Khutbah Iedul Adha : Momentum Qurban Untuk Re-Eksistensi Islam dalam Kehidupan Umat




Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Suara takbir dan tahmid hari ini menggemuruh di seluruh bumi. Sebelum kita mengumandangkan takbir dan tahmid ditempat ini, saudara kita dibelahan bumi yang timur telah mengumandangkannya lebih dahulu. Setelah kita selesai di sini, saudara kita di sebelah bumi yang barat akan meneruskannya. Begitu seterusnya sampai seluruh bumi ini dipenuhi dengan takbir dan tahmid, membesarkan dan memuji  namaNya dengan tiada henti.

Dalam ibadah-ibadah khusus, shalat fardhu, sholat jum’at, puasa Ramadhan, haji dan lebih-lebih dua sholat hari raya Iedhul Fitri dan Iedhul Adha – umat Islam di seluruh dunia telah mampu untuk tiada henti bersaut-sautan membesarkan dan memuji namaNya.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Tetapi sayang seribu kali sayang, Islam sebagai system hidup yang kaffah, yang seharusnya meliputi seluruh aspek kehidupan kita – di jaman ini berhenti pada tataran ibadah-ibadah khusus.


Kita mampu menggetarkan dunia dengan takbir dan tahmid kita melalui dua sholat hari raya, tetapi dimana takbir dan tahmid itu ketika kita berpolitik ?, ketika kita membangun kekuatan pertahanan ?, ketika kita berhukum ? ketika kita mendidik anak ? ketika kita di pasar?,  ketika kita berdagang ?, ketika kita mengelola sumber daya alam ?.

Dalam urusan politik, kita disuruh ber-syuro sesama kita. Tetapi kita hanya ber-syuro bila sudah kepepet, ketika ada kepentingan yang menyatukannya – ketika ada tokoh lain yang dikawatirkan lebih unggul dari tokoh kita. Sebelum terpepet masing-masing masih merasa mampu memimpin negeri ini sendirian – sesama umat berebut posisi dengan saling menjegal dan menghalangi. Akibatnya umat Islam yang mayoritas di negeri ini menjadi minoritas dalam urusan politik.

Barangkali ini yang lebih dari 1,400 tahun lalu sudah diingatkan oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan hidangan di atas nampan”. Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit Ya Rasulullah?”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari]. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.” Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw, apakah wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.””

Hadits ini nampaknya juga menggambarkan kondisi kekuatan militer umat saat ini. Kita disuruh menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh kita semua dengan ‘kuda-kuda perang’ kita, tetapi siapa yang sekarang gentar dengan umat ini ?.

Jangankan menggentarkan musuh Allah yang kini membunuhi saudara-saudara kita di Palestina, Afganistan, Rohingnya dlsb. dan mengadu domba saudara-sauadara kita di jazirah Arab, kita menggentarkan musuh Allah yang suka usil di selatan kita saja kita tidak mampu. Pesawat-pesawat kita berjatuhan sendiri sebelum berperang, kapal super modern kita justru musnah terbakar di hari-hari pertama pelayarannya. Kondisi kekuatan militer umat Islam di seluruh dunia tidak jauh dari kondisi kita di negeri ini.

Dalam bidang hukum, sering orang marah atau tersinggung bila ada yang mengingatkan melalui ayatNya bahwa “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik” (QS 5 :44 ; 45 ; 47). Mereka punya jawaban bahwa mereka sedang mengatur negeri yang besar, negeri yang modern ini. Mereka merasa hukum Allah tidak cukup luas, tidak cukup aplikatif, tidak cukup detil untuk jaman modern ini. Padahal siapakah Yang Maha Adil dan Yang Maha Tahu itu ?, para pembuat hukum jaman ini Atau Allah Yang Maha Tahu.

Bukti kefasikan dan kedhaliman itu benar-benar ada di system hukum yang dibuat manusia itu. Di negeri ini misalnya ada hal yang halal dan dianjurkan Nabi dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh hampir seluruh perawi yaitu : “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai - dari tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai - dari tangan ke tangan.”

Jual beli dengan benda bernilai intrinsik seperti emas (Dinar), perak (Dirham) semacam ini dihukumi terlarang di negeri ini, pelakukanya diancam hukuman denda dan kurungan.

Mengapa ?, karena ada hukum lain yang dibuat oleh orang-orang yang merasa lebih tahu dari Ke Maha Tahuan Allah – Undang-undang itu adalah undang-undang mata uang yang hanya membolehkan mata uang Rupiah sebagai alat transaksi di negeri ini.

Di sisi lain, ada perkara yang sangat haram dan bahkan pelakunya dimusuhi Allah dan Rasulnya yaitu Riba, begitu besarnya dosa riba ini sampai dosa terkecilnya saja diibaratkan dengan dosa menzinahi ibu kandung sendiri – tetapi dosa yang sangat besar ini perfectly dianggap ‘halal’ di system hukum negeri ini.

Bukan hanya pelakunya sebebas-bebasnya mengiklankan produk yang sangat haram ini, tetapi bahkan para pelakumnya dijamin dengan uang rakyat melalui apa yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan.

Ketika para ulama bersepakat mengingatkannya dalam Fatwa MUI no1 tahun 2004 tentang haramnya bunga (riba) bank delapan tahun lalu, sampai sekarang tidak ada yang menggubris fatwa ini.

Lantas hukum seperti apa yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram ini ?, maka sungguh benar peringatan Allah tersebut di atas : “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik”.

Dalam pendidikan, kita punya suri tauladan yang sempurna dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. System pendidikan yang mampu mengantarkan umat ini pada masa-masa kejayaannya. System pendidikan yang dengan ringkas tergambar melalui ucapan sahabat yang mulia Jundub bin Abdillah radhiallahu’anhu : “Beliau (Rasulullah) mengajari (kami) iman sebelum al-Qur’an, ketika kami diajari al-Qur’an maka iman kami semakin bertambah.”

Dimana anak-anak kita belajar iman itu sekarang ?, sebagian kecil saja dari waktu sekolah mereka untuk belajar agama Islam tetapi belum membangun karakter iman. Dengan pendidikan yang ada seperti ini apa yang kita peroleh ?.

Yang kita peroleh adalah apa yang kita miliki di negeri ini sekarang. Mirip dengan ke-Islaman orang arab badui, ketika ada diantara mereka datang kepada  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyatakan “Kami telah beriman”, langsung turun bantahan dari Allah : "Katakanlah kepada mereka (wahai Muhammad)…Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk ( ber-Islam)", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu …". (QS 49:14).

Lantas apa perbedaannya apa antara yang sudah ber-Islam dengan yang sudah beriman ?, dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikutnya (QS 49:15):


Ketika umat ini serba ragu untuk memilih, hukum apa yang akan kita pakai ?, system kehidupan yang seperti apa yang kita anut, bagaimana kita menyelesaikan urusan-urusan kita dlsb. Itu semua datang karena kita ragu – kita baru ber-Islam, kita belum beriman terhadap tuntunan baku yang dijamin kebenarannya oleh Sang maha Adil. Tuntunannya itu benar ketika diturunkan, benar untuk jaman modern sekarang ini dan bahkan tetap benar sampai akhir jaman.

Bagaimana kita bisa menghsailkan generasi yang kuat imannya, bila system pendidikan kita baru sedikit saja mengajarkan Islam tetapi belum membangun karakter Iman ? Inilah tantangan terbesar kita dibidang pendidikan saat ini.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Di bidang pasar dan perdagangan, Ada contoh yang sangat indah bagaimana suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjun langsung ke pasar untuk melakukan survey, bagaimana pasar di kelola – seperti apa orang-orang berdagang – kemudian beliau-pun bersabda “tidak sperti ini pasar kalian”. Beliau tetap mengucapkan ””Tidak seperti ini pasar kalian…” untuk seluruh pasar yang beliau kunjungi saat itu.

Lantas apa pasar yang seharusnya menurut beliau ?, beliau membuatkan umatnya pasarnya sendiri  yang sesuai, sejak awal sekali negeri Islam Madinah terbentuk (2 H). Pasar itu kemudian dibatasi dengan dua aturan beliau yang sederhana yaitu fala yuntaqashanna wala yudhrabanna.

Fala yuntaqashanna agar pasar tidak dipersempit hanya orang-orang tertentu yang bisa jualan, wala yudhrabanna agar para pedagang pasar tidak dibebani dengan beban-beban yang memberatkan mereka.

Sekarang kita lihat pasar-pasar kita ? siapa yang menguasai pasar-pasar itu ? Di pusat perdagangan terbesar negeri ini ada pasar yang sangat besar dibangun dengan bangunan bermotif kubah-kubah – layaknya budaya Islam. Tetapi oleh saudara-saudara kita pedagang muslim sendiri – gedung pasar yang megah tersebut malah disebutnya sebagai gedung semangka – dari luarnya saja  nampak hijau tetapi didalamnya mayoritas merah. Sebutan ini lahir karena hanya sekitar 8 % penguasaan muslim atas kios-kios di dalam gedung yang megah tersebut, sisanya kita semua tahu siapa mereka !.

Hal yang kurang lebih sama terjadi di seluruh pusat-pusat perdagangan negeri ini ?, siapa yang bisa berdagang di mal-mal yang mewah dan pertokoan-pertokoan yang ramai dikunjungi oleh pengunjung muslim ?, mayoritasnya pemilik mall-nya, pemilik kiosnya bukan dari kita. Mengapa ?, karena pasar diatur berdasarkan kekuatan siapa yang bayar.

Untuk adilnya, kita juga harus katakan bahwa masih ada pasar-pasar yang mayoritas pedagangnya muslim, tetapi inipun sulit dikatakan sebagai pasar yang memenui persyaratan fala yuntaqashanna wala yudhrabanna tersebut diatas. Pasar-pasar yang kumuh dan bahkan pasar kaget dipinggir jalan-pun tetap harus di bayar. Pedagang dihantui dengan biaya keamanan – padahal pasarnya tidak pernah aman. Direcoki dengan biaya kebersihan padahal pasarnya juga tidak pernah bersih.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Dalam pengelolaan sumber daya alam, kita sudah diberitahu caranya lagi-lagi oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan api (energy)”. Kita-pun lalai dengan petunjuk ini sehingga sumber daya alam negeri ini terkapling-kapling oleh mereka yang memiliki modal besar.

Saudara kita di Palestina tahu sejarah mereka, bagaimana peta Palestina yang sampai sebelum 1947 masih hijau untuk menggambarkan penguasaan tanah oleh bangsa Palestina sendiri, peta itu kini telah menjadi putih dan tinggal menyisakan titik-titik hijau yang nyaris hilang – menunjukkan dominasi penjajah Yahudi di tanah bangsa Palestina.

Kita tidak seberuntung mereka di Palestina, kita tidak sadar bahwa lahan negeri ini telah di dominasi – bukan oleh Yahudi-nya sendiri, tetapi oleh system-nya saja sudah cukup. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, kita tidak sadar bahwa lahan kita telah berubah warna petanya dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Siapa yang memiliki lahan-lahan paling mahal di pusat kota Jakarta, siapa yang menguasai kota-kota mandiri yang mengepung Jakarta. Siapa yang meng-kapling tanah ribuan hektar di Jabodetabek ?, siapa yang menguasai hutan-hutan di pedalaman Sumatra, Kalimantan sampai Irian Jaya ?.

Pengakuan seorang menteri di awal era reformasi yang saya pernah mendengarnya langsung dari beliau saat itu : “Ada lho di negeri ini seorang pengusaha yang menguasai hak pengelolaan hutan yang luasnya lebih besar dari kerajaan Inggris !”.

Bukan hanya lahan yang tidak dikuasai umat ini sekarang, sumber-sumber air kita-pun telah dikuasai oleh para konglomerat. Tambang-tambang kita dikuasai dan di eksploitasi oleh pihak asing.

Ini semua karena kita lalai dengan petunjuk beliau : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan energy”.

Jauh sebelum perhatian dunia fokus pada tiga kebutuhan basic yang begitu pentingnya sehingga bisa menjadi pemicu perang yaitu yang disebut FEW singkatan dari Food, Energy and Water – melalui hadis tersebut diatas kita sudah disuruh bersyirkah oleh beliau untuk mengurusi tiga hal ini !, kita lihat dampaknya sekarang ketika kita tidak menggubris petunjuk beliau tersebut; FEW kita (Food Energy and Water) , benar-benar menjadi tinggal few (sedikit) yang tersisa untuk kita saat ini !.

Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.

Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,

Lantas Apa yang bisa kita lakukan ?, Insyaallah kita bisa kembali menghadirkan Islam ditengah umat saat ini. Islam bisa hadir menggema bukan hanya pada sholat Iedhul Adha ini, tetapi juga hadir dalam seluruh aspek kehidupan kita. Junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjanjikan bahwa kita tidak akan pernah tersesat selamanya manakala kita berpegang pada dua hal yaitu Al-Qur’an dan Al-hadits. Maka kekuatan umat itu akan kembali bangkit manakala kita bisa benar-benar kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah beliau.

Setidaknya saya menemukan ada tujuh hal yang akan bisa membangkitkan umat ini kejaman kejayaannya – dan ini sumbernya adalah janji Allah, dan siapa yang Maha Menepati janjiNya ?.

1. Iman

Yang pertama dan utama keunggulan umat ini akan kembali adalah bila kita bisa bener-bener menjadi orang yang beriman. Hanya dengan iman inilah kita bisa mencapai derajat yang tertinggi sesuai janjiNya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” ( QS 3 :139)

Iman bukan hanya tersimpan di dalam hati, tetapi akan termanisfestasikan menjadi sejumlah besar ucapan dan juga perbuatan. Iman pula yang akan menjadi dasar untuk lahirnya karakter unggul berikutnya.

2. Ilmu

Mau tidak mau untuk bisa menjadi umat yang unggul kita harus menguasai segala aspek ilmu pengetahuan. Ini dijanjikanNya melalui ayat : “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 58 :11)

3. Amal Saleh

Banyak sekali masalah yang perlu solusi di umat jaman  ini, dan ini hanya bisa dilakukan dengan kerja langsung di lapangan. Tidak cukup dengan wacana, kebijakan, konsep, seminar dan sejenisnya. Harus benar-benar dengan kerja, benar-benar dengan amal saleh sesuai janjiNya : “Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)” (QS 20:75)

4. Berhijrah

Tidak mudah meninggalkan kebiasaan (buruk) kita, tidak mudah pula meninggalkan lingkungan kerja, pergaulan dlsb. seandainya-pun lingkungan tersebut sudah kita ketahui tidak membawa kita ke jalan kebaikan hidup di dunia apalagi di akhirat. Maka solusi berhijrah adalah jalan yang dengannya umat ini ungggul di masa lalu maupun masa yang akan datang. Hal ini dijanjikan olehNya melalui ayat : “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS 9 :20)

5. Berjihad

Berjihad adalah jalan agar umat ini tetap memiliki kehormatan dan tidak diperdaya oleh umat lainnya. Untuk syariat berjihad ini, yang terbanyak disebutkan adalah dengan harta dahulu baru dengan jiwa. Mulai dari yang ringan yang kita bisa dan lebih memungkinkan untuk melaksanakannya. Bila yang ringan ini bisa dibiasakan , maka yang berat-pun insyaallah akan terasa ringan. Yang berat akan menjadi semakin berat bila yang ringan dan bisa dilaksanakan saja tidak dilaksanakan.

Allah membedakan derajat orang-orang yang berjihad diatas yang lain melalui ayatNya : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (QS 4 :95)

6.  Al-Qur’an Pegangan Hidupnya

Manusia di jaman ini sibuk mencari jalan untuk membangun keunggulan di dunia yang semakin kompetitif. Berbagai pendidikan dan pelatihan diikuti, berbagai buku dibaca – tetapi bila satu sumber yang utama tidak dijadikannya sebagai pegangan – maka keunggulan itu tidak akan tercapai. Maka dengan Al-Qur’an-lah umat ini bisa membangun kembali keunggulan sesuai janjiNya : “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah….” (QS 7:176)

7. Sholat Malam

Sholat malam memiliki kedudukan tersendiri bagi umat ini dan bahkan sempat diwajibkan. Sholat malam menjadi bukti pemenuhan yang wajib sehingga yang sunnah-pun dilakukan – karena yang melanggengkan sholat malam pastinya sudah melaksanakan sholat wajib. Sholat malam juga menjadi titik awal pengorbanan untuk mampu meninggalkan kenikmatan duniawi (tidur) untuk meraih kenikmatan yang lebih tinggi – ber munajat kepadaNya. Maka Allah juga menjanjikan derajat yang lebih tinggi bagi yang melanggengkan sholat malam ini.

Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS 17:79)

Bagaimana kita bisa menjadi umat yang unggul, manakala kita berqurban untuk mengurangi kenikmatan tidur malam kita saja kita tidak mampu untuk melakukannya ?.

Lantas seperti apakah generasi unggulan itu gambarannya ?, yang terbaiknya tentu generasi Rasulullah beserta para sahabat beliau. Tetapi bahkan 800 tahun kemudian generasi unggulan yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu bisa dihadirkan kembali dengan sempurna.

Generasi yang dipuji langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  dalam hadits : Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin pasukan adalah pemimpin pasukannya dan sebaik-baik pasukan-adalah pasukannya” .

Sebaik-baik pemimpin pasukan yang dipuji itu adalah terwujud dalam sosok Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Kontantinopel pada usia 21 tahun 2 bulan (penanggalan masehi ) atau sekitar 22 tahun penanggalan Hijriyah.

Muhammad Al-Fatih yang tidak pernah meningalkan sholat malam sejak dia balig, dia bersama para pasukannya tidak pernah meninggalkan sholat jamaah, dia hafal Al-Qur’an sejak usia belia, dia menguasai 7 bahasa, dia menguasai berbagai ilmu pengetahuan pada jamannya.

Maka dengan kombinasi dari tujuh hal yang saya sebutkan diatas secara sempurna antara Iman, Ilmu, Amal, Hijrah, Jihad, Al-Qur’an dan Sholat Malam, orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu memimpin pasukan terbaik, mampu membuat strategi perang yang out of the box, strategi perang yang tidak bisa diduga oleh musuh sebelumnya karena bahkan terpikirkan-pun tidak. Orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu berfikir dengan apa yang tidak bisa difikirkan oleh orang lain.

Ketika pasukan Byzantine menaruh konsentrasi pasukan dan benteng-benteng perkasanya menghadap selat Bosporus – yaitu jalur utama serangan musuh-musuh mereka selama berabad-abad, Muhammad Al-Fatih punya strategi lain yang tidak terbayangkan oleh orang-orang sebelumnya. Dia bersama pasukannya, hanya dalam waktu semalam, menarik sekitar 70-an kapal perangnya mendaki bukit Galata dan langsung melautkan kembali kapal-kapal tersebut di Golden Horn – di belakang garis pertahanan Contantinopel.

Bagaimana orang seperti Muhammad Al-fatih dan para pasukannya bisa berfikir bahwa kapal tidak harus berlayar melalui laut, kapal bisa ditarik diatas kayu-kayu yang diberi minyak hewan, untuk mampu menempuh perjalanan mendaki sekitar 16 km – 70 kapal dalam semalam ?, bagaimana pekerjaan besar ini bisa dilaksanakan ?.

Semua jawabannya ada di Al-Qur’an – dari ribuan ayat yang dihafal secara mendarah daging sejak dia belia, dia mampu menghadirkan solusi dan strategi yang langsung di supervisi dan di beri petunjuk oleh Allah, …bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami…”.(QS 11 :37 dan QS 23 :27).

Jadi keunggulan umat yang blue print-nya sudah ada sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berhasil di wujudkan kembali beratus tahun kemudian – ketika umat ini berpegang pada blue print Al-qur’an dan Al-hadits tersebut, sangat mungkin pula kita terapkan untuk membangun keunggulan umat di jaman ini, di seluruh bidang kehidupan kita.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel” (HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)


Sebagaimana terbuktinya kebenaran Penaklukan Konstantinopel yang dikabarkan melalui berita nubuwah 8 abad sebelum kejadiannya, penaklukan yang berikutnya yaitu penaklukan Roma yang dikabarkan melalui berita Nubuwah yang sama – juga pasti terjadi, yang tidak pasti adalah apakah kita atau anak cucu kita yang terlibat didalam penaklukan tersebut atau bukan.

Kini 14 abad setelah kabar nubuwah bahwa Roma – yang merepresentasikan dominasi barat - bisa kita taklukkan, 8 abad setelah Konstantinopel benar-benar bisa ditaklukkan umat unggulan dari generasi pendahulu kita, umat itu kini malah terpuruk dalam dominasi barat yang luar biasa – yang melingkupi segala aspek kehidupan kita saat ini.

Maka melalui Khutbah yang singkat ini, saya ingin mengajak diri dan keluarga saya, tetangga-tetangga saya dan Jemaah sholat Iedul Adha semua yang hadir di lapangan ini, mari mulai mulai berfikir jauh kedepan. Bukan hanya berfikir bagaimana kita harus bisa menjadi umat yang unggul, tetapi kita juga harus mampu berfikir diluar yang bisa difikirkan orang lain. Kita harus mampu think the unthinkable.

Tugas berat menanti kita, bukan hanya menghadirkan kembali Islam ditengah umat agar umat benar-benar bisa unggul, tetapi kita juga harus mampu menyiapkan generasi yang akan kembali menghadirkan kejayaan Islam, generasi sekaliber Muhammad Al-Fatih dan para pasukannya yang dipuji oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, generasi yang akan menaklukan Roma beserta peradaban, pemikiran, ilmu pengetahuan, ekonomi dan segala kekuatan yang terwakilinya kini. 
 

Ya Allah jadikanlah pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati kami, dan jadikanlah kami beserta para keturunan kami kelak pemimpin bagi orang-orang yang beriman. Pemimpin dari umat yang akan engkau unggulkan untuk membesarkan namaMu, membesarkan agamaMu di seluruh dunia tanpa kecuali.

Ya Allah satukanlah hati-hati kami umat muslimin di negeri ini dan juga di negeri-negeri lainnya, agar kami mampu bangkit melawan kedhaliman yang melanda seantero bumi saat ini.  Ya Allah berikanlah kami kekuatan untuk mampu menggentarkan musuh-musuhMu dan musuh-musuh kami semua. Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal agar kami tidak mencari yang haram, perkayalah kami dengan karuniaMu agar kami tidak mencari selain dari itu.

Posting Komentar

Video

[Yours_Label_Name][video]
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.