Februari 2016



Seorang mukmin senantiasa berbaiksangka pada saudaranya. Tapi praduga mulia bukanlah penghenti saling menasehati. Sebab cinta bukanlah penjamin mesra dunia; melainkan alasan, untuk bersama ke surga. Inilah sikap adilnya, juga kesejatian cintanya; yaitu untuk menjaga agar ia sempurna kelak di kehidupan yang abadi.

Apakah dengan begitu antar mukmin pencinta dapat terjadi sengketa di dunia?

Ya. Maka dalam firman tentang persaudaraan di Surat Al Hujurat ayat 10 ada kalimat lanjutan tentang kemungkinan itu sekaligus menegaskan peran pengishlah sebagai yang paling mulia, "..Maka damaikanlah antara kedua saudara kalian."

Ukhuwah itu tak meniadakan masalah. Hanyasanya ia mendampinginya agar berakhir indah. Bahkan jika pendamaian itu belum tuntas di dunia, ia akan berujung ke ayat yang dibaca Sayyidina 'Ali saat memangku mesra putra Thalhah dan Zubair yang masih kecil sebakda beliau berseteru dengan ayah mereka:

“Dan Kami cabut segala sesak dan rasa terluka di hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara, duduk berhadapan di atas dipan-dipan.” (QS Al Hijr [15]: 47)

Sebab di hadapan pengadilan Allah nanti, dua yang bersaudara dalam iman bisa jadi yang satu mendakwa yang lain. Tapi berbeda dengan penghakiman biasa di mana pahala si tertuntut diambil tuk membayar khilafnya, atau dosa penggugat ditambahkan pada tergugat; ada ganti yang ditawarkan.

"Angkat kepalamu hai Fulan!", perintah Allah pada si penuntut sebagaimana diriwayatkan Imam Ath Thabary. Maka hamba ini menaikkan pandangan dan menyaksikan istana ratna mutu manikam yang begitu megah di tengah taman surga yang membentang hijau amat jelita.

Takjub ternganga, hamba itu bertanya, “Duh Rabbi; bagi Nabi siapakah istana ini? Atau milik orang shiddiq yang mana ia? Atau kepunyaan pahlawan syahid zaman apa pula?”

Allah berfirman; “Istana ini akan jadi milik siapapun yang mampu membayar harganya.”

Penggugat itu terbelalak & bertanya.
“Berapakah harganya Ya Rabbi? Dengan apakah orang yang menginginkan akan membayarnya? Siapakah yang beruntung memilikinya?”

Allah berfirman; “Jika kau maafkan saudaramu itu, niscaya istana ini kan jadi milikmu!”

Maka dia berteriak gembira, “Demi kemuliaan dan keagunganMu; sungguh kini aku telah memaafkan saudaraku!”

Maka Allah karuniakan istana kemaafan itu; Dia hapuskan dendam di hatinya, hingga mereka kembali bersaudara, bahkan bertetangga di surga. Cinta orang-orang bertaqwa, memang baru akan sempurna di surga.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Yang Maha Pengasih akan jadikan di hati mereka rasa cinta yang dalam." (QS Maryam [19]:96)

Majelis Jejak Nabi Bandung, 27 Februari 2016



______________________________

Sebagaimana firman Allah:

 رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ

"Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah..." {QS. Al Munafiqun: 10}

Kenapa dia tdk mengatakan,
"Maka aku dapat melaksanakan umroh"
"Maka aku dapat melakukan sholat atau puasa" dll?

Berkata para ulama,
Tidaklah seorang mayit menyebutkan "sedekah" kecuali karena dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah dia meninggal...

Maka, perbanyaklah bersedekah, karena seorang mukmin akan berada dibawah naungan sedekahnnya...

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,

“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia.” (HR. Ahmad)

Dan, bersedekah-lah atas nama org org yg sudah meninggal diantara kalian, karena sesungguhnya mrk sangat berharap kembali ke dunia untuk bisa bersedekah dan beramal shalih, maka wujudkanlah harapan mrk...

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya ada seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mengatakan,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia dan tidak sempat menyampaikan wasiat padaku. Seandainya dia ingin menyampaikan wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya. Apakah Ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya”. (HR. Bukhari & Muslim) *

Dan, biasakan, ajarkan anak-anak kalian untuk bersedekah...

Dan sedekah yg paling utama saat ini adalah; menyebarkan broadcast ini dengan niat sedekah,

Karena siapa saja yg mempraktekkan isi broadcast ini, dan mengajarkannya untuk generasi berikutnya, maka pahala-nya akan kmbali kpd anda insyaAllah

Oleh:
Syeikh Maher al-Mueaqly hafidzahullah
[Imam Masjidil Haram]



TELAH bercerita kepada kami Muhammad bin Muqatil telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bentuk bulan saat purnama, mereka tidak akan pernah beringus, tidak meludah dan tidak pula membuang air besar (tinja).

Alat perabot mereka di dalam surga terbuat dari emas, sisir-sisir mereka terbuat dari emas dan perak, lat penghnagtan mereka terbuat dari kayu cendana, keringat mereka seharum minyak misik.

Setiap orang dari mereka memiliki dua istri (bidadari) yang sumsum tulangnya dapat kelihatan dari betis-betis mereka dari balik daging karena teramat sangat cantiknya. Tidak ada perselisihan (pertengkaran) di sana dan tidak ada pula saling benci. Hati mereka bagaikan hati yang satu yang senantiasa bertasbih pagi dan petang”. (HR. Bukhari: 3006).[]



Oleh: Musyafa Ahmad Rahim

Alkisah..

Tersebutlah ada satu keluarga yang memelihara seekor kucing. Dididiknya kucing piaraannya itu sehingga dapat mengerjakan sebagian tugas-tugas rumah dengan baik.

Pada suatu kali, keluarga itu mendapatkan tambahan anggota baru dengan lahirnya seorang anak lelaki yang sangat tampan dan menarik perhatian.

Rasa bahagia semakin tampak pada keluarga itu. Termasuk si kucing pun ikut terlihat berbahagia.

Hari demi hari keluarga itu mengekspresikan kebahagiaan mereka kepada sang bayi, dan si kucing pun juga bersikap lembut dan sayang kepada anggota keluarga baru yang masih memerah tersebut dan sama sekali tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala bahwa si kucing hendak menyakiti si bayi.

Pada suatu hari, ibu sang bayi sedang ada suatu hajat, sehingga ia tidak bisa menunggui sang bayi. Sang ayah pun berada di depan rumah, sedang bersih-bersih pekarangan; membabati rumput yang meninggi dan tidak beraturan, mencangkuli tanah yang perlu dicangkul dan sebagainya. Intinya membersihkan dan merapikan halaman depan rumah agar tampak lebih indah dan menawan. Sementara si kucing, tadinya tampak “bermain” dan “bercanda” dengan si bayi yang masih menggeletak di atas tempat tidur yang kaki-kaki ranjangnya sudah dilepas, dengan maksud agar sang bayi tidak menggelundung jatuh.

Saat sang ayah merasa haus, dengan tangan kanan masih memegang celurit tajam, ia bermaksud memasuki rumah hendak minum.

Betapa terkejutnya sang ayah saat melihat si kucing mulutnya berlumuran darah, dan pada bulu tubuhnya pun banyak terdapat darah segar, dan si kucing menampakkan ekspresi kebanggaannya di hadapan sang ayah.

Tanpa pikir dan pertimbangan panjang, sang ayah pun mengayunkan celuritnya kepada si kucing. Clurit itu dengan tepat mengenai tubuh si kucing yang seketika mati berlumuran darah. Belum puas bahwa sekali babat kucing itu mati, clurit pun diayunkan sekali lagi dan sekali lagi, untuk memastikan bahwa si kucing telah benar-benar mati, dan untuk melampiaskan “dendam”-nya.

Betapa tidak, bukankah darah segar pada mulut kucing itu, dan juga lumuran darah pada tubuhnya, juga ekspresi kebanggaannya menunjukkan bahwa baru saja si kucing menyakiti sang bayi?! Atau bahkan telah membunuhnya?! Atau bahkan telah memakannya?!

Sang ayah baru tersentak, tersadar dan terbangun dari “nafsu kesetanannya” saat melihat istrinya menggendong anaknya, dalam keadaan segar bugar, sehat wal afiat, tidak terjadi sesuatu apa pun padanya.

Justru ibu sang bayi itu lah yang menjerit melihat suaminya seperti “kesetanan” mencincang si kucing!! Seraya mengatakan: "Berhenti! Sarungkan clurit itu! Simpan! Kucing tidak salah! Justru kucing inilah pahlawan kita!"

Masih diliputi oleh campur aduk perasaan antara dendam kepada kucing di satu sisi, dan suara-suara pengingatan dan bentakan istrinya di sisi yang lain, sang suami melepaskan cluritnya, sambil masih dengan perasaan bingung tidak karuan, ia bertanya kepada istrinya: “Apa yang terjadi?”

Kata sang istri: “Lihat ke dalam rumah!”

Ternyata, di sana, di dekat tempat tidur sang bayi terdapat bangkai ular yang sudah terkoyak-koyak sedemikian rupa!!

Seketika, sadar lah sang ayah, berarti, kucing piaraannya ternyata adalah "pahlawan" keluarganya. Dialah yang telah berkelahi mati-matian untuk membela bayinya. Berkelahi dengan seekor ular yang bisa jadi akan “memangsa” bayinya.

Kucing itu, dalam perkelahian dan pegumulannya dalam melawan ular, telah menjadikan mulut dan seluruh tubuhnya berlumuran darah...

Maka, dapat dibayangkan, betapa dalam penyesalan sang ayah atas tindakannya yang telah mencincang dan memutilasi kucing pahlawannya sedemikian rupa!!


---------

Ya Rabb....

Ya Ikhwah,
Jangan Salah Sangka, Kenali Pahlawanmu....


Kajian Tafsir Odojer Pangkalan Bun, Kal-Teng kembali dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Pebruari 2015 di Masjid Agung Riyadhussholihin. Menurut Siti Halijah, selaku ketua PD Odojer Kotawaringin Barat, kegiatan ini berlangsung atas kerjasama ta'mir Masjid Agung Riyadhussolihin  dengan Pengurus Komunitas One Day One Juz Pangkalan Bun. 

Dalam kajian tafsir kali ini, Ust. Muhammad Ichsan menyampaikan tafsir  surah Abasa, surat ke 2 pada juz 30 tepatnya sesudah surat An Naba. Dalam penyampaiannya, Ust Muhammad Ichsan menyampaikan bahwa Surat Abasa, adalah surat ke 80 dari 114 surat, dan merupakan surat yg diturunkan di Mekkah. Dengan jumlah ayat sebanyak 42. 

Sebab turunnya surat Abasa, 
Banyak sekali dalam alquran, Allah menggambarkan berbagai ekspresi wajah manusia. Dimulai dari yg bahagia, ceria sampai yang sedih.

Pada saat rasul sedang melakukan pendekatan dakwah kepada para tokoh quraish, datanglah abdullah Abdullah ibnu Ummi Maktum yang buta lagi fakir untuk belajar islam dengan langsung berkata "Ya Rasulullah ajari aku apa-apa yang Allah ajarkan pada dirimu". Karena kondisi ia yang buta dan tidak mengetahui di sekitar rasul ada orang lain, maka ia pun mengulangi permintaannya berulang -ulang sehingga akhirnya rasul merasa risih dan kemudian bermuka masam dan berpaling. Sehingga Allah swt menegur beliau dengan turunnya awal surat Abasa.

Setelah turunnya wahyu itu, maka rasulullah saw. Amat sangat menghargai akan Abdullah ibnu Ummi Maktum yang selalu haus akan ilmu, tawadhu, dan senantiasa banyak mengingat Allah dan takut kepada Allah swt. Sehingga Abdullah ibnu Ummi Maktum amat diperhatikan Allah. Dengan meminta kekasihnya Rasulullah Muhammad saw tuk tidak berbuat demikian kepada hamba Allah, Abdullah ibnu Ummi Maktum yang dimuliakan di sisi Allah swt.

Sehingga ketika rasul pergi berperang, maka rasul meminta Abdullah ibnu Ummi Maktum tuk jadi imam di Madinah. 

Jadi, dengan teguran dalam surat ini, rasulullah saw tidak pernah lagi bermuka masam kepada orang -orang fakir, dan memberikan penghormatan berlebihan kepada orang kaya dan para pembesar.

Demikian kajian tafsir bulan ini, semoga bermanfaat dan membuat semakin dekat kepada Allah swt.

Salam odoj dari Pangkalan Bun.





Pakai Pakaian Lusuh Saat Rapat Wali Murid, Ucapan Bapak Ini Membuat Semua Orang Malu!
 Tepat pukul 7, orang tua murid mulai masuk ke dalam ruangan kelas di sekolah. Beberapa orang tua terlihat penuh sopan santun, ada juga orang tua yang kelihatannya sombong, ada juga yang terlihat sangat berhati-hati. Pada saat guru mulai menutup pintu dan mulai berbicara, pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali perlahan-lahan, seorang pria paruh baya, badannya kotor penuh dengan debu muncul dibalik pintu. Dengan wajah yang tersenyum dia meminta maaf karena datang terlambat. Kehadirannya menarik perhatian orang tua murid lainnya. Dia mengenakan pakaian kerja yang sudah luntur serta penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia memakai sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia kelihatan seperti baru pulang dari kerja bangunan.
Guru itu berkata: "Permisi, Bapak siapa?" Pria paruh baya itu berkata: "Saya ayahnya Aminudin"
Guru itu terlihat kaget, tapi segera meminta pria itu menandatangani buku kehadiran. Ayah dari Aminudin dengan muka yang tertunduk berkata: "Maaf, Pak Guru, saya tidak dapat membaca dan menulis..." Para orang tua murid lainnya terdengar ada yang mulai menertawakan, sang guru tersebut pun berkata: "Tidak apa-apa, saya yang akan membantu Bapak tanda tangan."
Kemudian guru tersebut mulai menjelaskan, tujuan diadakannya rapat orang tua murid adalah supaya setiap orang tua dapat saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mendidik anak serta kesannya selama mendidik anak. Ada 2-3 orang tua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimana mereka mendidik anak mereka dengan ketat, supaya mereka mau menulis pr mereka, membantu anak-anak mereka mencarikan guru les tambahan, dll.
Pada saat guru tersebut meminta ayah dari Aminudin untuk berbicara, ia memperkenalkan, " Aminudin adalah seorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika selalu beroleh nilai terbaik, ia tidak pernah terlambat, selalu bersikap baik terhadap teman-temannya. Mari
sama-sama kita dengarkan bagaimana ayah dari Aminudin mendidik anaknya."
Tidak sedikit orang tua murid lainnya tampak kaget. Bapak yang tidak terpelajar namun mempunyai anak yang hebat. Ayah Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai berjalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak begitu berani menatap mata para orang tua murid lainnya. Ini perkataannya:
Saya hanya suka melihat anak saya mengerjakan PR nya. Setiap kali sepulang kerja, tidak peduli seberapa capeknya saya, saya pasti akan duduk di samping dia untuk melihatnya mengerjakan PR yang ada. Suatu hari, anak saya bertanya kepada saya,
"Ayah, setiap hari melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" Saya berkata "Ayah tidak mengerti." Kemudian anak saya bertanya: "Ayah, jika Ayah tidak mengerti bagaimana Ayah tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak?"
Saya berkata: "Jika kamu mengerjakannya dengan cepat, maka Ayah tahu bahwa soal ini sangat mudah; jika kamu menyalakan kipas angin, mengambil minum, maka Ayah tahu bahwa soal tersebut susah."
Saya seorang buruh bangunan. Suatu kali saya mengangkat wajah saya dan melihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya bertanya kepada anak saya, apakah kamu mau tinggal di rumah yang tinggi, yang besar, rumah yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata: "Oleh karena itu kamu harus belajar dengan baik. "
Saya tidak sekolah, tidak dapat membaca dan menulis, saya tidak tahu bagaimana cara-cara hebat mendidik anak. Saya hanya suka bercakap-cakap dengan anak saya. Anak saya senang jongkok di samping saya pada saat saya bekerja. Saya tidak memberikan uang jajan kepada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak belanja macam-macam. Dia sering di rumah membantu saya mencuci pakaian.
Setelah selesai berbicara, dia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru! Orang tua murid lainnya terpaku tak bergeming, hati mereka sangat tersentuh oleh perkataannya. Ayah ini meskipun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan tidak dalam keadaan ekonomi yang cukup, tetapi ia sangat hormat kepada guru. Dia juga senang menemani anaknya. Ini adalah caranya bagaimana dia berhasil dalam mendidik anak.

Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.