Seorang mukmin senantiasa berbaiksangka pada saudaranya. Tapi praduga mulia bukanlah penghenti saling menasehati. Sebab cinta bukanlah penjamin mesra dunia; melainkan alasan, untuk bersama ke surga. Inilah sikap adilnya, juga kesejatian cintanya; yaitu untuk menjaga agar ia sempurna kelak di kehidupan yang abadi.
Apakah dengan begitu antar mukmin pencinta dapat terjadi sengketa di dunia?
Ya. Maka dalam firman tentang persaudaraan di Surat Al Hujurat ayat 10 ada kalimat lanjutan tentang kemungkinan itu sekaligus menegaskan peran pengishlah sebagai yang paling mulia, "..Maka damaikanlah antara kedua saudara kalian."
Ukhuwah itu tak meniadakan masalah. Hanyasanya ia mendampinginya agar berakhir indah. Bahkan jika pendamaian itu belum tuntas di dunia, ia akan berujung ke ayat yang dibaca Sayyidina 'Ali saat memangku mesra putra Thalhah dan Zubair yang masih kecil sebakda beliau berseteru dengan ayah mereka:
“Dan Kami cabut segala sesak dan rasa terluka di hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara, duduk berhadapan di atas dipan-dipan.” (QS Al Hijr [15]: 47)
Sebab di hadapan pengadilan Allah nanti, dua yang bersaudara dalam iman bisa jadi yang satu mendakwa yang lain. Tapi berbeda dengan penghakiman biasa di mana pahala si tertuntut diambil tuk membayar khilafnya, atau dosa penggugat ditambahkan pada tergugat; ada ganti yang ditawarkan.
"Angkat kepalamu hai Fulan!", perintah Allah pada si penuntut sebagaimana diriwayatkan Imam Ath Thabary. Maka hamba ini menaikkan pandangan dan menyaksikan istana ratna mutu manikam yang begitu megah di tengah taman surga yang membentang hijau amat jelita.
Takjub ternganga, hamba itu bertanya, “Duh Rabbi; bagi Nabi siapakah istana ini? Atau milik orang shiddiq yang mana ia? Atau kepunyaan pahlawan syahid zaman apa pula?”
Allah berfirman; “Istana ini akan jadi milik siapapun yang mampu membayar harganya.”
Penggugat itu terbelalak & bertanya.
“Berapakah harganya Ya Rabbi? Dengan apakah orang yang menginginkan akan membayarnya? Siapakah yang beruntung memilikinya?”
Allah berfirman; “Jika kau maafkan saudaramu itu, niscaya istana ini kan jadi milikmu!”
Maka dia berteriak gembira, “Demi kemuliaan dan keagunganMu; sungguh kini aku telah memaafkan saudaraku!”
Maka Allah karuniakan istana kemaafan itu; Dia hapuskan dendam di hatinya, hingga mereka kembali bersaudara, bahkan bertetangga di surga. Cinta orang-orang bertaqwa, memang baru akan sempurna di surga.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Yang Maha Pengasih akan jadikan di hati mereka rasa cinta yang dalam." (QS Maryam [19]:96)
Majelis Jejak Nabi Bandung, 27 Februari 2016
Posting Komentar