fatih

Kirim Print
Mengarungi samudra kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa ‘tuk berpangku tangan


Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah
Kan menjadi saksi pengorbanan

Allahu ghayatuna
Ar-Rasul qudwatuna
Al-Qur’an dusturuna
Al-Jihadu sabiluna
Al-Mautu fii sabilillah asma amanina

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al-Qur’an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah, cita-cita kami tertinggi
(Shoutul Harokah: Bingkai Kehidupan)

Ilustrasi. (inet)
ikadikobar.blogspot.com -Secuplik nasyid harakah ini disinggung oleh Ust. Natsir Harist dalam taujihnya yang bertemakan: Menjadi Muslim Militan dan Shalih. Menjadi seorang muslim tentu saja adalah sebuah kebaikan luar biasa yang tidak ternilai harganya, namun hal itu tidaklah cukup. Maka berusaha menjadi muslim yang shalih adalah sebuah kebutuhan khusus bagi diri sendiri agar diri ini bisa dekat dengan Allah Ta’ala, penciptanya. Keshalihan pun senantiasa akan meluas dan mendewasa seiring kebersamaannya dengan ibadah-ibadah sunnah dan wajib yang senantiasa selalu dihidupkannya. Hingga pada akhirnya keshalihan itu meningkat derajatnya dan meluas radiusnya. Tak hanya shalih untuk diri sendiri, namun juga keshalihan yang membumi, menyebar luas, berderak, menghinggapi sendi-sendi kehidupan di sekeliling muslim tersebut.
Namun sayangnya, lagi-lagi menjadi muslim saja atau bahkan menjadi muslim yang shalih tidaklah cukup, meskipun kita tidak menafikan bahwa perjuangan seseorang menjadi muslim saja terkadang mengancam nyawa, pula perjuangan seseorang menuju keshalihan bukanlah barang sepele serupa membalikkan telapak tangan. Tidak, kita sama sekali tidak ingin menafikan hal tersebut. Akan tetapi, sekarang mari kita tengok sedikit ke belakang, ke kisah paling mulia yang pernah ditorehkan dalam sejarah umat manusia, sirah Rasul Muhammad saw.
Kemunculan Islam dari awal mulanya, perjuangan Islam dengan dakwah sembunyi-sembunyinya, perkabaran Islam secara terang-terangan, berbagai perang yang hampir-hampir merontokkan segala pertahanan, hingga akhirnya kemenangan gemilang yang menjadi buah perjuangan yang lebih dari hanya sekadar berbilang.
Siapakah mereka penggerak roda dakwah Islam di awal mulanya? Abu Bakr? ‘Umar bin Khattab? ‘Utsman bin Affan? ‘Ali bin Abi Thalib? Hamzah? Zaid bin Haritsah? Arkom bin Abi Arkom? Bukankah mereka muslim yang shalih? Jika pertanyaannya demikian maka jawabannya akan sangat jelas, “Ya!” mereka adalah muslim-muslim yang shalih. Namun, apakah hanya berhenti di sana, hanya berhenti pada keshalihan semata?
Bukankah Abu Bakar adalah orang yang membenarkan perjalanan Rasulullah saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam waktu semalam, ketika penduduk-penduduk Mekah mencaci beliau? Bukankah ‘Umar yang menantang seluruh penghuni Mekah di balik bukit ketika ia akan pergi berhijrah ke Madinah? Bukankah ‘Utsman yang dengan mudahnya berinfak sepuluh ribu dinar (setara Rp. 8.5 Milyar) untuk pasukan ‘usrah yang tengah membutuhkan bantuan? Bukankah ‘Ali yang dengan beraninya menggantikan Rasulullah saw saat kaum Quraisy hendak membunuh Rasulullah dengan mengepung rumah beliau? Betapa besar kerja-kerja mereka untuk Islam, betapa mulia ‘izzah mereka untuk Islam. Maka, hal apakah yang mereka miliki hingga apa-apa yang mereka lakukan selalu yang terbaik untuk agama ini? Militansi yang kuatlah jawabannya. Mereka adalah orang-orang muslim yang shalih, yang sangat takut kepada Tuhannya, sangat cinta kepada Rasul-Nya, sangat baik akhlak dan perangainya, serta merekalah orang-orang yang sangat tinggi militansi perjuangannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, militan berarti bersemangat tinggi dan penuh gairah. Maka tidak menjadi hal yang mustahil Islam mampu mencapai masa kejayaannya karena pada saat itu para penggerak dakwahnya adalah orang-orang yang bersemangat tinggi dan penuh gairah dalam menyeru manusia kepada Allah ‘azza wa jalla.
***
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabut: 2).
Jihad adalah bukti militansi. Muslim yang berjihad haruslah bertaqwa dan senantiasa berbaris rapi dan teratur seakan seperti bangunan yang kokoh. Bangunan yang kokoh tidaklah mudah dihancurkan.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ ﴿٤﴾
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff: 4)
Muslim yang militan haruslah menjaga hubungannya dengan Allah dan tentu saja dengan manusia. Dalam bergaul dengan manusia kita harus mampu memperkenalkan kebaikan kita dan mengenali kebaikan mereka. Ta’aruf bukanlah mencari ‘aib sesama muslim, pun jika ditemukan keburukannya, maka tidak boleh ghibah.
Barangsiapa melihat kemungkaran yang dilakukan oleh muslimin, maka ubah dengan tangan, jika tidak bisa nasihati saudara kita untuk meluruskan kesalahan yang telah dilakukannya, jika masih belum berhasil juga, maka mohonkan ampun kepada Allah atas kesalahannya.
Ciri-ciri muslim yang shalih dan militan, seperti yang diungkapkan oleh Ust. Natsir Harits, adalah:
1. Hatinya hidup, mau mendengar ayat-ayat Allah dan apabila disebutkan nama Allah, bergetar hatinya. Karena Allah adalah yang Maha Besar, maka pantaslah ketika nama-Nya disebut bergetar hati, dan bertambahlah keimanan ini. Hati seorang muslim yang militan dan shalih dihidupkan oleh dzikir yang senantiasa ia lakukan saat berdiri, duduk, maupun berbaring.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali-Imran: 191)
2. Dekat dengan Al-Qur’an, meskipun sesibuk apapun. Karena Al-Qur’an adalah dzikir terbaik serta Allah sudah menjamin kemudahan keseluruhan isi Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an haruslah dimulai dengan keimanan di hati, sehingga ketika dibacakan kepadanya bertambah imannya.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ ﴿١٧﴾
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17).
3. Kepada Tuhannya ia selalu bertawakal. Tidak pernah menyandarkan kepada kemampuannya. Sepenuhnya tawakal kepada Allah swt. Persiapan sangat penting akan tetapi itu tetap saja sepenuhnya hanya kepada Allah-lah bertawakal.
قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٨﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya).” (Al-Anbiya: 108)
4. Suka beribadah, yaitu ibadah-ibadah mahdhah, salah satunya adalah shalat. Selain menyempurnakan yang wajib juga senantiasa menghidupkan shalat-shalat sunnah. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw, beliau senantiasa menjaga shalat dua shalat sunnah entah dalam keadaan safar maupun mukim, yaitu shalat witir dan shalat qabliyah subuh.
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ ﴿٢٣٨﴾
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah: 238)
5. Senang dan mudah berinfak. Seorang muslim yang shalih dan militan sangat mudah berinfak dari apa-apa yang ia cintai karena ada sebuah kesadaran yang tinggi bahwa di setiap hartanya ada bagian untuk orang-orang miskin.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ﴿١٩﴾
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Adz-Dzariyat: 19)
6. Tetap pergi berjihad, ringan maupun berat. Jihad di sini adalah al-qital (perang). Akan tetapi, muslim yang shalih dan militan mengetahui jihad dengan perang bukanlah menjadi dasar gerakan. Dasar gerakannya adalah kelembutan, dialog, dakwah, dan debat dengan cara yang terbaik. Namun, jika akhirnya belum berhasil juga dan bahkan membahayakan umat muslim maka berperang menjadi kewajiban
انفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٤١﴾
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (At-Taubah: 41)
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ ﴿١٩٠﴾
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Baqarah: 190).
7. Para nabi berjuang bersama rabbaniyyun. Rabbaniyyun ini tidaklah tersedia seketika, melainkan membutuhkan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, yaitu: perekrutan, pembinaan, dan dakwah. Binaan para nabi ini selalu mau berjuang di jalan Allah juga, mereka selalu berusaha merekrut yang lainnya untuk pada akhirnya bersama-sama berbaris di jalan Allah. Berjuangnya para nabi (murabbi) senantiasa bersama dengan para binaannya (mutarabbi).
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ﴿١٤٦﴾
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali-Imran: 146)
8. Berani mati dan berani setengah mati. Terkadang ada umat muslim yang berani mati di jalan Allah, namun ketika ia setengah mati –dalam artian bisa jadi memiliki cacat tubuh atau keburukan fisik disebabkan jihad di jalan Allah– ia kecewa, menggerutu, dan bahkan putus asa terhadap karunia Allah. Akan tetapi, seorang muslim yang shalih dan militan ia akan tetap ridha dan ikhlas dengan itu semua, karena ia meyakini: segores luka di jalan Allah, kan menjadi saksi pengorbanan.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ﴿١٦﴾
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Luqman: 16)
9. Berharap syahid di jalan Allah. Jika kita ingat kisah Khalid bin Walid, betapa besar pengharapannya syahid di jalan Allah. Tak pernah sedikit pun ia berpikir akan kembali ke rumah setelah berjihad di jalan Allah. Pernah dalam salah satu perang, sebagai komandan ia memerintahkan seluruh pasukannya mundur, agar ia bisa maju sendiri ke medan perang dan menjemput syahid. Namun, Allah berkehendak lain, majunya Khalid justru membuat musuh-musuhnya tunggang-langgang hingga Khalid belum juga berjumpa syahid di medan jihad.
قُلْ هَلْ تَرَبَّصُونَ بِنَا إِلَّا إِحْدَى الْحُسْنَيَيْنِ ۖ وَنَحْنُ نَتَرَبَّصُ بِكُمْ أَن يُصِيبَكُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِّنْ عِندِهِ أَوْ بِأَيْدِينَا ۖ فَتَرَبَّصُوا إِنَّا مَعَكُم مُّتَرَبِّصُونَ ﴿٥٢﴾
Katakanlah: “tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (kemenangan atau mati syahid). Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu.” (QS. At-Taubah: 52)
10. Meminta izin kepada orang tuanya ketika akan pergi berjihad di jalan Allah. Betapapun orang tuanya adalah orang yang sering bermaksiat bahkan menyekutukan Allah, namun seorang muslim yang shalih dan militan akan senantiasa menghormati mereka.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴿١٤﴾
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
Itulah mengapa kejayaan Islam di masa silam bukanlah hal yang mustahil karena memang aktor-aktor utama penggerak dakwahnya adalah mereka-mereka yang shalih dan militan, dua hal yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Lalu di mana posisi kita sekarang?
Wallahu a’lam.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21612/menjadi-muslim-militan-dan-shalih/#ixzz211m45Eoo

Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.