Juni 2015


Suatu hari di bulan Ramadhan, Syaikh Yusuf Qaradhawi terpaksa menempuh perjalanan kaki sejauh 11 KM dari Thantha ke Kfar Syaikh. Itu dilakukan oleh ulama terkemuka dunia ini ketika beliau masih mahasiswa.

Kisahnya. Kala itu beliau diminta mengisi kajian di Thantha. Setelah kajian usai, saatnya Yusuf Qaradhawi pulang, namun panitia tidak memberikan sepeser uang pun kepada beliau. Panitia kajian di Thantha mengira bahwa Panitia di Kfar Syaikh telah memberikan uang transportasi untuk Qaradhwi. Sedang panitian di Kfar Syaikh justru menyangka bahwa panitia di Thantha yang akan memberikan ongkos bis untuk pengisi kajian hari itu.

Setelah kajian usai, Qaradhawi mohon diri. Tanpa disertai panitia ke halte bis. Yusuf Qaradhawi yang sadar tidak punya uang sama sekali, merasa malu untuk berterus terang kepada panitia. Maka beliau pun memutuskan untuk jalan kaki.

Adzan maghrib berkumandang, Qardhawi pun singgah di masjid terdekat. Beliau membatalkan puasanya dengan minum air kran, kemudian melanjutkan berwudhu untuk shalat maghrib. Seusai shalat, beliau berjumpa dengan seorang sahabatnya, "Sudah berbuka?" tanya Sang Sahabat. "Oh, sudah, alhamdulillah," jawab Qaradhawi cepat. Padahal maksud sahabat bertanya, apakah beliau sudah makan, sudah minum, sebagaimana layaknya orang berbuka.

Yusuf Qaradhwi merasa malu untuk berterus terang. Pun beliau tidak berterus terang bahwa beliau sebenarnya kelelahan karena berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Lapar sudah pasti melilit perut beliau. Namun rupanya rasa malu mengalahkan rasa lapar dan penat seorang Yusuf Qaradhawi.

Sodara, puasa yang saat ini tengah kita jalani, mari kita jadikan sebagai media untuk mengembalikan rasa malu yang sebagiannya telah banyak tercerabut dari diri kita. Sebab berbagai keburukan dan kejahatan yang dilakukan manusia lebih banyak karena tiadanya rasa malu.

Yusuf Qaradhawi memilih kelelahan dan kelaparan daripada menggadaikan rasa malunya. Kita mungkin tidak dituntut harus seperti itu. Tapi, setidaknya mari kita genggam rasa malu sebagaimana norma agama maupun norma yang disepakati di tengah masyarakat.

(Abrar Rifai)


By Ustadz Faidzil Adhim (Hidayatullah)

Mengingat perkataan Ibnu Abdil Hakim tentang kebiasaan Imam Malik, guru dari Imam Syafi’i, selama bulan Ramadhan. Alangkah jauh bedanya. Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Jika tiba bulan Ramadhan, Imam Malik menghindar dari membacakan hadits dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu."
Perhatikan! Bukankah majelis hadits sangat mulia? Tapi Imam Malik rahimahullah meninggalkannya bersebab ingin meraih keutamaan lebih besar. Bukankah berdiskusi dengan para ahli ilmu sangat baik? Tetapi Imam Malik rahimahullah meninggalkannya karena ingin meraih yang lebih utama. Lalu apa yang dikerjakan Imam Malik? Ibnu Abdil Hakim berkata, ”Beliau berkonsentrasi membaca Al-Qur’an dari mushaf.”
Jangan salah. Imam Malik rahimahullah bukan tidak hafal Al-Qur’an. Tetapi inilah cara beliau memuliakan Al-Qur’an dan meraih keutamaan.
Imam Az-Zuhri, seorang 'alim ahli hadits menerangkan, “Ramadhan itu adalah membaca Al-Qur`an dan memberi makan (fakir miskin).”
Tidak sedikit majelis yang tampaknya berbicara tentang agama, tetapi ia melalaikan bersebab dipenuhi canda dan kisah yang tak jelas asalnya. Alangkah jauh. Alangkah jauh... Tradisi para ulama dari kalangan salafush shalih dengan diriku di masa kini. Alangkah berbeda. Dulu para salafush shalih sibuk berdiam di bulan Ramadhan untuk meraih keutamaan. Hari ini Ramadhan seakan berubah menjadi bulan perjalanan.

Rabu, Juni 10, 2015
 Alhamdulillah, dua hari terakhir kemarin tiba juga saya ke pengungsian sementara saudara-saudara Rohingya di Aceh Utara. Begitu tiba di bumi Serambi Mekkah ini kami langsung menuju kamp pengungsi di Kuala Langsa dan Kuala Cangkoy, Aceh Utara. Sebagai personil yang mengawal satu divisi yang menangani strategi dan eksekusi kreatif berbagai materi komunikasi ACT, mendapati kesempatan seperti ini terasa demikian mewah bagi saya. Akhirnya, ada ‘rehat’ dari hari-hari sibuk brainstorming, berjibaku di studio desain dan audio visual, serta memonitor konten dan aktivitas akun-akun media sosial yang seolah tak pernah berhenti.


Pergi mengunjungi langsung saudara-saudara Rohingya, melalui perjalanan darat 7 jam dari Kota Medan ini membuat perasaan saya campur-baur. Sebab saya sudah mengikuti kisah sedih warga Rohingya sejak 2012 silam, saat saya masih menjadi praktisi kreatif di sebuah agensi periklanan. Saya tak habis pikir, saat sahabat-sahabat di ACT menceritakan kisah etnis paling teraniaya di negerinya sendiri, yang sebenarnya tak jauh dari Indonesia ini. Tiba di Pelabuhan Kuala Langsa, dimana Posko ACT berada, ada pemandangan menarik di gerbang pelabuhan. Mobil terhenti lantaran terjadi antrian panjang mobil-mobil pribadi, truk bak terbuka, dan puluhan motor warga setempat tampak mengular.


Yang paling menarik perhatian saya adalah warga lokal yang berdatangan dengan motor ingin masuk ke lokasi pengungsian. Warga Aceh Utara saja ingin melihat saudara-saudara mereka dari Rohingya, apalagi saya. Para pengungsi ini memang seperti magnet. Tapi sayang, hari itu sudah keluar ketentuan kalau warga tak bisa lagi masuk ke dalam area pelabuhan. Walau mungkin kecewa karena itikad baik mereka bersilaturrahim dengan pengungsi tak terwujud, semua berjalan tertib. Ah, beda banget dengan Jakarta dengan segala dramanya. Yang jelas salah aja bisa ngotot luar biasa.


Perasaan campur-baur ini perlahan hilang berganti dengan perasaan senang demi melihat langsung para pengungsi yang sudah di depan mata. Wajah-wajah pria dewasa Rohingya yang rata-rata berkulit hitam manis dan bermata besar itu tampak berbinar. Salam tak pernah henti terucap dari bibir-bibir mereka setiap kali bertatapan dengan kami. Di kamp ada yang tengah asyik bermain sepakbola, dan sebagian lainnya duduk-duduk menikmati suasana.


Alhamdulillah, saya selalu merasa doa mereka tak berjarak dari ridha-Nya. Bahkan menerima dan membalas salam mereka juga berarti mengumpulkan doa keselamatan dan keberkahan bagi diri saya. Senyum kini menghias bibir mereka. Sangat jauh berbeda dengan foto-foto saat mereka histeris berteriak meminta tolong dari kapal-kapal kayu yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur dan Utara yang pernah saya lihat.


Dekat Posko ACT, tampak anak-anak usia balita bermain di mini-playground. Ternyata tak semua anak-anak itu bersama ibu dan ayahnya. Sebagian orangtua mereka terbunuh di negerinya atau terdampar di negara lain tanpa kabar berita serta tak sedikit pula yang wafat saat berbulan lamanya terombang-ambing di tengah lautan karena kehausan, kelaparan atau menahan sakit tanpa pengobatan. Entah bagaimana anak-anak ini bisa bertahan. Membayangkan terik matahari di lautan memanggang tubuh mereka, dan dinginnya malam di tengah lautan terbuka, saya bergidik. Tapi di Kuala Langsa ini anak-anak itu mulai menampakkan senyumnya walau masih malu-malu. Pun saya; setengah terharu, setengahnya lagi masih terlalu kaku karena sudah lama tak turun ke lapangan. Saya ingin sekali menggendong dan memeluk anak-anak itu. Tapi entahlah, pada pertemuan pertama ini saya hanya sanggup menjabat dan membelai rambut kemerahan di kepala mereka. Waktu yang mepet karena masih harus mengejar waktu menuju Lhokseumawe malam itu, saya sedikit menyesali perjumpaan yang singkat dengan anak-anak kecil kuat itu.


Pagi hari usai, memasuki Jum’at berkah dan usai briefing pembangunan Integrated Community Shelter ICS) bagi pengungsi, saya berdoa diberi-Nya kesempatan kedua. Dan kesempatan kedua itu hadir di sore harinya, usai meninjau lokasi shelter di Gampong Blang Adoe, memenuhi undangan siaran di RRI Lhokseumawe, silaturahim dengan Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Utara dan salat jum’at serta kembali briefing sambil makan siang. Saya kembali menengok kamp pengungsian, kali ini di Kuala Cangkoy. Satu lokasi di tepi pantai yang permai dimana 332 pengungsi Rohingya sementara ditampung.


Di sini juga banyak terdapat anak-anak. Mulai usia bayi, balita hingga remaja. Kali ini saya benar-benar menikmati ngobrol, bermain dan menikmati waktu ceria bersama anak-anak hebat yang ditakdirkan Allah SWT bertahan hidup melewati segala kesulitan dan bisa hadir di hadapan kami. Iba juga melihat anak-anak ini; banyak yang masih mengalami sakit kulit (tampak di bagian kepala), ada juga yang mengalami luka di punggung yang masih dalam perawatan. Tapi tampaknya mereka tak mau melihat saya menye-menye, saya malah dikerubungi, digelendoti bahkan beberapa terus minta digendong dan dipeluk.


Anak-anak ini ternyata seru banget. Satu anak perempuan yang masih berusia 16 bulan tak mau melepaskan pelukannya, bahkan saat sebagian dari kami sudah berada di dalam mobil untuk kembali ke posko utama di Kota Lhokseumawe. Saya melambai pada mereka dari balik kaca. Memupuk harap bisa bertemu lagi, insyaAllah di shelter yang lebih nyaman dan layak untuk mereka huni dalam waktu panjang. Hingga kelak mereka mampu mandiri, tak hanya menemukan tapi sudah meyakini dan mewujudkan harapan mereka untuk bersinar kembali.


Hingga dini hari kala saya merampungkan tulisan ini, pelukan demi pelukan anak-anak Rohingya itu masih terasa. Dan saya rasa takkan pernah hilang dampaknya. Kemanusiaan hanya dapat dihidupkan melalui perbuatan. Bukan teori dan ucapan belaka. Bagi sobat yang pesimis, atau skeptis, silakan buktikan sendiri. Hadirlah diantara mereka yang mungkin belum pernah merasakan hidup bebas dari rasa takut sebelumnya.



Mengalirlah bersama arus kebahagiaan mereka. Puaskan hati dengan berbuat yang terbaik, sebaik-baik yang bisa kita berikan. Temukan nyamannya hati menatap senyuman mereka, sebagaimana menemukan janji Ilahi Rabbi bahwa jika kita melepaskan satu kesulitan hidup mereka, maka akan terlepas pula kesulitan kita di saat tiada yang mampu melepaskan segala kesusahan kita. Kala menyelamatkan satu jiwa sama nilainya dengan menyelamatkan seluruh umat manusia.


Pelukan-pelukan anak-anak Rohingya ini selamanya jadi penyemangat di dunia, dan semoga jadi penyelamat kelak di akhirat bagi saya, serta sobat semua. InsyaAllah...aamiin yaa Robbal ‘alaamiin. 

(Nurman Priatna | Creative Strategic Communication Director – ACT Foundation) 


Rabu, Juni 10, 2015

Kata orang, bangun awal itu bikin awet dan bikin sehat. Hm, apa iya? Jangan buru-buru dijawab. Baca dulu tulisan ini.

Saya tidak bertemu dengan Aa Gym sekitar 8 atau 9 tahun. Lumayan lama. Sudah sekian kali saya ingin bertemu dan beliau juga ingin mengundang, tapi ada-ada saja halangannya. Sewaktu bertemu lagi awal Juni 2015, beliau menyapa saya, “Wah, Ippho semakin muda.” Saya tidak tahu, apakah benar beliau menganggap saya semakin muda atau itu sekadar menyenangkan hati saya, hehehe. Yang jelas, Syeikh Hisyam dari Amerika Serikat, ketika saya temui beberapa tahun yang lalu, juga menyapa saya, “Anda seperti anak kuliahan.” Hehe.


Sekarang, kita lihat ibu saya. Saat ini ibu saya sudah berusia 70-an tahun Tapi alhamdulillah, rambutnya masih hitam, giginya masih utuh, dan bisa membaca tanpa kacamata. Snorkeling dan aerobic pun masih sanggup. Awet? Mungkin bisa dibilang begitu. Apa rahasianya? Entahlah. Satu hal yang pasti, saya dan ibu saya terbiasa bangun sebelum subuh. Bagi saya, setengah jam sebelum subuh dan setengah jam setelah subuh, adalah waktu istimewa.Golden time.

Kok disebut istimewa? Yah, karena memang begitu. Apapun yang Anda kerjakan di waktu itu akan menjadi ‘sesuatu’. Apakah itu tugas kantor, menyusun skripsi, menulis buku, ataupun kesibukan lainnya. Tubuh yang segar disergap dengan udara yang segar, wah benar-benar men-simsalabim-kan segala proses. Nggak percaya? Yah, Anda coba saja. #BangunAwal.  

Awet muda, menyehatkan, menyegarkan, meringankan kesibukan, dan mengundang keberkahan, itulah manfaat-manfaat tersembunyi dari bangun lebih awal. Hm, berat? Kalau bangun lebih awal saja susah, gimana mau bangun rumahtangga? Gimana mau bangun perumahan? Hehehe. Daripada tersinggung, lebih baik Anda lakukan dan rutinkan saja.Nggak ada ruginya! Untung malah! Siap?




Ippho Santosa adalah International Trainer yang telah mencerahkan seratusan perusahan dan jutaan orang di belasan negara di empat benua. Buku terbarunya #SuccessProtocol direkomendasikan oleh tiga doktor ternama 

Oleh Ust.Abdul Aziz, Lc, AlHafizh
       ~~~~~~~~~~~~~

١/ إذا ابتُليت بالشهوات فراجع حفاظك على الصلوات

1⃣Jika anda diuji dengan syahwat dan hawa nafsu, periksalah sholat anda.

Al-Quran, Surat Maryam: 59

ﻓَﺨَﻠَﻒَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻫِﻢْ ﺧَﻠْﻒٌ ﺃَﺿَﺎﻋُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ۖ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﻠْﻘَﻮْﻥَ ﻏَﻴًّﺎ

"Maka datang sesudah mereka suatu keturunan yang mereka telah melalaikan sholat dan memperturutkan syahwat hawa nafsunya"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

٢/ إذا أحسست بالقسوة وسوء الخلق والشقاء وعدم التوفيق
فراجع علاقتك وبرك بأمك

2⃣Jika anda merasa keras hati, berperangai akhlak buruk, sial sengsara dan tidak ada kemudahan, Periksalah hubunganmu dengan ibumu dan baktimu kepadanya

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيا

"Dan (Dia jadikan aku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka"
(QS. Maryam: 32)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

٣/ إذا شعرت بالإكتئاب والضيق والضنك في العيش
فراجع علاقتك بالقرآن

3⃣Jika anda merasa depresi, tertekan dan kesempitan dalam hidup, periksalah interaksimu dengan Al-Qur'an.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكا

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al- Qur'an- berdzikir), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit"
(QS. Thaha: 124)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

٤/ إذا أحسست بعدم الثبات على الحق والإضطراب
فراجع تنفيذك وفعلك لما تسمعه من المواعظ

4⃣Jika anda merasa kurang tegar dan teguh di atas kebenaran dan gangguan kegelisahan, Maka periksalah bagaimana pelaksanaanmu terhadap nasehat dan mauidzah yang engkau dengar.

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتاً

"Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (iman mereka)”
(QS. Annisa: 66)
~~~~~~~~~~~~~~~~~

🌺Mudah2an bermanfaat


KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ النَّاسَ بِهَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
أَيـُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,

Kini kita telah memasuki bulan Sya’ban. Bulan yang terletak di antara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh banyak orang sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
“(Sya’ban) ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu (terletak) antara bulan Rajab dan Ramadhan” (HR. An-Nasa’I; hasan)

Kelalaian manusia atas bulan Sya’ban bisa diketahui dari keterkejutan mereka ketika Ramadhan telah tiba. “Lho, kok sudah Ramadhan”, “Tiba-tiba sudah Ramadhan ya” dan komentar-komentar sejenisnya menggambarkan betapa Sya’ban telah dilalaikan.
Ada pula yang sebenarnya tahu bahwa Sya’ban telah tiba. Ramadhan telah menjelang. Tetapi mereka justru meningkatkan kemaksiatan. “Semampang belum Ramadhan,” alasannya.

Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Banyak orang yang melalaikan bulan Sya’ban. Padahal bulan ini adalah bulan yang istimewa. Di bulan Sya’ban inilah amal manusia diangkat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam” (HR. An-Nasa’I; hasan)
Inilah keutama’an bulan Sya’ban. Bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah Azza wa Jalla.

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Lalu amal apa yang dicontohkan Rasulullah di bulan Sya’ban? Di antara amal yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah di bulan Sya’ban adalah memperbanyak puasa sunnah.

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ 
شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Aku (Usamah bin Zaid) berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’I; hasan)

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha juga meriwayatkan kebiasaan hadits yang menunjukkan amal di bulan Sya’ban ini.

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari)

Ketika menjelaskan hadits ini dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani menerangkan bahwa kalimat “berpuasa sebulan penuh” adalah ungkapan majaz. Dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang boleh mengatakan “berpuasa sebulan penuh” padahal yang dimaksud adalah “berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu”.

Dari keterangan tersebut, kita menjadi tahu bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya’ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan ini amal diangkat, bulan ini dilalaikan oleh banyak manusia, dan sekaligus puasa Sya’ban merupakan persiapan puasa Ramadhan. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhyidin Mistu, Mushthafa Al-Bugha, dan ulama lainnya dalam Nuzhatul Muttaqin.

Ulama yang lain menjelaskan bahwa memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban itu maksudnya adalah puasa-puasa sunnah. Yakni puasa Senin Kamis, puasa ayyamul bidh, puasa Dawud dan puasa yang disunnahkan lainnya.

Adapun mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua hari terakhir Sya’ban hukumnya makruh. Kecuali puasa yang memang wajib akibat nadzar, qadha’ atau kafarat. Atau puasa sunnah yang biasa dilakukan baik Senin Kamis maupun puasa Dawud.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ
“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa” (HR. Al Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Amal kedua pada bulan Sya’ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi muslimah yang masih belum selesai mengqadha’ puasa Ramadhan.
Aisyah mengatakan:
كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم
Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban, karena sibuk melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Al Bukhari)

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Amal ketiga pada bulan Sya’ban ialah memperbanyak ibadah dan amal shalih secara umum. Baik menggiatkan shalat rawatib, shalat malam, tilawah Al-Qur’an, sedekah, amal sosial dan lain-lain. Karena bulan Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal, maka alangkah baiknya ketika amal kita benar-benar bagus pada bulan ini.

KHUTBAH KEDUA

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَاحِبَ الْوَجْهِ اْلأَنْوَرِ، وَالْجَبِيْنِ اْلأَزْهَرِ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ الرَّشِدِيْنَ وَاْلأَئِمَّةِ الْمَهْدِيِّيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بَالْحَقِّ وَبِهِ كَانُوْا يَعْدِلُوْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِى وَعَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعِنَا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى اْلاخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِلْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَوْفُوْا بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلاَ تَنْقُضُوااْلأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيْدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللهُ عَلَيْكُمْ كَفِيْلاً، إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَاتَفْعَلُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ


Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.