Oktober 2012

ikadikobar.blogspot.co.id - Amr bin Jamuh adalah salah seorang pemimpin Yatsrib pada masa jahiliyah. Dia ipar Abdull bin Amr bin Haram, juga kepala suku Bani Salamah yang dihormati yang dihormati karena pemurah dan memiliki peri kemanusiaan yang tinggi serta gemar menolong orang-orang yang membutuhkan

Telah menjadi kebiasaan para bangsawan jahiliyah untuk menempatkan patung di rumah mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka bisa mengambil berkah dan dan memuja patung tersebut setiap saat. Selain itu, untuk memudahkan mereka meletakkan sesajen sembari mengadukan keluhan-keluhan mereka pada waktu yang diperlukan.

Patung di rumah Amr bin Jamuh bernama “Manat”. Patung itu terbuat dari kayu, indah dan mahal harganya. Untuk perawatannya, Amr bin Jamuh terkadang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Hampir setiap hari patung itu dibersihkan dan diminyaki dengan wangi-wangian khusus dan mahal.

Tatkala cahaya Islam mulai bersinar di Yatsrib dari rumah ke rumah, usia Amr bin Jamuh sudah lewat 60 tahun. Tiga orang putranya: Mu’awadz, Mu’adz dan Khalad, serta seorang kawan sebaya mereka, Mu’adz bin Jabal, telah masuk Islam di tangan Mush‘ab bin Umair, sang duta Islam. Bersamaan dengan ketiga putranya, masuk Islam pula ibu mereka Hindun, istri Amr bin Jamuh. Amr tidak mengetahui kalau mereka telah masuk Islam.

Saat itu, para bangsawan dan pemuka suku di Yatsrib (Madinah) telah banyak yang masuk Islam. Hindun yang sangat mencintai dan menghormati suaminya khawatir kalau suaminya mati dalam keadaan kafir lalu masuk neraka. Sebaliknya Amr sangat mencemaskan keluarganya yang akan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Dia takut putra-putranya terpengaruh oleh dakwah yang disebarkan oleh Mush’ab bin Umair. Karena dalam tempo singkat Mush’ab berhasil merubah agama orang banyak dan menjadikan mereka Muslim.

Oleh sebab itu, Amr selalu berkata kepada istrinya, “Hai Hindun, hati-hatilah menjaga anak-anak, agar mereka jangan sampai bertemu dengan orang itu (Mush ‘ab bin ‘Umair)!”

“Ya," jawab istrinya. "Tapi apakah kau pernah mendengar putra kita bercerita mengenai pemuda itu?”

“Celaka! Apakah Mu’adz telah masuk agama orang itu?" tanya Amr gusar.

“Tidak, bukan begitu! Tetapi Mu’adz pernah hadir dalam majelis orang itu, dia ingat kata-katanya,” jawab istrinya menenteramkan hati Amr.

"Panggillah dia kemari!” perintah suaminya.

Ketika Mu’adz hadir di hadapan ayahnya, Amr berkata, “Coba baca kata-kata yang pernah diucapkan orang itu. Bapak ingin mendengarkannya."

Mu’adz membacakan surat Al-Fatihah kepada bapaknya.

“Alangkah bagus dan indahnya kalimat itu. Apakah setiap ucapannya seperti itu?” tanya Amr.

“Bahkan lebih bagus dari itu. Bersediakah ayah baiat dengannya? Rakyat ayah telah banyak yang baiat dengan dia,” kata Mu’adz.

Orang tua itu diam sebentar. Kemudian dia berkata, “Aku tidak akan melakukannya sebelum musyawarah lebih dahulu dengan Manat. Aku menunggu apa yang dikatakan Manat.”

“Bagaimana Manat bisa menjawab? Bukankah itu benda mati, tidak bisa berpikir dan tidak bisa berbicara?” kata Mu’adz.

“Kukatakan padamu, aku tidak akan mengambil keputusan tanpa dia!” tegas Amr.

Putra-putranya mengetahui benar kapan ayah mereka menyembah berhala itu. Mereka juga tahu kalau hati ayah mereka mulai goyah. Oleh sebab itu, mereka mencari jalan bagaimana cara menghilangkan patung tersebut dari hati Amr bin Jamuh. Salah satu jalannya adalah menyingkirkan berhala tersebut dari rumah mereka dan membuangnya jauh-jauh.

Pada suatu malam, putra-putra Amr dan bersama Mu’adz bin Jabal menyusup ke dalam rumah lalu mengambil berhala tersebut dan membuangnya ke dalam lubang kotoran manusia. Tidak seorang pun yang mengetahui dan melihat perbuatan mereka itu.

Pagi harinya, Amr tidak melihat Manat di tempatnya. Ia bergegas mencari berhala tersebut dan akhirnya menemukan di tempat pembuangan kotoran. Bukan main marahnya Amr bin Jamuh melihat kondisi sesembahannya itu. Setelah membersihkan sang berhala dan memberinya wewangian, ia kembali meletakkannya di tempat semula.

Malam berikutnya, Muadz bin Jabal dan putra-putra Amr memperlakukan berhala itu seperti sebelumnya. Demikian juga pada malam-malam berikutnya. Akhirnya, habislah kesabaran Amr. Diambilnya pedang, kemudian digantungkannya di leher Manat, seraya berkata, " Hai Manat, jika kamu memang hebat, tentu bisa menjaga dirimu dari aniaya orang lain!"

Keesokan harinya, Amr bin Jamuh tidak menemukan berhalanya kembali. Ketika ia cari, benda tersebut ditemukannya di tempat pembuangan hajat, terikat bersama bangkai seekor anjing. Di saat ia keheranan, marah dan kecewa, muncullah beberapa pemuka Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk berhala yang terikat dengan bangkai anjing itu, mereka berusaha mengetuk hati Amr bin Jamuh agar menggapai hidayah Allah.

Akhirnya ia sadar, bahwa Manat tak dapat berbuat apa-apa. Manat ternyata tak mempunyai sifat ketuhanan sedikit pun. Selama ini, ia berpikir bahwa kekayaan yang ia miliki itu datang dari Manat. Sekarang ia sadar, bahwa Manat bukanlah Tuhan yang dapat memberinya rezeki dan petunjuk.

Ia kemudian membersihkan badan dan pakaiannya, memakai wewangian, lalu bergegas menemui Nabi Muhammad SAW untuk menyatakan keislamannya. Amr bin Jamuh merasakan bagaimana manisnya iman. Dia sangat menyesali dosa-dosanya selama dalam kemusyrikan. Maka setelah masuk Islam, ia mengarahkan seluruh hidupnya, hartanya, dan anak-anaknya dalam menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Tatkala terjadi Perang Badar, Amr bin Jamuh bersiap-siap hendak turut bergabung, namun sayang Rasulullah tak mengizinkannya turut serta—melihat kondisinya yang renta dan pincang. Beliau memberikan keringanan padanya untuk tidak ikut berperang.

Namun ketika terjadi Perang Uhud, ia pun bersiap-siap hendak turut berjihad. Namun putra-putranya melarang. Ia pun nekat menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, putra-putraku melarangku berbuat kebajikan. Mereka keberatan jika aku ikut berperang karena sudah tua dan pincang. Demi Allah, dengan pincangku ini, aku bertekad meraih surga."

Rasulullah pun akhirnya mengizinkan Amr bin Jamuh turut serta dalam Perang Uhud. Dengan suara mengiba ia memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk memperoleh syahid. Jangan kembalikan aku kepada keluargaku."

Tatkala perang berkecamuk, kaum Muslimin berpencar. Amr bin Jamuh berada di barisan paling depan. Dia melompat dan berjingkat seraya mengelebatkan pedangnya ke arah musuh-musuh Allah, sambil berteriak, "Aku ingin surga, aku ingin surga!"

Apa yang didambakan Amr akhirnya terwujud jua. Ia gugur sebagai syahid bersama beberapa sahabat lainnya. Tatkala perang berakhir, Rasulullah SAW memerintahkan untuk memakamkan jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin Jamuh dalam satu liang lahat. Semasa hidup, mereka berdua adalah sahabat setia yang saling menyayangi. Dalam riwayat lain disebutkan, Amr bin Jamuh dimakamkan satu liang dengan putranya, Khalad bin Amr.

Setelah 46 tahun berlalu, tanah pemakaman itu dilanda banjir. Kaum Muslimin terpaksa memindahkan jasad para syuhada. Kala itu, Jabir bin Abdullah bin Haram—putra Abdullah bin Amr bin Haram—masih hidup. Bersama keluarganya, ia memindahkan jasad ayahnya, Abdullah bin Haram dan Amr bin Jamuh. Mereka mendapatkan kedua jasad syuhada itu tetap utuh. Tak sedikit pun dari tubuh mereka yang dimakan tanah. Bahkan keduanya seperti tertidur nyenyak dengan bibir menyunggingkan senyum.

Redaktur: cr01
Sumber: 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni

ikadikobar.blogspot.com - Sejak kemenangan tentara sekutu dalam Perang Dunia II, banyak berkembang strategi bisnis barat yang diinpirasi oleh strategi perang dan intelligence. Jauh sebelumnya juga sudah terjadi para pebisnis timur belajar dari strategi perang China yang terkenal dengan Sun Tzu-nya. Apakah para pebisnis muslim bisa belajar dari para panglima perang di masa kejayaan Islam ? sangat bisa !

Referensi dari strategi perang yang sangat inspiratif itu antara lain dari kemenangan yang legendaris tentara Islam di Constantinople yang kemudian berubah nama menjadi Islambul (Islam penuh), tetapi nama ini kemudian diplesetkan oleh kaum sekularis Turki menjadi Istambul hingga kini.

Ketika Constantinople akhirnya bisa ditaklukan oleh panglima perang terbaik – Muhammad Al-Fatih dengan tentara terbaiknya  29 Mei 1453, itu kabar baiknya sudah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri 8 abad sebelum peristiwa terjadi.

Bahwa Muhammad Al-Fatih dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam 8 abad sebelum kelahirannya – sebagai pemimpin perang terbaik dengan pasukan terbaik yang akan menaklukkan Constantinople, tentu amat sangat banyak yang bisa dipelajari dari Sultan yang di dunia barat disebut sebagai “Mehmet the Conqueror” (Mehmet Sang Penakluk) ini.

Ketika penaklukan itu terjadi dia baru berusia 21 tahun lebih 2 bulan (Kalender Masehi - sekitar 22 tahun Kalender Hijriyah), hafal Al-Qur’an sejak belia, menguasai tujuh bahasa dan berbagai bidang keilmuan yang ada pada jamannya, tidak pernah meninggalkan sholat jamaah sebagaimana dia juga perintahkan ke seluruh prajuritnya – dan bahkan dia sendiri tidak pernah meninggalkan sholat malam sejak dia balig.  

Meskipun berbagai cara untuk penaklukan Constantinople dilakukan sejak beberapa generasi sebelumnya tanpa membuahkan hasil, cerita bahwa suatu saat Constantinople akan bisa ditaklukkan ini dahulu diteruskan dari generasi ke generasi pada jamannya.

Hingga sampai suatu saat - dengan ijin Allah - Muhammad Al-Fatih dengan bekal ketaatan dan kekuatan sholat malamnya, dengan bekal pengetahuannya yang sangat luas termasuk science pada jamannya – dia mampu membangun strategy perang yang tidak pernah terbayangkan oleh orang lain sebelum jamannya – maka penaklukkan Constantinople itu bisa benar-benar terealisir.

Penaklukan ini sekaligus menjadi bukti kebenaran Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  : “Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin pasukan adalah pemimpin pasukannya dan sebaik-baik pasukan-adalah pasukannya” (HR. Ahmad)

Salah satu strategy Muhammad Al-Fatih yang benar-benar out of the box sehingga pihak musuh-pun tidak pernah menduga sebelumnya adalah mendaratkan 70-an kapalnya, menariknya dengan landasan kayu yang diberi minyak binatang, mendaki bukit Galata menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 16 km – dan itu hanya dilakukannya dalam waktu semalam !.

Keesokan harinya pasukan Byzantine yang memusatkan perhatiannya ke selat Bosporus dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh menghadang setiap musuh yang datang dari selat tersebut, terkejut bukan kepalang karena  armada 70-an kapal pasukan Muhammad Al-Fatih sudah berada di wilayah yang disebut tanduk emas (Golden Horn) mereka dengan titik pertahanan yang relatif lebih lemah (karena sudah dijaga di depan).

Saking tidak terpikirnya oleh mereka apa yang mereka hadapi saat itu, sampai-sampai sebagian pasukan Byzantine mengira hantu-hantulah yang membawa kapal-kapal Al-Fatih sampai bisa masuk ke belakang garis pertahanan mereka yang sangat kokoh. Sejak saat itulah pasukan Constantine terpecah konsentrasinya, menjadi kurang PD dan tembok pertahanan mereka mudah dihancurkan.

Dari mana orang seperti Muhammad Al-Fatih bisa berfikir di luar kebiasaan orang pada jamannya, di luar jangkauan kemajuan science yang tercapai saat itu ? bahwa kapal –kapal perangnya harus bisa mendaki bukit selain juga tentu harus bisa berlayar selayaknya kapal pada umumnya ?.

Itulah yang saya sebut dalam sejumlah tulisan sebelumnya sebagai bentuk aplikasi ayat …bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami…”.(QS 11 :37 dan QS 23 :27). Nabi Nuh bisa membuat kapal yang menyelamatkan penduduk bumi yang taat dan seisinya, meskipun dia bukan seorang insinyur kapal.

Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam bisa membangun bangunan yang hingga kini tidak hentinya dikunjungi manusia dari seluruh penjuru bumi – yaitu Ka’bah, bukan karena dia seorang arsitek. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bisa membangun Negara yang sempurna, meskipun beliau adalah seorang yang umi. Semua itu dimungkinkan karena diawasi langsung olehNya dan diberi petunjukkanya langsung dalam wahyu-wahyu yang disampaikanNya.

Sebesar apapun pekerjaan itu, bila Dia sendiri yang mensupervisi pelaksanaannya dan Dia pula yang memberikan juklak atau petunjuk pelaksanaannya, maka yang nampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. 

Strategi yang luar biasa yang tidak terbayang oleh musuh, seperti menarik kapal melintasi bukit yang dilakukan oleh Muhammad Al-Fatih bersama para pasukannya tersebut di atas tentu juga karena mendapatkan pengawasan langsung dari Allah dan dengan petunjuk melalui Wahyu-wahyuNya …bi a’yuninaa wa wahyinaa…”  – yaitu ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafalnya sejak dia masih kecil.

Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari penaklukan Constantinople oleh panglima perang terbaik dengan pasukan terbaik tersebut di atas ?

Pertama tidak ada cara lain untuk menjadi unggul bagi umat ini kecuali kita bisa mencontoh bagaimana umat ini dahulu diunggulkan, dari generasi para nabi – hingga generasinya Muhammad Al-Fatih pasca era kenabian.

Kedua kita harus mampu memikirkan strategy yang out of the box untuk menaklukan musuh-musuh kita, strategi yang WOW yang sekaliber ‘menarik kapal mendaki bukit’ –nya Muhammad Al-Fatih.

Ketiga strategy tersebut akan dimungkinkan bila kita bisa membangun atau menyiapkan orang-orang yang yang mendekati kaliber Muhammad Al-Fatih dalam hal keimanannya, penguasaan Al-qur’annya, penguasaan bahasanya, ilmu pengetauannya sampai sholat jamaah dan qiyamul –lail-nya.

Untuk memenangkan persaingan di bidang apapaun - termasuk usaha, kita harus mampu berfikir dengan apa yang tidak terfikirkan oleh siapapun sebelumnya – Think the Unthinkable !, dan itu hanya bisa terjadi bila kita disupervisi dan dituntun langsung oleh petunjuk-petunjukNya …bi a’yuninaa wa wahyinaa… . InsyaAllah. *)

*) http://geraidinar.com

ikadikobar.blogspot.com - Hari seperti ini, satu hari menjelang Iedhul Adha 33 tahun silam harian Suara Merdeka yang terbit di Jawa Tengah menulis : “…Hari Raya Iedhul Adha 1399 H yang akan jatuh tempo hari Rabu  esok tanggal 31-10-1979…seekor kambing semula hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu, saat ini sudah mencapai Rp 25 ribu sampai Rp 80 ribu…” (Suara Merdeka, 30 Oktober 1979).


Penasaran dengan data harga kambing qurban 33 tahun silam tersebut, saya langsung mengecek ke data harga Dinar 40 tahun yang pernah saya muat di situs ini dua tahun silam atau tepatnya tanggal 1 November 2010, ternyata harga Dinar rata-rata tahun 1979  tersebut adalah Rp 26,409,-

Artinya harga kambing qurban 33 tahun silam tersebut masih berada di kisaran yang sama dengan harga kambing qurban 1400 tahun silam yaitu di sekitar angka 1 Dinar. Hari-hari ini Dinar berada di sekitar angka Rp 2,260,000,- dan kita tetap bisa membeli seekor kambing qurban kelas pilihan.

Angka-angka tersebut sebenarnya bercerita banyak ke kita, antara lain bahwa uang hakiki yang namanya disebut di Al-Qur’an itu terbukti belum pernah kehilangan daya belinya. Bila orang tidak bisa mempercayai data inflasi – seperti di Amerika sampai muncul Shadow Government Statistics  , maka kita cukup memperhatikan harga kambing atau harga Dinar untuk mengetahui inflasi yang sesungguhnya dialami oleh uang kertas kita.

Kami di Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin - Jonggol menetapkan harga kambing qurban kelas istimewa di angka 1 Dinar atau di kisaran Rp 2,260,000 hari ini. Bila dibandingkan dengan harga kambing Qurban terbaik tahun 1979 di rentang angka Rp 25,000,- s/d Rp 80,000 maka harga sekarang dalam Rupiah mengalami kenaikan antara 28 s/d 90 kalinya. Atau inflasi rata-rata harga kambing per tahun selama 33 tahun terakhir di kisaran angka 11 % s/d 15 % dalam Rupiah. Inflasi dalam Dinar 0 % karena Dinar tetap cukup untuk membeli 1 ekor kambing yang baik untuk qurban !.

Dengan menggunakan Rule 72 yang pernah saya tulis di situs ini, maka harga kambing akan naik menjadi dua kalinya dalam rentang waktu antara 4.8 tahun s/d 6.5 tahun.

Apa artinya angka-angka tersebut di atas dalam investasi dan perencanaan keuangan Anda ? Bila hasil investasi Anda selama ini tidak bisa mencapai rentang angka 11 % s/d 15 % ; atau tidak bisa berlipat dua dalam rentang waktu 4.8 tahun sampai 6.5 tahun , maka kemungkinan besar investasi Anda tersebut berada dibawah angka inflasi yang sesungguhnya. Asset Anda menurun nilai riilnya dan bukannya bertambah.

Hari-hari ini dan juga setahun terakhir nilai emas atau Dinar cenderung rendah, tetapi serendah-rendahnya harga emas dia tidak pernah kehilangan daya belinya. Bila daya belinya terhadap kambing terbukti bertahan selama 1,400 tahun lebih ; terbukti pula bertahan dalam statistik modern 33 tahun lebih – maka tidak ada alasan untuk kita meragukan kemampuan emas atau Dinar mempertahankan daya belinya dalam jangka panjang ke depan.

Sebaliknya terhadap uang kertas, bila dalam 33 tahun saja daya belinya tinggal 1/90 s/d 1/28 – apakah kita yakin bahwa uang kertas ini akan bisa mempertahankan daya belinya dalam rentang waktu perencanaan keuangan kita ke depan 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun ketika Anda memasuki usia pensiun atau anak-anak Anda yang kini baru lahir memerlukan biaya kuliahnya ?. Wa Allahu A’lam *)


*) http://geraidinar.com




Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Suara takbir dan tahmid hari ini menggemuruh di seluruh bumi. Sebelum kita mengumandangkan takbir dan tahmid ditempat ini, saudara kita dibelahan bumi yang timur telah mengumandangkannya lebih dahulu. Setelah kita selesai di sini, saudara kita di sebelah bumi yang barat akan meneruskannya. Begitu seterusnya sampai seluruh bumi ini dipenuhi dengan takbir dan tahmid, membesarkan dan memuji  namaNya dengan tiada henti.

Dalam ibadah-ibadah khusus, shalat fardhu, sholat jum’at, puasa Ramadhan, haji dan lebih-lebih dua sholat hari raya Iedhul Fitri dan Iedhul Adha – umat Islam di seluruh dunia telah mampu untuk tiada henti bersaut-sautan membesarkan dan memuji namaNya.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Tetapi sayang seribu kali sayang, Islam sebagai system hidup yang kaffah, yang seharusnya meliputi seluruh aspek kehidupan kita – di jaman ini berhenti pada tataran ibadah-ibadah khusus.


Kita mampu menggetarkan dunia dengan takbir dan tahmid kita melalui dua sholat hari raya, tetapi dimana takbir dan tahmid itu ketika kita berpolitik ?, ketika kita membangun kekuatan pertahanan ?, ketika kita berhukum ? ketika kita mendidik anak ? ketika kita di pasar?,  ketika kita berdagang ?, ketika kita mengelola sumber daya alam ?.

Dalam urusan politik, kita disuruh ber-syuro sesama kita. Tetapi kita hanya ber-syuro bila sudah kepepet, ketika ada kepentingan yang menyatukannya – ketika ada tokoh lain yang dikawatirkan lebih unggul dari tokoh kita. Sebelum terpepet masing-masing masih merasa mampu memimpin negeri ini sendirian – sesama umat berebut posisi dengan saling menjegal dan menghalangi. Akibatnya umat Islam yang mayoritas di negeri ini menjadi minoritas dalam urusan politik.

Barangkali ini yang lebih dari 1,400 tahun lalu sudah diingatkan oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan hidangan di atas nampan”. Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit Ya Rasulullah?”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari]. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.” Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw, apakah wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.””

Hadits ini nampaknya juga menggambarkan kondisi kekuatan militer umat saat ini. Kita disuruh menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh kita semua dengan ‘kuda-kuda perang’ kita, tetapi siapa yang sekarang gentar dengan umat ini ?.

Jangankan menggentarkan musuh Allah yang kini membunuhi saudara-saudara kita di Palestina, Afganistan, Rohingnya dlsb. dan mengadu domba saudara-sauadara kita di jazirah Arab, kita menggentarkan musuh Allah yang suka usil di selatan kita saja kita tidak mampu. Pesawat-pesawat kita berjatuhan sendiri sebelum berperang, kapal super modern kita justru musnah terbakar di hari-hari pertama pelayarannya. Kondisi kekuatan militer umat Islam di seluruh dunia tidak jauh dari kondisi kita di negeri ini.

Dalam bidang hukum, sering orang marah atau tersinggung bila ada yang mengingatkan melalui ayatNya bahwa “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik” (QS 5 :44 ; 45 ; 47). Mereka punya jawaban bahwa mereka sedang mengatur negeri yang besar, negeri yang modern ini. Mereka merasa hukum Allah tidak cukup luas, tidak cukup aplikatif, tidak cukup detil untuk jaman modern ini. Padahal siapakah Yang Maha Adil dan Yang Maha Tahu itu ?, para pembuat hukum jaman ini Atau Allah Yang Maha Tahu.

Bukti kefasikan dan kedhaliman itu benar-benar ada di system hukum yang dibuat manusia itu. Di negeri ini misalnya ada hal yang halal dan dianjurkan Nabi dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh hampir seluruh perawi yaitu : “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai - dari tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai - dari tangan ke tangan.”

Jual beli dengan benda bernilai intrinsik seperti emas (Dinar), perak (Dirham) semacam ini dihukumi terlarang di negeri ini, pelakukanya diancam hukuman denda dan kurungan.

Mengapa ?, karena ada hukum lain yang dibuat oleh orang-orang yang merasa lebih tahu dari Ke Maha Tahuan Allah – Undang-undang itu adalah undang-undang mata uang yang hanya membolehkan mata uang Rupiah sebagai alat transaksi di negeri ini.

Di sisi lain, ada perkara yang sangat haram dan bahkan pelakunya dimusuhi Allah dan Rasulnya yaitu Riba, begitu besarnya dosa riba ini sampai dosa terkecilnya saja diibaratkan dengan dosa menzinahi ibu kandung sendiri – tetapi dosa yang sangat besar ini perfectly dianggap ‘halal’ di system hukum negeri ini.

Bukan hanya pelakunya sebebas-bebasnya mengiklankan produk yang sangat haram ini, tetapi bahkan para pelakumnya dijamin dengan uang rakyat melalui apa yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan.

Ketika para ulama bersepakat mengingatkannya dalam Fatwa MUI no1 tahun 2004 tentang haramnya bunga (riba) bank delapan tahun lalu, sampai sekarang tidak ada yang menggubris fatwa ini.

Lantas hukum seperti apa yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram ini ?, maka sungguh benar peringatan Allah tersebut di atas : “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik”.

Dalam pendidikan, kita punya suri tauladan yang sempurna dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. System pendidikan yang mampu mengantarkan umat ini pada masa-masa kejayaannya. System pendidikan yang dengan ringkas tergambar melalui ucapan sahabat yang mulia Jundub bin Abdillah radhiallahu’anhu : “Beliau (Rasulullah) mengajari (kami) iman sebelum al-Qur’an, ketika kami diajari al-Qur’an maka iman kami semakin bertambah.”

Dimana anak-anak kita belajar iman itu sekarang ?, sebagian kecil saja dari waktu sekolah mereka untuk belajar agama Islam tetapi belum membangun karakter iman. Dengan pendidikan yang ada seperti ini apa yang kita peroleh ?.

Yang kita peroleh adalah apa yang kita miliki di negeri ini sekarang. Mirip dengan ke-Islaman orang arab badui, ketika ada diantara mereka datang kepada  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyatakan “Kami telah beriman”, langsung turun bantahan dari Allah : "Katakanlah kepada mereka (wahai Muhammad)…Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk ( ber-Islam)", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu …". (QS 49:14).

Lantas apa perbedaannya apa antara yang sudah ber-Islam dengan yang sudah beriman ?, dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikutnya (QS 49:15):


Ketika umat ini serba ragu untuk memilih, hukum apa yang akan kita pakai ?, system kehidupan yang seperti apa yang kita anut, bagaimana kita menyelesaikan urusan-urusan kita dlsb. Itu semua datang karena kita ragu – kita baru ber-Islam, kita belum beriman terhadap tuntunan baku yang dijamin kebenarannya oleh Sang maha Adil. Tuntunannya itu benar ketika diturunkan, benar untuk jaman modern sekarang ini dan bahkan tetap benar sampai akhir jaman.

Bagaimana kita bisa menghsailkan generasi yang kuat imannya, bila system pendidikan kita baru sedikit saja mengajarkan Islam tetapi belum membangun karakter Iman ? Inilah tantangan terbesar kita dibidang pendidikan saat ini.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Di bidang pasar dan perdagangan, Ada contoh yang sangat indah bagaimana suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjun langsung ke pasar untuk melakukan survey, bagaimana pasar di kelola – seperti apa orang-orang berdagang – kemudian beliau-pun bersabda “tidak sperti ini pasar kalian”. Beliau tetap mengucapkan ””Tidak seperti ini pasar kalian…” untuk seluruh pasar yang beliau kunjungi saat itu.

Lantas apa pasar yang seharusnya menurut beliau ?, beliau membuatkan umatnya pasarnya sendiri  yang sesuai, sejak awal sekali negeri Islam Madinah terbentuk (2 H). Pasar itu kemudian dibatasi dengan dua aturan beliau yang sederhana yaitu fala yuntaqashanna wala yudhrabanna.

Fala yuntaqashanna agar pasar tidak dipersempit hanya orang-orang tertentu yang bisa jualan, wala yudhrabanna agar para pedagang pasar tidak dibebani dengan beban-beban yang memberatkan mereka.

Sekarang kita lihat pasar-pasar kita ? siapa yang menguasai pasar-pasar itu ? Di pusat perdagangan terbesar negeri ini ada pasar yang sangat besar dibangun dengan bangunan bermotif kubah-kubah – layaknya budaya Islam. Tetapi oleh saudara-saudara kita pedagang muslim sendiri – gedung pasar yang megah tersebut malah disebutnya sebagai gedung semangka – dari luarnya saja  nampak hijau tetapi didalamnya mayoritas merah. Sebutan ini lahir karena hanya sekitar 8 % penguasaan muslim atas kios-kios di dalam gedung yang megah tersebut, sisanya kita semua tahu siapa mereka !.

Hal yang kurang lebih sama terjadi di seluruh pusat-pusat perdagangan negeri ini ?, siapa yang bisa berdagang di mal-mal yang mewah dan pertokoan-pertokoan yang ramai dikunjungi oleh pengunjung muslim ?, mayoritasnya pemilik mall-nya, pemilik kiosnya bukan dari kita. Mengapa ?, karena pasar diatur berdasarkan kekuatan siapa yang bayar.

Untuk adilnya, kita juga harus katakan bahwa masih ada pasar-pasar yang mayoritas pedagangnya muslim, tetapi inipun sulit dikatakan sebagai pasar yang memenui persyaratan fala yuntaqashanna wala yudhrabanna tersebut diatas. Pasar-pasar yang kumuh dan bahkan pasar kaget dipinggir jalan-pun tetap harus di bayar. Pedagang dihantui dengan biaya keamanan – padahal pasarnya tidak pernah aman. Direcoki dengan biaya kebersihan padahal pasarnya juga tidak pernah bersih.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Dalam pengelolaan sumber daya alam, kita sudah diberitahu caranya lagi-lagi oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan api (energy)”. Kita-pun lalai dengan petunjuk ini sehingga sumber daya alam negeri ini terkapling-kapling oleh mereka yang memiliki modal besar.

Saudara kita di Palestina tahu sejarah mereka, bagaimana peta Palestina yang sampai sebelum 1947 masih hijau untuk menggambarkan penguasaan tanah oleh bangsa Palestina sendiri, peta itu kini telah menjadi putih dan tinggal menyisakan titik-titik hijau yang nyaris hilang – menunjukkan dominasi penjajah Yahudi di tanah bangsa Palestina.

Kita tidak seberuntung mereka di Palestina, kita tidak sadar bahwa lahan negeri ini telah di dominasi – bukan oleh Yahudi-nya sendiri, tetapi oleh system-nya saja sudah cukup. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, kita tidak sadar bahwa lahan kita telah berubah warna petanya dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Siapa yang memiliki lahan-lahan paling mahal di pusat kota Jakarta, siapa yang menguasai kota-kota mandiri yang mengepung Jakarta. Siapa yang meng-kapling tanah ribuan hektar di Jabodetabek ?, siapa yang menguasai hutan-hutan di pedalaman Sumatra, Kalimantan sampai Irian Jaya ?.

Pengakuan seorang menteri di awal era reformasi yang saya pernah mendengarnya langsung dari beliau saat itu : “Ada lho di negeri ini seorang pengusaha yang menguasai hak pengelolaan hutan yang luasnya lebih besar dari kerajaan Inggris !”.

Bukan hanya lahan yang tidak dikuasai umat ini sekarang, sumber-sumber air kita-pun telah dikuasai oleh para konglomerat. Tambang-tambang kita dikuasai dan di eksploitasi oleh pihak asing.

Ini semua karena kita lalai dengan petunjuk beliau : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan energy”.

Jauh sebelum perhatian dunia fokus pada tiga kebutuhan basic yang begitu pentingnya sehingga bisa menjadi pemicu perang yaitu yang disebut FEW singkatan dari Food, Energy and Water – melalui hadis tersebut diatas kita sudah disuruh bersyirkah oleh beliau untuk mengurusi tiga hal ini !, kita lihat dampaknya sekarang ketika kita tidak menggubris petunjuk beliau tersebut; FEW kita (Food Energy and Water) , benar-benar menjadi tinggal few (sedikit) yang tersisa untuk kita saat ini !.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Lantas Apa yang bisa kita lakukan ?, Insyaallah kita bisa kembali menghadirkan Islam ditengah umat saat ini. Islam bisa hadir menggema bukan hanya pada sholat Iedhul Adha ini, tetapi juga hadir dalam seluruh aspek kehidupan kita. Junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjanjikan bahwa kita tidak akan pernah tersesat selamanya manakala kita berpegang pada dua hal yaitu Al-Qur’an dan Al-hadits. Maka kekuatan umat itu akan kembali bangkit manakala kita bisa benar-benar kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah beliau.

Setidaknya saya menemukan ada tujuh hal yang akan bisa membangkitkan umat ini kejaman kejayaannya – dan ini sumbernya adalah janji Allah, dan siapa yang Maha Menepati janjiNya ?.

1. Iman

Yang pertama dan utama keunggulan umat ini akan kembali adalah bila kita bisa bener-bener menjadi orang yang beriman. Hanya dengan iman inilah kita bisa mencapai derajat yang tertinggi sesuai janjiNya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” ( QS 3 :139)

Iman bukan hanya tersimpan di dalam hati, tetapi akan termanisfestasikan menjadi sejumlah besar ucapan dan juga perbuatan. Iman pula yang akan menjadi dasar untuk lahirnya karakter unggul berikutnya.

2. Ilmu

Mau tidak mau untuk bisa menjadi umat yang unggul kita harus menguasai segala aspek ilmu pengetahuan. Ini dijanjikanNya melalui ayat : “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 58 :11)

3. Amal Saleh

Banyak sekali masalah yang perlu solusi di umat jaman  ini, dan ini hanya bisa dilakukan dengan kerja langsung di lapangan. Tidak cukup dengan wacana, kebijakan, konsep, seminar dan sejenisnya. Harus benar-benar dengan kerja, benar-benar dengan amal saleh sesuai janjiNya : “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)” (QS 20:75)

4. Berhijrah

Tidak mudah meninggalkan kebiasaan (buruk) kita, tidak mudah pula meninggalkan lingkungan kerja, pergaulan dlsb. seandainya-pun lingkungan tersebut sudah kita ketahui tidak membawa kita ke jalan kebaikan hidup di dunia apalagi di akhirat. Maka solusi berhijrah adalah jalan yang dengannya umat ini ungggul di masa lalu maupun masa yang akan datang. Hal ini dijanjikan olehNya melalui ayat : “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS 9 :20)

5. Berjihad

Berjihad adalah jalan agar umat ini tetap memiliki kehormatan dan tidak diperdaya oleh umat lainnya. Untuk syariat berjihad ini, yang terbanyak disebutkan adalah dengan harta dahulu baru dengan jiwa. Mulai dari yang ringan yang kita bisa dan lebih memungkinkan untuk melaksanakannya. Bila yang ringan ini bisa dibiasakan , maka yang berat-pun insyaallah akan terasa ringan. Yang berat akan menjadi semakin berat bila yang ringan dan bisa dilaksanakan saja tidak dilaksanakan.

Allah membedakan derajat orang-orang yang berjihad diatas yang lain melalui ayatNya : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (QS 4 :95)

6.  Al-Qur’an Pegangan Hidupnya

Manusia di jaman ini sibuk mencari jalan untuk membangun keunggulan di dunia yang semakin kompetitif. Berbagai pendidikan dan pelatihan diikuti, berbagai buku dibaca – tetapi bila satu sumber yang utama tidak dijadikannya sebagai pegangan – maka keunggulan itu tidak akan tercapai. Maka dengan Al-Qur’an-lah umat ini bisa membangun kembali keunggulan sesuai janjiNya : “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah….” (QS 7:176)

7. Sholat Malam

Sholat malam memiliki kedudukan tersendiri bagi umat ini dan bahkan sempat diwajibkan. Sholat malam menjadi bukti pemenuhan yang wajib sehingga yang sunnah-pun dilakukan – karena yang melanggengkan sholat malam pastinya sudah melaksanakan sholat wajib. Sholat malam juga menjadi titik awal pengorbanan untuk mampu meninggalkan kenikmatan duniawi (tidur) untuk meraih kenikmatan yang lebih tinggi – ber munajat kepadaNya. Maka Allah juga menjanjikan derajat yang lebih tinggi bagi yang melanggengkan sholat malam ini.

Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS 17:79)

Bagaimana kita bisa menjadi umat yang unggul, manakala kita berqurban untuk mengurangi kenikmatan tidur malam kita saja kita tidak mampu untuk melakukannya ?.

Lantas seperti apakah generasi unggulan itu gambarannya ?, yang terbaiknya tentu generasi Rasulullah beserta para sahabat beliau. Tetapi bahkan 800 tahun kemudian generasi unggulan yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu bisa dihadirkan kembali dengan sempurna.

Generasi yang dipuji langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  dalam hadits : Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin pasukan adalah pemimpin pasukannya dan sebaik-baik pasukan-adalah pasukannya” .

Sebaik-baik pemimpin pasukan yang dipuji itu adalah terwujud dalam sosok Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Kontantinopel pada usia 21 tahun 2 bulan (penanggalan masehi ) atau sekitar 22 tahun penanggalan Hijriyah.

Muhammad Al-Fatih yang tidak pernah meningalkan sholat malam sejak dia balig, dia bersama para pasukannya tidak pernah meninggalkan sholat jamaah, dia hafal Al-Qur’an sejak usia belia, dia menguasai 7 bahasa, dia menguasai berbagai ilmu pengetahuan pada jamannya.

Maka dengan kombinasi dari tujuh hal yang saya sebutkan diatas secara sempurna antara Iman, Ilmu, Amal, Hijrah, Jihad, Al-Qur’an dan Sholat Malam, orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu memimpin pasukan terbaik, mampu membuat strategi perang yang out of the box, strategi perang yang tidak bisa diduga oleh musuh sebelumnya karena bahkan terpikirkan-pun tidak. Orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu berfikir dengan apa yang tidak bisa difikirkan oleh orang lain.

Ketika pasukan Byzantine menaruh konsentrasi pasukan dan benteng-benteng perkasanya menghadap selat Bosporus – yaitu jalur utama serangan musuh-musuh mereka selama berabad-abad, Muhammad Al-Fatih punya strategi lain yang tidak terbayangkan oleh orang-orang sebelumnya. Dia bersama pasukannya, hanya dalam waktu semalam, menarik sekitar 70-an kapal perangnya mendaki bukit Galata dan langsung melautkan kembali kapal-kapal tersebut di Golden Horn – di belakang garis pertahanan Contantinopel.

Bagaimana orang seperti Muhammad Al-fatih dan para pasukannya bisa berfikir bahwa kapal tidak harus berlayar melalui laut, kapal bisa ditarik diatas kayu-kayu yang diberi minyak hewan, untuk mampu menempuh perjalanan mendaki sekitar 16 km – 70 kapal dalam semalam ?, bagaimana pekerjaan besar ini bisa dilaksanakan ?.

Semua jawabannya ada di Al-Qur’an – dari ribuan ayat yang dihafal secara mendarah daging sejak dia belia, dia mampu menghadirkan solusi dan strategi yang langsung di supervisi dan di beri petunjuk oleh Allah, …bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami…”.(QS 11 :37 dan QS 23 :27).

Jadi keunggulan umat yang blue print-nya sudah ada sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berhasil di wujudkan kembali beratus tahun kemudian – ketika umat ini berpegang pada blue print Al-qur’an dan Al-hadits tersebut, sangat mungkin pula kita terapkan untuk membangun keunggulan umat di jaman ini, di seluruh bidang kehidupan kita.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel” (HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)


Sebagaimana terbuktinya kebenaran Penaklukan Konstantinopel yang dikabarkan melalui berita nubuwah 8 abad sebelum kejadiannya, penaklukan yang berikutnya yaitu penaklukan Roma yang dikabarkan melalui berita Nubuwah yang sama – juga pasti terjadi, yang tidak pasti adalah apakah kita atau anak cucu kita yang terlibat didalam penaklukan tersebut atau bukan.

Kini 14 abad setelah kabar nubuwah bahwa Roma – yang merepresentasikan dominasi barat - bisa kita taklukkan, 8 abad setelah Konstantinopel benar-benar bisa ditaklukkan umat unggulan dari generasi pendahulu kita, umat itu kini malah terpuruk dalam dominasi barat yang luar biasa – yang melingkupi segala aspek kehidupan kita saat ini.

Maka melalui Khutbah yang singkat ini, saya ingin mengajak diri dan keluarga saya, tetangga-tetangga saya dan Jemaah sholat Iedul Adha semua yang hadir di lapangan ini, mari mulai mulai berfikir jauh kedepan. Bukan hanya berfikir bagaimana kita harus bisa menjadi umat yang unggul, tetapi kita juga harus mampu berfikir diluar yang bisa difikirkan orang lain. Kita harus mampu think the unthinkable.

Tugas berat menanti kita, bukan hanya menghadirkan kembali Islam ditengah umat agar umat benar-benar bisa unggul, tetapi kita juga harus mampu menyiapkan generasi yang akan kembali menghadirkan kejayaan Islam, generasi sekaliber Muhammad Al-Fatih dan para pasukannya yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, generasi yang akan menaklukan Roma beserta peradaban, pemikiran, ilmu pengetahuan, ekonomi dan segala kekuatan yang terwakilinya kini. 
 

Ya Allah jadikanlah pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati kami, dan jadikanlah kami beserta para keturunan kami kelak pemimpin bagi orang-orang yang beriman. Pemimpin dari umat yang akan engkau unggulkan untuk membesarkan namaMu, membesarkan agamaMu di seluruh dunia tanpa kecuali.

Ya Allah satukanlah hati-hati kami umat muslimin di negeri ini dan juga di negeri-negeri lainnya, agar kami mampu bangkit melawan kedhaliman yang melanda seantero bumi saat ini.  Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk mampu menggentarkan musuh-musuhMu dan musuh-musuh kami semua. Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal agar kami tidak mencari yang haram, perkayalah kami dengan karuniaMu agar kami tidak mencari selain dari itu.

Oleh: Tim dakwatuna.com
Kirim Print
Ilustrasi (kalimantanpost.com)

dakwatuna.com – Yogyakarta. Indonesia menegaskan kembali posisinya sebagai pusat halal dunia (halal hub) serta pelopor dalam sertifikasi halal. Upaya untuk menetapkan standar dan prosedur sertifikasi halal itu telah disusun oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Standarisasi halal yang telah disusun itu bahkan telah dicontoh oleh berbagai negara di dunia.

“Indonesia serius untuk memposisikan dirinya sebagai pusat halal dunia dan pelopor dalam globalisasi sertifikasi halal,” kata Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasharuddin Umar pada sambutannya yang dibacakan oleh Dirjen Bimas Islam Prof Dr Abdul Jamil MA dalam The 2nd Internastional Seminar on Halalness and Safety of Food and Pharmaceutical Products di auditorium LPPT UGM.

Ditambahkan, beberapa strategi yang telah dikembangkan untuk mempertahankan posisinya sebagai pusat halal dunia itu antara lain dengan meningkatkan kesadaran publik terhadap industri halal, peningkatan daya saing lokal terhadap produk-produk halal, menggelar kompetisi/lomba produk halal hingga peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan industri halal.

“Tentu langkah ini juga disertai dengan pengembangan infrastruktur produk halal yang kompatibel,” tuturnya.
Diakuinya, sejalan dengan perkembangan geopolitik dunia saat ini menuntut Indonesia untuk selalu siap memaksimalkan kemampuannya dalam memenuhi potensi pasar global produk-produk halal.

Hal tersebut cukup penting agar Indonesia terhindar sebagai negara importir produk-produk halal terutama yang berasal dari negara-negara non muslim. “Isu pasar halal ini semakin mengemuka dan berpengaruh di dunia,” katanya.

Sementara itu Rektor UGM Prof Dr Pratikno MSocSc yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Prof Dr Suratman MSc mengatakan bahwa produk makanan, kosmetik serta produk farmasi telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat modern.

Isu yang terkait kesehatan maupun lingkungan dari produk-produk halal itu juga menjadi perhatian terutama bagi masyarakat muslim. “Masyarakat muslim butuh kejelasan dan garansi kehalalan dari produk yang mereka konsumsi,” urainya. (Bambang Unjianto / CN26 / JBSM / SMCN)

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Artikel Lepas 
Oleh: Khaulah Naqiyyah Farhana

Kirim Print
Ilustrasi (inet)

ikadikobar.blogspot.com - Betapa kita sering sekali mendengar ataupun mengucapkan dua kata yang demikian memiliki arti dan mengandung makna yang sangat dalam, yaitu “Teman Sejati”. Teman sejati juga dapat kita misalkan bukan hanya sebagai calon pasangan kita nanti. Teman sejati dapat kita misalkan pada teman terdekat kita, yang sudah sangat soulmate dengan kita, selalu bersama dalam suka maupun duka, serta bersama dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan tentunya.

Sebagai remaja, tentu Ana sangat mengerti keadaan yang sudah menjadi suatu hal yang sangat wajar di kalangan remaja beberapa tahun terakhir. Kumpul-kumpul atau sering disebut nongkrong-nongkrong sudah menjadi rutinitas yang konstan dilakukan remaja di sekitar kita. Meskipun sudah menjadi suatu kebiasaan, namun itu tentunya bukan berarti bisa menjadi sesuatu yang etis untuk dilakukan.

Pada dasarnya, berkumpul adalah suatu kegiatan yang sangat bagus apabila dilakukan untuk membicarakan tentang hal-hal positif. Namun, akan sangat disayangkan apabila esensi kumpul-kumpul seperti yang dilakukan para remaja tersebut diisi dengan sesuatu yang sia-sia. Disadari atau tidak, pembicaraan yang dilakukan pada saat nongkrong-nongkrong itu akan memancing kepada obrolan yang tidak perlu, seperti membicarakan orang lain, cerita-cerita yang dapat memancing kepada hal yang menyebabkan mudharat kepada Allah. Na’udzubillah…

Ibnu Qayyim Aljauziyah membedakan berkumpul menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah “Engkau berkumpul untuk mencari kepuasan”. Dan yang kedua adalah “Engkau berkumpul bersama mereka untuk mencari keselamatan”.

Dua jenis yang disebutkan di atas tentunya memiliki makna yang sangat signifikan. Pada jenis berkumpul yang pertama, acara kumpul-kumpul hanya di tujukan kepada hedonisme semata. Dan mudharat akan lebih mendominasi dibandingkan dengan manfaatnya. Sedangkan, pada esensi kumpul yang kedua, ditujukan untuk saling member nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Oleh karena itu, kegiatan kumpul yang jenis kedua akan
sangat menguntungkan kita karena sangat bermanfaat.
Namun, di samping manfaatnya, kita juga perlu hati-hati terhadap kumpul yang jenis kedua ini, karena ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
  1. Saling membanggakan dan menampakkan kehebatan masing-masing
  2. Perkataan lebih banyak diobral dari ukuran yang dibutuhkan
  3. Menjadi tradisi dan terkadang memotong maksud yang sesungguhnya
Tiga hal tersebut adalah godaan syaitan yang terkutuk untuk menjerumuskan manusia. Oleh sebab itu, kita perlu mengevaluasi kembali kegiatan yang telah kita lakukan untuk dikaji dan menjadi pengalaman, sehingga kita menjadi makhluk yang senantiasa berusaha menjadi lebih baik. Wallahu’alam bisshawab.

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Nasional 
Oleh: Tim dakwatuna.com

Kirim Print
Ma’ruf Amin Ketua MUI. (inet)

dakwatuna.com – Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan ketidak setujuannya tentang perubahan hukuman mati menjadi hukuman penjara 15 tahun bagi terpidana perkara narkoba.
“Vonis dan grasi tersebut merusak komitmen dalam menghapus dan memberantas kejahatan narkoba” ungkap Ketua MUI, Ma’ruf Amin di kantor MUI, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).

Ia melanjutkan, hukuman mati merupakan salah satu bentuk hukuman dalam sistem hukum Islam yang sangat efektif untuk kepentingan umum agar mendapatkan keadilan, pengembalian ketertiban dan keamanan masyarakat, sekaligus menciptakan efek jera pada pelaku kejahatan.

Ia menjelaskan, hukuman mati yang ada di Indonesia adalah hukuman yang konstitusional “Yang dianut oleh konstitusi adalah hukuman mutlak, tapi dibatasi oleh ketentuan tertentu ” paparnya.

Dalam fatwa MUI nomor 10/MUNAS VII/14/2005 tentang hukuman mati dalam tidak pidana tertentu yang dikeluarkan pada 29 Juli 2005, MUI secara tegas menyatakan bahwa Islam mengakui eksistensi hukuman mati dan memberlakukannya dalam Jarimah (tindak pidana), hudu, qishah, dan ta’zir. Fatwa tersebut juga memaparkan kebolehan negara melaksanakan hukuman mati terhadap tindak pidana kejahatan tertentu.

“Kalau MA mengatakan hukuman mati melanggar HAM, itu sangat tidak tepat. Karena hukuman tersebut sudah jelas kepada siapa diberikannya” tukasnya.
Seperti diberitakan, MA membatalkan vonis hukuman mati untuk produsen narkotika Hengky Gunawan. MA beralasan pengenaan hukuman mati bertentangan dengan pasal 28 ayat 1 UUD 1945 dan melanggar Pasal 4 UU No 39/1999 tentang HAM. (Hazliansyah/Firda Bahalwan/ROL)

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.