Syukur yang tak berbilang karena salah satunya kita menjumpai banyak dai-dai quran yang Allah SWT kirimkan kepada kita. Dengan Alquran itu kita mendapatkan petunjuk, rambu-rambu, penerang dalam gelap dan kisruhnya kehidupan, serta memiliki tolok ukur untuk membedakan mana yang salah mana yang benar. Sebanyak manfaat itu, sangat kita sadari bahwa sejatinya Allah SWT, Sang Maha Pemberi Petunjuk, hanya berkehendak agar hidup kita lebih mudah dijalani sesuai tujuan penciptaannya, sekali-kali tidak ada dalam kehendak Allah SWT, untuk mempersulit makhluk-Nya. Ialah sebuah nalar bahasa dari Alquran surat Al-Baqarah ayat 185.

Ditegaskan pula, bahwa Ar-Rahmaan sendiri yang berkomitmen mengajarkan “langsung” Alquran kepada manusia (QS 55:2). Bahkan Allah SWT bersumpah berulang-ulang demi menggaransi kemudahan dalam mempelajari Alquran, bagi yang mau mempelajarinya (QS 54: 17, 22, 32, 40). Namun demikian, sifat keluh kesah lagi kikir—bahkan untuk sekadar meluangkan waktu mengaji, apalagi bila aktivitas mengaji itu disandingkan dengan aktivitas yang mendatangkan harta kecuali orang yang shalat, lagi mendawamkan shalatnya (QS 70: 19-23).

Wajar bila dalam keseharian kita sering menjumpai keluhan objek dakwah quran kita, menyebut berbagai alasan untuk menutupi keengganannya terhadap Alquran. Ada yang bilang masih anak-anak “entar saja kalau sudah agak gedean”, yang udah agak gedean bilang “kok ngaji melulu kapan mainnya”, yang udah gede bilang “pengen sih mas, tapi.. waktunya, dananya, temannya mana?”, yang udah kelewat gede alias tua “sudah pikun dan gampang lupa mas, susah nangkapnya.” Berderet alasan itu wajib menjadi introspeksi bagi para dai quran untuk menyusun berbagai metode “mengakrabkan kembali” Alquran dengan umat, untuk meningkatkan keseriusan, mencurahkan hati dan pikiran—seperti sang tauladan saw—ummatii, ummatii, ummatii. Karena boleh jadi belum turunnya hidayah untuk tertarik berakrab diri umat dengan Alquran ada di sisi dai, kompetensinya yang belum mumpuni, keterbatasan cara mengajar atau metodenya yang kurang bisa diterima, atau konsistensi kehadiran yang dipertanyakan. Selebihnya tekad para pembelajar/santri yang menentukan di ranah syariat.

Funtahsin
Funtahsin adalah sebuah terobosan baru dalam upaya memasyarakatkan kembali membaca Alquran setiap hari sebagai bagian dari kebiasaan setiap umat Islam. Ianya bersifat ijtihadi—bisa benar dan boleh salah. Funtahsin tersusun dari dua kata serapan yakni FUN dari bahasa inggris yang berarti menyenangkan, menggembirakan atau kami terjemahkan sebagai asyik, sedangkan TAHSIN, berasal dari tahsinul qiroatul quran artinya memperbaiki atau membaguskan dalam membaca Alquran. Dengan demikian FUNTAHSIN adalah sebuah proses memperbaiki bacaan Alquran yang asyik. Maksud dari funtahsin (dibaca fantahsin-pen) sendiri adalah memberi tahu dan mengenalkan bahwa belajar membaca Alquran itu mudah dan menyenangkan. Karena itu FUNTAHSIN didefinisikan sebagai Ngaji Itu Asyik.

Tentu saja untuk bisa menghadirkan suasana yang asyik, enak dan materi bisa dipahami diperlukan pengkondisian yang berlaku dan disepakati serta bila perlu tuangkan dalam kontrak belajar sebagai berikut.
  1. Partisipasi Aktif
Agar proses Funtahsin Ngaji Itu Asyik optimal, diharapkan semua peserta terlibat secara aktif dalam setiap sesi FUNTAHSIN. Indikasi partisipasi aktif adalah apabila ditanya menjawab, apabila diminta melakukan sesuatu segera melaksanakannya. Misalnya yang diterapkan di Baitul Quran:
Ketika disapa “Sahabat Quran!” peserta menjawab “Siap Insya Allah”
Ketika disapa “FUNTAHSIN!” peserta menjawab “Ngaji Itu Asyik”
Dan sebagainya.
  1. HP Silent
Demi kesuksesan Funtahsin Ngaji Itu Asyik, di mana hampir semua tingkatan usia telah menggunakan media komunikasi, maka perlu pula dikondisikan. Dimohon semua santri untuk menonaktifkan atau memformat “diam/silent” alat komunikasinya. Bila perlu disepakati sangsi bagi yang melanggar ketentuan ini. Misalnya bagi yang kedapatan HPnya berbunyi di tengah acara maka membayar denda Rp.1000,- (seribu rupiah) kepada semua hadirin yang mendengar). Setuju?!
  1. Positif Thinking
Untuk dapat menerima semua materi pembelajaran Alquran, terlebih dengan metode Funtahsin Ngaji Itu Asyik, peserta diharapkan senantiasa berpikir positif—dalam bahasa agama kita menyebutnya ikhlas. Peserta perlu dimohon dengan sangat untuk tidak terpancing menghakimi sebelum acara selesai, menjauhkan dari segala prasangka buruk terhadap pelatihan yang diselenggarakan, bahwa boleh jadi penyampainya hanya orang biasa, anak kemaren sore, dulu sudah pernah, saya juga sudah tahu, ilmu ustadz masih di bawah saya kayaknya, dengan segala hormat harus disisihkan dulu. Ingat, Allah memberikan sesuatu sesuai prasangka hamba-Nya. Oleh karena itu, ibarat sebuah gelas yang penuh berisi air maka untuk mengisinya kembali haruslah dikosongkan/dikurangi muatannya terlebih dahulu. Marilah kita kosongkan gelas “pikiran” dan “lapangkan hati” untuk menerima FUNTAHSIN ngaji itu asyik.
  1. Keep Smiling
Smiling atau tersenyum adalah bagian yang sangat penting dalam FUNTAHSIN. Kita bisa dikatakan menikmati atau “enjoy” dalam melakukan sesuatu bila gembira terhadap suatu hal. Salah satu ekspresi kegembiraan itu adalah tersenyum atau smiling. Bahkan Rasulullah saw, berpesan “Senyummu di hadapan saudaramu bernilai shadaqah”.
Perlu diketahui bahwa senyum FUNTAHSIN bukanlah senyum biasa. FUNTAHSINErs menyebutnya sebagai senyum 225 (dua dua lima). Maksudnya adalah tarik bibir dua senti ke kanan, dua senti ke kiri tahan selama lima detik. (silahkan dipraktikkan. Luarbiasanya, senyum 225 ini terinspirasi dari surat 2 ayat 25 (QS AL Baqarah (2): 25).
Oleh karena itu, Hadirkan pada diri kita masing masing perasaan yang bahagia dengan tanda kita dapat tersenyum tulus, ingatlah Firman Allah dalam Surat Al Baqarah (2): 25
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya (kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani).”
Karena itu tersenyumlah. Nikmati pembelajaran Alquran sampai selesai. Sebisa mungkin bila peserta datang dalam kondisi kusut masai mereka mengaji dalam ceria dan pulang menyisa senyum bahagia. Naudzubillah bila sebaliknya.
  1. Fokus
Sekiranya kita sudah memiliki rasa gembira/ senang silahkan semua untuk fokus dan konsentrasi pada kegiatan ini, seperti halnya kita membidik/ memanah suatu sasaran, kita harus benar-benar fokus.
Atau jika kita perhatikan pesawat terbang yang akan lepas landas, bagaimana kondisinya..?
Pesawat terbang akan dapat lepas landas jika dapat mengerahkan potensinya pada jarak 4 km dengan kecepatan 350 km/jam tidak boleh tidak (100%).
Nah, kami merangkumnya dalam akronim bahasa jawa IMAGINER: Ilate Muni, Awage Gerak, Ikhlas Nampane, Enak Rasane. Berbekal kelima pengkondisian itu guru bisa mulai mengajarkan Alquran, dengan funtahsin ngaji itu asyik.
By. Wawan Priyo Harmono


Shalat merupakan ibadah yang paling utama da pertama, dan Allah perintahkan secara langsung agar kita menyuruh keluarga kita untuk menunaikan shalat, sebagaimana disampaikan pada surat Thaha ayat 132, “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, tetapi Kamilah yang membei rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik di akherat adalah bagi orang yang bertakwa.”

Secara tegas dalam ayat tadi disebutkan untuk memerintahkan keluarga untuk menegakkan shalat. Ini menggambarkan betapa bahwa shalat memegang peranan penting dalam membangun kehidupan berkeluarga, di samping shalat sendiri merupakan amalan yang sangat penting dibanding amal ibadah yang lain. Shalat adalah tiang agama. Fungsi tiang bagi sebuah bangunan adalah menjadi komponen yang sangat penting, menegakkan bangunan tersebut agar tidak mudah roboh. Dengan pemahaman ini, jika dalam sebuah keluarga ada anggota keluarga yang tidak menegakkan shoat, maka kemungkinan besarnya penegakkan nilai nilai agama tersebut akan rapuh. Maka untuk memastikan agar sebuah keluarga bia menegakkan nilai nilai dien, pastikan bahwa seuruh anggota keluarga dengan menegakkan shalat dengan baik.

Berikut beberapa kiat mengajarkan shalat kepada anak sejak dini.
  1. Sejak anak dalam kandungan selalu berkomunikasi dengan anak, mengajak untuk shalat. Meski masih dalam kandungan, janin sudah bisa mendengar, dengar cara ibu selalu mengajak bayi dalam kadungan untuk shalat setiap datang waktu shalat, maka berarti janin sdng dalam kandungan sudah mulai belajar mengenal waktu waktu shalat yang lima waktu. Dia menjadi terbiasa mendengar secara rutin ajakan untuk shalat dari ibunya. Demikian juga ketika anak sudah lahir ke dunia, sejak awal selalu libatkan dalam setiap aktifitas shalat kita, minimal dengan mendengar suara ajakan shalat, kemudian membawanya untuk terbaring atau duduk disamping tempat shalat kita.
  2. Ketika anak sudah mulai berdiri dan bisa berbicara, latih anak untuk berdiri shalat di samping kita, dan ajak untuk mengikuti bacaan Al-Fatihah kita, dalam shalat yang sifatnya jahr (magrib, isya, subuh) atau mulai ajarkan untuk menghafal Al-Fatihah, dengan sistim drill, sering diulang ulang. Al-Fatihah adalah bacaan minimal yang harus dibaca oleh seorang yang sedang berlatih shalat. Maka target bacaan pertama yang harus diajarkan untuk dihafal anak dalam rangka menegakkan shalat, adalah bacaan alfatihah. Baru beranjak mengajarkaan bacaan bacaan yang lain.
  3. Mengajarkan gerakan dalam shalat secara bertahap. Misal dalam tahap awal, fokus memperhatikan dan memastikan sedekap tangan anak kita sampai benar. sebelum beranjak mengajarkan gerakan yang lain secara benar. Perhatikan hasil latihan ini misalnya untuk jangka waktu 1 sampai 3 bulan. Selanjutnya baru fokus mengajarkan gerakan lain, misal ruku, bagaimana ruku yang benar dengan menekuk badan kita dalam sudut 90 derajat secara lurus, serta telapak tangan diatas lutut. Demikian seterusnya sampai semua gerakan dalam shalat perlahan bisa dicontoh anak kita dengan baik.
  4. Lakukan semua latihan dengan suasana enjoy dan tidak dipaksakan. Sementara dibiarkan dulu ketika anak shalat berawal takbir, dengan semangat baik bergerak cepat langsung salam. Proses demikian mungkin akan berlangsung beberapa lama, sebelum anak berusia 7 tahun, pemakluman dan sikap bijaksana kita terhadap anak anak, porsinya masih butuh besar. Ketika anak sudah mulai menginjak usia 7 tahun, disinilah kita sudah harus memulai sedikit disiplin dalam megajar anak untuk shalat. Rasul saw menyampaikan kepada kita dalam hadisny, “Didiklah anakmu untuk shalat pada saat usia mereka 7 tahun, dan pukullah mereka jika pada saat usia 10 tahun belum mau shalat. Kami memahami hadis ini bahwa proses latihan anak untuk shalat sudah harus dilatih sejak dini sehingga pada saat usia 7 tahun diharapkan sudah legkap pemahaman anak terhadap ibadah shalat, baik dari sisi gerakan, bacaan atau waktu waktu shalat yang lima waktu.
  5. Memberikan penghargaan saat anak kita sudah mau melaksanakan shalat sesuai arahan kita, sejalan dengan target target yang kita buat. Misalnya, dalam tahapan kita mentarget anak hafal alfatihah, maka ketika anak sudah hafal alfatihah,meski bacaan yang lain belum hafal, kita berikan hadiah/penghargaan bisa dalam bentuk materi atau non materi (ungkapan bahagian kagum dsb). Pada saat memberikan hadiah dalam bentuk materi (misal mainan) sampaikan bahwa hadiah dari ayah/bunda atas prestasi ananda yang sudah bisa menghafal Al-Fatihah, dan sampaikan pada anak bahwa hadiah dari ayah/bunda ini belum seberapa jika dibanding dengan hadiah (pengganti pahala, jika anak blum memahami kata pahala) dari Allah, jauh bisa hebat dan istimewa, yang akan Allah berikan di akherat nanti, Kalimat ini penting untuk disampaikan, untuk menanamkan pada anak bahwa kita melakukan shalat adalah karena menginginkan balasan dari Allah, dan bukan balasan dari manusia (dalam hal ini hadiah dari ayah bunda)
Demikian sedikit kiat bagi ayah bunda untuk dapat mendidik anak menegakkan shalat. Semoga kita termasuk orang tua yang selalu bertanggung jawab mendidik anak dengan sungguh sungguh. Ketika anak anak yang kita didik sudah dapat menunaikan shola dengan baik, insya Allah sebagai orang tua kita akan ikut mendapatkan pahala dari pahala shalat anak kita, tanpa mengurangi pahala mereka, bahkan saat nyawa ini sudah terpisah dari jasad, semoga royalti paha tersebut kan terus mengallir. Amin. Rabij alnaa muqiimasholaah wa min dzurriyatina (YA Allah jadikan kami orang yang senantiasa menegakkan shalat bersama anak keturunan kami)
by. Sri Kusnaeni, S.TP. ME.I.

Abi dan Ummi di manapun berada, semoga tetap dalam lindungan dan rahmat Allah SWT, Abi dan Ummi yang berbahagia, pembahasan kita pada saat ini adalah bagaimana kita menyediakan pakaian yang layak untuk anak kita, sering kita jumpai bahwa anak jaman sekarang mulai dilatih untuk berani dalam berpakaian, didukung pasar yang secara dominan menyediakan pakaian-pakaian yang tidak pantas dikenakan. Celana pendek di atas lutut, pakaian yang tipis dan kecil memperlihatkan lekuk tubuh, baju yang transparan dan tulisan tulisan negatif yang disematkan pada pakaian tersebut, dan lebih disayangkan lagi banyak konsumen yang tertarik untuk membelinya.

Jika melihat realita anak kecil masa kini rasa kasihan dan miris dihati kita, dengan bangga dan tanpa rasa malu memakai pakaian-pakaian yang mengandung makna negatif, simbol-simbol setan, simbol agam lain, maupun zionis. Sebenarnya pembahasan tentang simbol-simbol agama telah banyak disebutkan diberbagai artikel atau media, namun hal ini saya rasa perlu untuk bekal orang tua dalam upaya prefentif pada anak kita, sebagaimana disebutkan pentingnya pendidikan keluarga, terlebih lagi jika buah hati kita cerdas dan menanyakan pada abi dan Ummi alasan melarangnya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari kamu tersebut” jika dilihat dari kontekstual pemaknaan dari pembahasan kita ini maka sangat jelas larangan menyerupai suatu kaum, terlebih pula jika kita mengenakannya atau anak kita yang mengenakannya berarti secara tidak langsung kita sepakat dan menyetujui lambang atau simbol tersebut dan perbuatan-perbuatan ini adalah termasuk perbuatan yang haram hukumnya.
Atau dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad no. 4869 “dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang hingga hanya Allah yang diibadahi tanpa ada sekutu bagi-Nya, dan rizkiku ditempatkan di bawah bayang-bayang tombak. Kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka.”

Jika kita lebih kerucutkan ke lambang zionis, agen penyebar lambang-lambang setan ini memiliki konsep pesan bawah sadar bahwa media dirancang untuk melewati di atas normal pikiran, pesan itu tidak dapat disadari oleh manusia namun dalam situasi tertentu dapat mempengaruhi pikiran, perilaku, tindakan, maupun sikap. Jika kita lebih waspada dan hati-hati dalam memilih pakaian yang kita kenakan dan buah hati kita kenakan maka aura yang dipancarkanpun akan lebih baik pula.

Pada zaman yang kian modern ini patutnya sebagai orang tua menyadari hal-hal ini supaya kelak di kemudian hari ketika anak kita sudah mulai beranjak dewasa dan menentukan gaya atau pilihan berpakaian mereka memilih pakaian yang benar, bukan pakaian yang justru mengaggungkan setan atau lambang-lambang agama selain Islam. Semoga sedikit ilmu ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Barakallah.

by. Intan Wahyu Permana

Video

[Yours_Label_Name][video]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.