September 2015



“..Kabar-kabar tentang Paduka telah sampai pada kami bersinar bagai permata. Tetapkanlah hati. Paduka akan beruntung jika Paduka bekerja semata karena takwa pada Allah. Janganlah takut akan kemalangan dan jauhilah segala perbuatan jahat. Jika orang melakukan yang demikian, akan dia temukan surga tanpa awan dan bumi tanpa kotoran..”

Surakarta, 1772.

Tiga surat berbahasa Arab beserta bendera bertulis “La ilaha illallah” yang diserahkan Patih Kasunanan, Raden Adipati Sasradiningrat itu menggemparkan kediaman Residen F.C. Van Straalendorff. Salinan terjemah dari salah satu nawala yang kemudian dikirim ke Batavia bahkan membuat Gubernur Jenderal VOC, Petrus Albertus van der Parra (1761-1775) sukar tidur, meski Sasradiningrat bersumpah bahwa tak seorang Jawapun yang telah membaca surat itu selain dia dan carik (sekretaris)-nya.

Penulis surat itu tinggal nun jauh di Makkah. Namanya Syaikh ‘Abdushshamad Al Jawi Al Falimbani (1704-1789), seorang ‘ulama besar di Masjidil Haram kelahiran Palembang, penulis berbagai kitab dan yang terpenting untuk disebut di sini di antaranya berjudulNashihatul Muslimin wa Tadzkiratul Mu’minin fi Fadhailil Jihadi wa Karamatil Mujahidin(Nasehat orang-orang muslim dan pengingat orang-orang mukmin tentang keutaman jihad dan kemulian para mujahid).

Alamat yang dituju adalah tiga anggota Wangsa Mataram yang paling berkuasa di Jawa; Kangjeng Sultan Hamengkubuwana I (1755-1792) di Yogyakarta, Sri Susuhunan Pakubuwana III (1749-1788) di Surakarta, dan Pangeran Miji Mangkunegara (1757-1795).

Yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa oleh Carik Kertabasa adalah surat untuk Mangkunegara, yang lalu dialihmakna ke Bahasa Belanda untuk dikirim pada Gubernur Jenderal. Sejarawan Merle C. Ricklefs dalam karyanya, Yogyakarta Under Sultan Mangkubumi 1749-1792, menduga bahwa surat untuk Mangkunegara inilah yang paling menghasut, mengingat Sang Pangeran “angkuh dan mudah berkelahi” serta “lebih cenderung menggunakan kekerasan” karena “milik yang dipertaruhkannya paling kecil dan berharap mendapat lebih besar jika terjadi pergolakan”.

Tapi patut pula diduga, surat untuk Susuhunan Surakarta, dan terutama Sultan Yogyakarta yang pernah membuat VOC berdarah-darah dalam Perang Palihan Nagari (1746-1755) tak kalah seru isinya. Bahkan konon surat untuk Sultan disertai hadiah air zam-zam sebagaimana dahulu moyangnya Sultan Agung (1613-1645) menerimanya dalam Enceh Kyai Mendung dari Sultan ‘Utsmani, Murad IV (1623-1640) dan Syarif Makkah, Zaid ibn Muhsin Al Hasyimi (1631-1666). Tentu saja, atas perintah Batavia semua surat itu segera dihancurkan agar tak bocor isinya.

“..dan karena Paduka adalah keturunan Raja-raja Mataram yang dianugerahi berkat Allah dan RasulNya. Maka keadilan Paduka sudah diketahui di  mana-mana. Lagi pula sudilah hendaknya Paduka membaca ayat-ayat Al Quran yang berbunyi: ‘Sedikit orang dapat mengalahkan kekuatan besar.’

Lagi pula sudilah hendaknya Paduka mempertimbangkan bahwa dalam Quran tertulis ayat-ayat yang menyatakan: ‘Bila seseorang mati dalam Perang Sabil, janganlah kalian katakan dia mati.’ Karena Allah telah berfirman bahwa jiwa orang itu masuk ke dalam badan seekor burung yang langsung membawanya ke surga.

Dan haruslah lebih-lebih Paduka camkan, karena jiwa yang mati dalam Perang Sabil adalah bagai bunga yang harumnya tercium dari fajar sampai petang. Ya, bahkan semua Makkah dan Madinah, beserta seluruh negeri Melayu, takjub akan keharumannya..”

Dalam kutipan singkat kita membaca, betapa luar biasa perhatian Syaikh ‘Abdushshamad yang ayahnya menjadi Mufti Kesultanan Kedah ini terhadap perkembangan Nusantara dan bagaimana pemahamannya akan kewajiban ‘Ulama untuk menasehati Umara’, menegakkan amar ma’ruf-nahi munkar, serta mengobarkan jihad di Nusantara melawan kekuatan penjajah kafir.

Betapapun surat-surat ini keburu dicegat oleh Patih Surakarta yang amat setia kepada VOC dan gagal sampai pada tujuannya, tulisan kami ini hendak memberi penghargaan kepada kurir yang telah membawanya menantang bahaya, terombang-ambing di lautan dari Jeddah ke Aden ke Mascat ke Gujarat ke Sailan ke Penang ke Palembang ke Batavia ke Semarang hingga sampai di ibukota Kasunanan.

Dokumen Belanda dari salinan surat menyebut nama Haji Besari dan Haji Muhammad Idris.

Kematian Haji Besari di Surakarta sebelum sempat menyerahkan ketiga surat inilah yang menjadikan Patih Sasradiningrat berhasil ‘mengamankannya’. Adapun nasib Haji Muhammad Idris yang kemudian diburu oleh pasukan Sang Patih tidak jelas. Kabar burung menyebut dia berlindung ke wilayah Kasultanan Yogyakarta.

Gelar Haji

Inilah salah satu peristiwa mula-mula yang membuat pemerintahan VOC menyadari; mereka yang pulang dari Makkah dengan membawa gelar Haji adalah manusia berbahaya. Bahaya bagi penjajahan. Bahaya bagi penindasan. Bahaya bagi keterpecahan, keterbelakangan, dan kebodohan.

Sebab mereka yang pulang dari menunaikan rukun Islam kelima ini pastilah kuat secara sosial ekonomi, dan tentu saja beriman, tangguh fisiknya, lagi bernyali; terbukti mampu mengarungi perjalanan pergi pulang yang sukar dan berbahaya. Pun di Tanah Suci mereka pasti mendapatkan wawasan internasional, ilmu agama yang kian dalam, serta menyelami persaudaraan muslimin sedunia. Memandang keluar membaca bentang dunia luas, serta merenung ke dalam memikirkan diri dan bangsanya, jiwa-jiwa imani itu pasti akan membawa pulang nyala api perjuangan untuk tanah airnya.

Serentetan peristiwa di abad selanjutnya semakin membuat pemerintah jajahan yakin, para haji adalah manusia berbahaya. Di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwana I dengan pemurah terus mengirimkan para pengulu, kaum, kyai, dan santri perdikan untuk berhaji. Menurut Ricklefs, pada 1776 dan 1781 Sultan memberangkatkan rombongan haji. Bahkan pada 1785, sekelompok ‘ulama ditugaskan menerima gelar resmi Sultan untuk Hamengkubuwana I dari Syarif Makkah, disertai pembangunan Gedung Wakaf Mataram di dekat Masjidil Haram yang akan terus menjadi tempat tinggal para mukimin Jawa di Makkah hingga masa Hamengkubuwana VIII.

Masjid-masjid Pathok Negara-nya di Dongkelan, Babadan, Plasakuning, dan terutama Mlangi yang dipimpin putranya sendiri, Raden Mas Sandiya bergelar Kyai Nur Iman, menjadi pusat-pusat keislaman yang menarik kehadiran kaum santri. Di abad baru, Tegalreja yang dikelola permaisurinya yakni Ratu Ageng sembari mengasuh Diponegoro kecil menambah daftar pusat syiar. Di tempat-tempat inilah para calon haji biasanya bermukim beberapa bulan untuk mempersiapkan diri dan ilmu sebelum diberangkatkan.

Peter Carey dalam The Power of The Prophecymencatat nama Haji Badaruddin, panglima pasukan santri Suronatan yang sampai dua kali berhaji. Ada pula Pengulu Keraton Pekih Ibrahim, Ketib Muhamad Bahwi, Nur Samsi, Amad Ripangi, Abdullatip, Amad Anom, Ngarpani, Amad Ngali, Amad Ngijan, Amad Masam, Amad Sangi, Nitirejo, Resomenggala, dan Kyai Pengulu Rahmanudin.

Di Surakarta, Susuhunan Pakubuwana IV (1788-1820) lebih masyhur lagi sebagai ‘sahabat kaum santri’. Pada 1812, demikian dilaporkan kepada Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles, seperti dikutip Carey, Susuhunan punya 24 Haji Keraton dan 51 Kyai yang digajinya secara pribadi. Adik beliau, Pangeran Buminata, terkenal akan kedermawanannya pada kaum ‘ulama termasuk kepada Kyai Taptajani, juga Kyai Maja beserta saudara-saudaranya; Kyai Kasan Besari, Kyai Baderan, dan Kyai Pulukadang.

Jejaring komunitas haji, kyai, pengulu, dan santri inilah, baik yang ada di Kasultanan maupun Kasunanan, demikian disimpulkan dari Peter Carey, akan menjadi tulang punggung perlawanan dahsyat Pangeran Diponegoro kepada Pemerintah kolonial Belanda (1825-1830). Dalam daftar yang dia susun dari Babad Diponegoro Manado, Carey mencantumkan lebih dari 120 haji yang kemungkinan besar hadir di Selarong saat pembai’atan Diponegoro sebagai Sultan ‘Abdul Hamid Herucakra Kabirul Mukminin Khalifatu Rasulillah Ratu Paneteg Panatagama. Beserta mereka, demikian dicatat Saleh As’ad Djamhari dalam Strategi Menjinakkan Diponegoro, ada lebih dari 15 Syeikh, puluhan Kyai besar dan Pengulu, serta ratusan Kyai desa.

Sekali lagi, para haji adalah manusia-manusia berbahaya. Bersama Diponegoro mereka menguras 20 Juta Gulden kas penjajah, serta menewaskan 15.000 pasukan Belanda.

Tentu saudara-saudara mereka di Sumatera tak kalah greget. Tiga nama jamhur; Haji Miskin dari Pandai Sikat, Haji Sumanik dari VIII Kota, dan Haji Piobang dari Tanah Datar sebagai cikal bakal Gerakan Padri telah amat masyhur. Perubahan yang mereka bawa, dari memurnikan pengamalan agama di Minangkabau hingga perang besar melawan tentara kolonial Belanda, 1803-1838, amat nyata.

Abad selanjutnya mencatat nama Haji Ahmad Dahlan yang mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, Haji Hasyim Asy’ari yang membidani Jam’iyyah Nahdlatul ‘Ulama, Haji Rasul dengan Sumatera Tawalib, dan jejaring jama’ah haji yang menjadi murid-murid Syaikh Ahmad Khatib Al Minankabawy di Makkah. Semua haji itu pulang membawa bahaya. Bahaya bagi penjajahan. Bahaya bagi penindasan. Bahaya bagi keterpecahan, keterbelakangan, dan kebodohan.

Para haji yang kembali ke tanah air itu hampir semuanya bergerak aktif dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, pengajaran agama, penyadaran kebangsaan, serta penguatan persatuan dan ukhuwah islamiyah.

Menurut Yudi Latif dalam Intelegensia Muslim dan Kuasa, bersebab kian besarnya kekhawatiran akan bahaya haji, Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1825, 1827, 1831 dan 1859 mengeluarkan berbagai Oordonnatie yang ditujukan untuk pembatasan ibadah haji dan memantau aktivitas mereka sekembalinya ke Tanah Air.

Larangan Haji

Puncak dari kekhawatiran Pemerintah Kolonial Belanda terhadap bahaya dari para haji ini tampak dengan dikeluarkannya Pilgrims Ordonnantie Staatsblad 1903 Nomer 26, Staatsblad 1922 Nomor 698, Staatsblad 1927 Nomor 508,  dan Staatsblad 1931 Nomor 44. Ringkasan dampaknya antara lain adalah:

1. Tidak boleh lagi orang-orang asing, terutama Arab, berkunjung ke daerah Indonesia karena dianggap melakukan provokasi.

2. Sultan, kaum priyayi, penguasa daerah, dan abdi dalem dilarang pergi haji, dikhawatirkan akan terpengaruh Pan-Islamisme.

3. Membuka Karantina Haji di Pulau Onrust, Teluk Jakarta. Untuk alasan kesehatan memang di sinilah tempat penampungan para haji untuk dipastikan tak membawa penyakit menular. Tapi tercatat pula, di sinilah banyak para haji yang jika pulang dinilai akan menimbulkan masalah bagi pemerintah jajahan hidupnya berakhir.

4. Mengharuskan yang sudah berhaji untuk selalu mencantumkan gelar hajinya, agar mudah diawasi. Orang yang pergi haji hanya diberi passpor khusus haji, agar tidak bisa pergi ke tempat lain.

5. Masjid tidak boleh dibangun di tempat-tempat ramai. Kuburan didekatkan ke Masjid dan dihembuskanlah propaganda bahwa kuburan itu angker agar Masjid tak menjadi pusat pergerakan, tempat kaum muda berkumpul membahas nasib bangsa.

Disebabkan aturan inilah seorang putra Wedana di Kleco-Madiun sekaligus cucu Bupati Ponorogo yang bernama Oemar Said meninggalkan jabatannya sebagai ambtenaardan bersungkal-faham dengan mertuanya. Dia memilih untuk berhaji, dan sepulangnya ke Nusantara membesarkan Sarekat Islam untuk menjadi Ibu bagi semua pergerakan Nasional dan rumahnya pun menjadi tempat tinggal para pemuda yang kelak menjadi para Bapak Bangsa. Namanya terus bergaung, sang Raja Jawa Tanpa Mahkota, Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Semboyannya yang berbahaya terus berkumandang: semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepandai-pandai siasat.

Inilah para haji kita, manusia-manusia yang berbahaya bagi segala kezhaliman, kemunkaran, dan kekejian. Kedatangan mereka ke tanah air dinantikan untuk menghabisi penindasan, keterpecahan, keterbelakangan, dan kebodohan.  Kedatangan mereka ke tanah air harus menjadi tonggak perubahan sosial, perbaikan ekonomi, pembinaan moral, peningkatan taraf pendidikan, kesehatan, serta kemakmuran.

Selamat datang kembali di tanah air jama’ah haji Indonesia. Selamat menjadi manusia berbahaya. Selamat berkiprah berdarma bakti untuk ummat dan bangsa. Atau jangan kita bangga menyandang rukun Islam agung itu di depan nama.

15 Dzulhijjah 1436 H

Salim A. Fillah

*Sumber: http://salimafillah.com/haji-manusia-berbahaya/

By Irwan Rinaldi

Pendidikan anak mungkin bisa diwakilkan oleh guru atau siapapun, tapi untuk pengasuhan, orangtualah yang harus terjun langsung dalam hal ini, karena pengasuhan yang dilakukan langsung oleh orangtua akan membentuk karakter anak nantinya.

Porsi terbesar pembentukkan karakter sebaiknya dilakukan oleh ayah. Penelitian di Amerika, dari seratus ribu anak, ada tujuh puluh ribu anak menyatakan lebih memilih ayah dalam membentuk karakter mereka.

Indonesia didaulat sebagai Fatherless Country, negara tanpa keberadaan ayah secara psikologis. Hingga akibatnya anak-anak mengalami krisis Father Hunger, dimana ia sangat membutuhkan sosok ayah, namun tak dapat dimilikinya. Ayah Irwan menyebutnya dengan “Ayah ada – Ayah tiada”. Secara fisik dia ada, nampak, namun tidak ada dalam pengasuhan kepada anaknya. yang kemudian berdampak hilangnya rasa berani dan rasa percaya diri dalam dirinya. Berapa banyak ayah yang jarang menghabiskan waktunya untuk bermain dan bercengkrama dengan anaknya, hanya karena urusan pekerjaan, Berapa banyak ayah yang pulang kantor sangat lelah hingga tak mampu untuk sekedar tersenyum dan mendengar anaknya bercerita bagaimana ia membuat rumah-rumahan dari sedotan saat di sekolah?

jika sosok ayah di mata anak tidak ada, maka terlalu panjang tahap pendewasaan anak tersebut. Padahal usia puncak tahap kematangan psikologis anak adalah 15 tahun bukan 30 tahun seperti yang terjadi di Indonesia.

Ilmu itu dari Al-Qur’an

Islam sangat konsen dalam masalah Fathering. Hampir 70% dari isi Al-Quran membahas tentang Fathering. Ayah Irwan bercerita tentang pengalamannya dalam konferensi Parenting di Singapore. Ada sebuah tokoh parenting disana yang beliau kagumi karena buku parenting yang diterbitkannya sangat laris dan bagus sekali isinya. Namanya, Clayton, seorang yahudi berkulit hitam. Ayah Irwan bertanya kepadanya kurang lebih, “Mengapa anda bisa menulis buku yang bagus sekali?”, lalu Clayton menjawab, “Seharusnya Pak Irwan yang menulis buku itu, karena seluruh buku Fathering yang saya tulis itu semuanya berdasarkan Al-Qur’an.” Miris sekali ketika harus seorang yahudi yang mengambil ibrah dari kitab suci yang dimiliki oleh kita—umat muslim. Bahkan dengan jelas, Allah telah menuliskan satu surah khusus untuk parenting keayahan dalam surah Luqman, yang menceritakan bagaimana Luqman mendidik anaknya untuk taat kepada Tuhannya.

Terlalu Banyak Stimulan Perempuan

Dikarenakan ayah hanya berkutat pada pencarian nafkah, maka Parent Leader pun diserahkan kepada sang istri. Bahkan di PAUD dan TK pun gurunya 96% adalah perempuan. Anak-anak juga membutuhkan sosok ayah yang ada secara fisik dan psikologis, yang mampu menceritakan bagaimana gagahnya Muhammad, bagaimana kuat dan tegasnya Umar, bagaimana militannya Al Fatih, dan tokoh islam lainnya. Karena ada karakter yang bahkan seorang ibu tidak bisa mencontohkannya kepada anak, dan itu adalah tugas ayah dalam mengasuh anaknya.

By Irwan Rinaldi

Di Finlandia, jika seorang istri melahirkan, maka dia diberikan jatah cuti selama dua tahun. Masyaallah DUA TAHUN, sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang hanya TIGA BULAN. Selama dua tahun pembiayaannya di tahun pertama di tanggung oleh pemerintah dan pada tahun kedua dibayarkan oleh tempat dia bekerja. Anda dapat membaca bagaimana perkembangan pendidikan anak di Finlandia, bagaimana negara tersebut mampu menciptakan sumber daya manusia yang sangat baik.

Umat islam dalam pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, jika di kurs kan uang pada saat ini, gaji guru kanak-kanak pada masa itu sekitar 90 juta rupiah per bulannya. Mengapa begitu besar? Karena pada saat itu, mereka mengerti betul pentingnya masa kanak-kanak dalam pembentukan karakter dan penginputan informasi ke dalam pribadi anak. Ketika di perguruan tinggi, kemampuan untuk menyerap informasi tak lagi mudah seperti saat dia balita.


5 Posisi Kontrol Menurut Irwan Rinaldi

Sebagai orang tua, kita diberikan pilihan untuk menjadi siapa dalam mendidik anak-anak kita kelak. Bagaimana posisi kontrol menentukkan karakter anak.

Penghukum
Akan melahirkan anak-anak yang suka memberontak, menyalahkan orang lain, suka berbohong, sehingga akibatnya dia akan mengulangi dan mengulangi lagi kesalahannya.

Pembuat Orang Merasa Bersalah
Akan melahirkan anak-anak yang suka menyembunyikan keinginannya yang sesungguhnya, suka berbohong, suka menyangkal, sehingga akibatnya anak akan merasa rendah diri.

Teman
Akan melahirkan anak-anak yang ketergantungan, sehingga akibatnya anak akan lemah dan tidak mandiri.

Pemantau
Akan melahirkan anak-anak yang menyesuaikan diri jika diawasi, sehingga akibatnya akan menitikberatkan apa hadiah untuk dirinya

Manager
Akan melahirkan anak-anak yang menguatkan pribadi, sehingga akibatnya anak akan mengevaluasi diri dan memperbaiki diri.

Menjadi ayah idaman tidak datang dengan sendirinya. Ia dibentuk dari suatu proses pendewasaan dan perbaikan karakter. Sebelum karakter Anda dicontoh oleh anak Anda nantinya, pastikan Anda sudah dikoreksi terlebih dahulu oleh pasangan Anda dan Anda sudah mulai memperbaiki karakter buruk itu. Menjadi ayah idola harus belajar tpastikanerus dalam memperbaiki kekurangan dan mengoptimalkan potensi anak di usia mudanya.

Pengasuhan yang harus diberikan ayah kepada anaknya ada 3 poin :

Pengarahan
Pembiasaan
Keteladanan
Pada umur 0-10 tahun, anak sangat butuh banyak pengajaran dari orang tua. Pada tahun-tahun awal ini, anak sering berbuat kesalahan. Disinilah seorang ayah berperan dengan memberi contoh yang benar dari kesalahan yang dilakukan si kecil. Pengkoreksian yang rutin akan membuat sang anak mengerti betul bagaimana seharusnya bersikap. Karena pentingnya proses ini, maka selayaknya tidak boleh ada pendelegasian.

Pada umur 10-15 tahun, ayah selayaknya lebih banyak berdialog dengan anaknya. Pada tahap ini, anak sudah memiliki pemikiran sendiri dan bagaimana baik dan buruknya perilaku. Anak sangat membutuhkan bimbingan di fase ini. Fungsi ayah adalah menjadi kontrol dan selalu memonitor sifat, sikap, dan perilaku anak.

Apa Mimpi Orang Tua dan Guru kepada Anak-anaknya?

Mereka menginginkan para anak – anaknya menjadi Generasi Terbaik, tetapi sayang, menurut Ayah Irwan masih banyak generasi di Indonesia yang merupakan Generasi Terbalik.

Mengapa?

Generasi Terbalik mempunyai ciri-ciri :

Kematangan biologis melebihi kematangan mental/psikologis
Mempunyai karakter Flight bukan Fight
Generasi terbalik banyak kita jumpai disekitar kita, mungkin kita termasuk didalamnya. Umur 23 tahun tetapi cara bertindak dan berfikirnya seperti umur 11 tahun, sering lari dari masalah daripada menghadapinya.

Apa Penyebabnya?

Penyebab terbesarnya adalah Kesalahan dalam Pola Pengasuhan. Zaman sekarang, banyak dari kita, yang menyerahkan pola pengasuhan anak kepada pembantu. Padahal di dalam Islam keberhasilan At-Tarbiyah wa Ar-Riayah (pendidikan & pengasuhan) ada di umur 0-15 tahun, karena itu adalah umur terbaik manusia, dan dari usia itu, yang lebih baik adalah pada usia 0-10 tahun, lebih baik dari itu adalah usia 0-5 tahun, hingga yang paling terbaik adalah pada saat usia 0-3 tahun. Sebagian besar keluarga tidak mengoptimalkan pengasuhan dan pengajaran pada anak ketika umur nol hingga tiga tahun. Padahal anak usia 0-3 tahun dapat menghapal 1500 kata-kata baru setiap harinya dengan cepat. 80% kecerdasan manusia terletak pada periode 0-3 tahun awal kehidupannya.

Saraf-saraf otaknya sangat optimal pada tahun itu. Jaringan demi jaringan terus berkembang seiring dengan meluasnya informasi yang ia dapatkan. Bisa dibayangkan bagaimana jika pada usia 0-3 tahun, kita asuh sendiri anak kita dan kita sering lantunkan ayat-ayat Al-Quran kepadanya, sudah bisa dipastikan anak-anak kita akan menjadi hafidz dan hafidzah di usia kanak-kanaknya, karena mereka bisa menghafal 1500 kata setiap harinya. Sedangkan Al-Quran hanya terdiri dari 6236 kata saja. Itulah mengapa, ulama –ulama zaman dahulu pada usia anak-anak sudah hafal Al-Quran, seperti Imam Syafii. Tidak hanya cerdas dalam ingatan, tetapi secara mental juga mereka sudah matang sehingga muncul cendekiawan muda di zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu Anas bin Malik, yang diumur 9 tahun sudah dapat menyelesaikan persoalan orang dewasa yang diberikan kepadanya. Usamah bin Zayd yang memutuskan untuk pergi berjihad tanpa ada paksaan dari siapapun. Mereka inilah yang seharusnya kita jadikan benchmark jika kita berkaca terhadap perkembangan anak di umur 9 tahun. Lalu, mau jadi apa anak kita nanti ketika berumur 19 tahun? Menjadi pelajar biasa ataukah bisa menjadi Al Fatih, yang pada usia 19 tahun mampu memimpin pasukan dan merebut Konstantinopel?

Father Hunger

Pendidikan anak mungkin bisa diwakilkan oleh guru atau siapapun, tapi untuk pengasuhan, orangtualah yang harus terjun langsung dalam hal ini, karena pengasuhan yang dilakukan langsung oleh orangtua akan membentuk karakter anak nantinya.

Porsi terbesar pembentukkan karakter sebaiknya dilakukan oleh ayah. Penelitian di Amerika, dari seratus ribu anak, ada tujuh puluh ribu anak menyatakan lebih memilih ayah dalam membentuk karakter mereka.

Indonesia didaulat sebagai Fatherless Country, negara tanpa keberadaan ayah secara psikologis. Hingga akibatnya anak-anak mengalami krisis Father Hunger, dimana ia sangat membutuhkan sosok ayah, namun tak dapat dimilikinya. Ayah Irwan menyebutnya dengan “Ayah ada – Ayah tiada”. Secara fisik dia ada, nampak, namun tidak ada dalam pengasuhan kepada anaknya. yang kemudian berdampak hilangnya rasa berani dan rasa percaya diri dalam dirinya. Berapa banyak ayah yang jarang menghabiskan waktunya untuk bermain dan bercengkrama dengan anaknya, hanya karena urusan pekerjaan, Berapa banyak ayah yang pulang kantor sangat lelah hingga tak mampu untuk sekedar tersenyum dan mendengar anaknya bercerita bagaimana ia membuat rumah-rumahan dari sedotan saat di sekolah?

jika sosok ayah di mata anak tidak ada, maka terlalu panjang tahap pendewasaan anak tersebut. Padahal usia puncak tahap kematangan psikologis anak adalah 15 tahun bukan 30 tahun seperti yang terjadi di Indonesia.

Ilmu itu dari Al-Qur’an

Islam sangat konsen dalam masalah Fathering. Hampir 70% dari isi Al-Quran membahas tentang Fathering. Ayah Irwan bercerita tentang pengalamannya dalam konferensi Parenting di Singapore. Ada sebuah tokoh parenting disana yang beliau kagumi karena buku parenting yang diterbitkannya sangat laris dan bagus sekali isinya. Namanya, Clayton, seorang yahudi berkulit hitam. Ayah Irwan bertanya kepadanya kurang lebih, “Mengapa anda bisa menulis buku yang bagus sekali?”, lalu Clayton menjawab, “Seharusnya Pak Irwan yang menulis buku itu, karena seluruh buku Fathering yang saya tulis itu semuanya berdasarkan Al-Qur’an.” Miris sekali ketika harus seorang yahudi yang mengambil ibrah dari kitab suci yang dimiliki oleh kita—umat muslim. Bahkan dengan jelas, Allah telah menuliskan satu surah khusus untuk parenting keayahan dalam surah Luqman, yang menceritakan bagaimana Luqman mendidik anaknya untuk taat kepada Tuhannya.

Terlalu Banyak Stimulan Perempuan

Dikarenakan ayah hanya berkutat pada pencarian nafkah, maka Parent Leader pun diserahkan kepada sang istri. Bahkan di PAUD dan TK pun gurunya 96% adalah perempuan. Anak-anak juga membutuhkan sosok ayah yang ada secara fisik dan psikologis, yang mampu menceritakan bagaimana gagahnya Muhammad, bagaimana kuat dan tegasnya Umar, bagaimana militannya Al Fatih, dan tokoh islam lainnya. Karena ada karakter yang bahkan seorang ibu tidak bisa mencontohkannya kepada anak, dan itu adalah tugas ayah dalam mengasuh anaknya.

Negara-negara besar dilihat dari bagaimana hebatnya TK dan SD nya.

Di Finlandia, jika seorang istri melahirkan, maka dia diberikan jatah cuti selama dua tahun. Masyaallah DUA TAHUN, sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang hanya TIGA BULAN. Selama dua tahun pembiayaannya di tahun pertama di tanggung oleh pemerintah dan pada tahun kedua dibayarkan oleh tempat dia bekerja. Anda dapat membaca bagaimana perkembangan pendidikan anak di Finlandia, bagaimana negara tersebut mampu menciptakan sumber daya manusia yang sangat baik.

Umat islam dalam pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, jika di kurs kan uang pada saat ini, gaji guru kanak-kanak pada masa itu sekitar 90 juta rupiah per bulannya. Mengapa begitu besar? Karena pada saat itu, mereka mengerti betul pentingnya masa kanak-kanak dalam pembentukan karakter dan penginputan informasi ke dalam pribadi anak. Ketika di perguruan tinggi, kemampuan untuk menyerap informasi tak lagi mudah seperti saat dia balita.

Ayah Pendongeng

Fathering mengajarkan seorang ayah agar selalu bercerita kepada anaknya. Cara penyampaian cerita nya pun tergantung dengan usia anak tersebut. Cara menyampaikan pesan kepada anak umur 5 tahun berbeda dengan anak umur 10 tahun, itulah mengapa perlu adanya pengasuhan yang tak terputus oleh ayah kepada anaknya.

Pengasuhan dan Pendidikan

Pengasuhan dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Contohnya dalam konteks Al-Quran dan hubungannya kepada anak. Mengajarkan anak membaca Al-Qur’an, itu adalah pengajaran, sedangkan mengajari anak mencintai Al-Qur’an, itu adalah pengasuhan. Pengasuhan selayaknya tidak dilimpahkan kepada orang lain selain orang tua itu sendiri. Pengasuhan merupakan pengajaran yang harus selaras antara ucapan dan percontohan amalan tersebut. Pengasuhan adalah tentang amalan, bagaimana anak tersebut mencintai amal sholeh dan menggenggam prinsip tauhid yang dicontohkan oleh orang tuanya.

5 Posisi Kontrol

Sebagai orang tua, kita diberikan pilihan untuk menjadi siapa dalam mendidik anak-anak kita kelak. Bagaimana posisi kontrol menentukkan karakter anak.

Penghukum
Akan melahirkan anak-anak yang suka memberontak, menyalahkan orang lain, suka berbohong, sehingga akibatnya dia akan mengulangi dan mengulangi lagi kesalahannya.

Pembuat Orang Merasa Bersalah
Akan melahirkan anak-anak yang suka menyembunyikan keinginannya yang sesungguhnya, suka berbohong, suka menyangkal, sehingga akibatnya anak akan merasa rendah diri.

Teman
Akan melahirkan anak-anak yang ketergantungan, sehingga akibatnya anak akan lemah dan tidak mandiri.

Pemantau
Akan melahirkan anak-anak yang menyesuaikan diri jika diawasi, sehingga akibatnya akan menitikberatkan apa hadiah untuk dirinya

Manager
Akan melahirkan anak-anak yang menguatkan pribadi, sehingga akibatnya anak akan mengevaluasi diri dan memperbaiki diri.

Apa yang Tersampaikan dari Sebuah Pesan?

Kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak kita. Prosentase pesan akan diterima dan dimengerti oleh anak jika berupa kata-kata hanya 10 %, sedangkan dengan nada suara 35% dan dengan bahasa tubuh 55 %. Alangkah baiknya kita bisa memadukan itu semua sehingga anak mendapatkan pesan yang utuh.

Menjadi Ayah

Menjadi ayah idaman tidak datang dengan sendirinya. Ia dibentuk dari suatu proses pendewasaan dan perbaikan karakter. Sebelum karakter Anda dicontoh oleh anak Anda nantinya, pastikan Anda sudah dikoreksi terlebih dahulu oleh pasangan Anda dan Anda sudah mulai memperbaiki karakter buruk itu. Menjadi ayah idola harus belajar terus menerus dalam memperbaiki kekurangan dan mengoptimalkan potensi anak di usia mudanya.

Pengasuhan yang harus diberikan ayah kepada anaknya ada 3 poin :

Pengarahan
Pembiasaan
Keteladanan
Pada umur 0-10 tahun, anak sangat butuh banyak pengajaran dari orang tua. Pada tahun-tahun awal ini, anak sering berbuat kesalahan. Disinilah seorang ayah berperan dengan memberi contoh yang benar dari kesalahan yang dilakukan si kecil. Pengkoreksian yang rutin akan membuat sang anak mengerti betul bagaimana seharusnya bersikap. Karena pentingnya proses ini, maka selayaknya tidak boleh ada pendelegasian.

Pada umur 10-15 tahun, ayah selayaknya lebih banyak berdialog dengan anaknya. Pada tahap ini, anak sudah memiliki pemikiran sendiri dan bagaimana baik dan buruknya perilaku. Anak sangat membutuhkan bimbingan di fase ini. Fungsi ayah adalah menjadi kontrol dan selalu memonitor sifat, sikap, dan perilaku anak.

masih banyak materi-materi parenting Fathering yang bisa kalian dapatkan dari blog Ayah Irwan langsung, silahkan kunjungi blog beliau di :

www.ayahuntuksemua.wordpress.com



Pangkalan Bun - Gemuruh munajat warga Pangkalan Bun dan sekitarnya sebelum melaksanakan Sholat istisqo atau sholat minta hujan berlangsung khusyu dan khudu. Berbagai elemen masyarakat hadir, mulai dari pejabat dilingkungan pemda Kobar, Pelaksana Tugas Bupati Kobar Drs. H. Bambang Purwanto, Dandim 1014, Politisi, anggota DPRD Kobar Dessy Hercules, Ketua DPD PKS Kobar Muhammad Ichsan, Ketua MUI Kobar H. Chabib, ulama, tokoh masyarakat, anggota Polres Kobar, anggota TNI dari kodim 1014, Pimpinan; asatidz; dan santri Ponpes Ar Raudah serta ibu-ibu majlis taklim.

Sholat istisqo yang dilaksanakan pada hari Minggu, 13 September 2015 di Lapangan termili Pangkalan Bun diimami oleh H.Chabib, S.Ag, sedangkan Khutbah disampaikan oleh Habib Nur Sulaiman, Pimpinan Ponpes Arraudhah Pangkalan Bun.

Khatib menyeru untuk bersyukur atas nikmat kesempatan, hidayah dan taufik untuk melaksanakan sholat istisqo serta memperbanyak istigfar dan permohonan ampunan dan pemohonan maaf atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Baik dosa pribadi (miras, tdk sholat, tidak puasa, zina), dosa pada orang tua, dosa kepada saudara, dan dosa pada keluarga. Karena bila dosa itu tidak diampuni didunia maka akan membuat kesusahan dan kepanasan di alam akhirat, karena panas di dunia saja susah apalagi panas di akhirat.


Selain itu khatib juga mengingatkan untuk meluangkan waktu agar bisa menghisab atau menghitung dosa -dosa kita, mengadukan dosa -dosa yang pernah kita lakukan serta memohon ampun atas dosa yang pernah kita lakukan.

Khutbah ditutup dengan doa dan dilanjutkan dengan sholat gaib bagi korban musibah jatuhnya alat berat kepada ratusan peserta thawaf pada hari Jumat kemarin di Masjidil haram saat terjadi angin kencang yang disertai hujan air dan es.




Ikadikobar.org- Saat musim kemarau tiba, banyak daerah yang dilanda kabut asap. Kalimantan dan Sumatra adalah daerah yang langganan mengalami kabut asap. Bagi yang memiliki bayi, asap adalah masalah yang menimbulkan masalah kesehatan terutama bagi anak yang kita sayangi.


Berikut saya sampaikan tips ringan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kabut asap disekitar rumah kita di pagi hari, yang diperoleh dari hasil uji coba untuk mengurangi asap/CO2 dengan mengaktifkan Penyedot asap/CO2 alami :
1. Siramlah tanaman yang ada di halaman rumah anda dengan air sebanyak 3-5 gayung besar atau lebih di permukaan tanah bagi yang besar dan tinggi, dan seluruh dahan serta daun bagi tanaman yang berbatang rendah seperti bunga yang ada di pot;
2. Lakukan kegiatan ini minimal sekali sehari di pagi hari,
3. Tunggulah sekitar 30 menit, maka kita akan melihat proses fotosintesis berlangsung, sehingga asap/ CO2 yang banyak akan dihirup atau disedot oleh stomata atau mulut daun tanaman dan tanaman disekitar kita akan menghasilkan Oksigen/O2 yang amat dibutuhkan dalam pernafasan kita.

Proses penyedotan asap dapat kita lihat dengan semakin menipisnya ketebalan kabut yang ada disekitar tanaman yang kita siram, dan semakin tebalnya asap daerah yang jauh dari tanaman yang kita siram.

foto contoh tanaman yg menyerap banyak CO2 &  menghasilkan O2 bila disediakan air

Faktor2 yang mempengaruhi seberapa cepat dan kuat tanaman sebagai Penyedot asap/CO2 dalam mengurangi kabut asap :

1. Besarnya batang dan lebatnya daun tanaman,
    semakin besar dan semakin banyak daun tanaman yang tanahnya disiram air, maka akan semakin        banyak asap yang dihisap oleh daun dan semakin banyak Oksigen yang dihasilkan, maka beruntunglah rumah, sekolah dan bandara udara yg punya modal utama ini;

2. Jumlah air yang disiramkan ke tanaman,
   semakin banyak air yang disiramkan ke akar tanaman, maka akan semakin membantu tanaman          untuk melakukan proses fotosintesis dengan semakin banyak asap atau CO2 yang dihisap dan              semakin banyak pula O2 yang dihasilkan. Maka dahulukan menyiram tanaman di pagi hari untuk sekolah dan kantor, agar saat orang datang asap disekitar sekolah dan kantor mulai menipis dan banyak udara segar disekitar kita.

3. Cahaya Matahari,
  semakin banyak atau semakin siang maka akan semakin banyak pula daun yang melakukan             fotosintesis, jika bahan baku lainnya berupa air yang disedot akar telah tersedia. Maka adanya lampu yang hidup di malam hari, dan air yang cukup bisa membantu tanaman menyerap CO2 di malam hari walau lebih kecil sehingga asap di pagi hari tidak terlalu tebal.

4. Seberap sering tanaman disiram,
misalnya di sore hari juga disiram maka akan semakin tipis kabut asap di rumah kita saat di pagi hari dibandingkan pagi hari yang tidak kita adakan aktivitas menyiram tanaman;

Catatan Kondisi saat uji coba selama beberapa hari di pagi hari:
Kabut asap yang tebal dengan jarak pandang dibawah 30 meter, tidak ada hembusan angin sehingga tidak ada perpindahan kabut asap, setelah melakukan penyiraman di pohon mangga depan rumah, kabut asap di sekitar tanaman semakin tipis dibanding sekitarnya yang semakin jauh dengan pohon mangga tetap tebal.

                                 

Demikian tips singkat dan mudah ini, semoga dapat mengurangi kabut asap di sekitar kita.

Tips ini bisa diterapkan di sekitar rumah, sekolah, kantor, bahkan di sekitar bandara yang memiliki banyak pohon dan ada tim/alat pemadam kebakaran yang bisa diaktifkan dan didigunakan untuk menyiram tanaman di sekitar Bandara Udara. Bagi yang menyiram tanaman di rumah yg dekat jalan raya maka hal ini akan mengurangi kabut asap di jalan raya sehingga laka lantas dapat dihindari.
Mari cegah penyakit saluran pernapasan dan laka lantas dengan membantu paru-paru dunia atau tanaman untuk melakukan Fotosintesis dengan menyiram tanaman.

Teori dan praktek ini sebenarnya telah diparktekkan ulang oleh teman2 waktu praktikum biologi di Klas 3 IPA pada beberapa kelompok. Kesimpulannya ada 3 mata rantai Fotosintesis, yaitu harus ada H2O/AIR, CO2/KARBONDIOKSIDA/ASAP, MAKA AKAN MENGHASILKAN O2/OKSIGEN.
detail hubungan timbal baliknya telah diuraikan diatas.

Mohon hindari menyiram tanaman di tengah hari, kecuali kondisi tidak panas atau mendung karena bisa merusak sebagian organ akar tanaman.

Mohon di Share agar semakin banyak sekolah, kantor, dan rumah yang terbebas dari bahaya asap/CO2.

Salam Hormat,
Mansyur.


Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.