- Kategori : Entrepreneurship
- Oleh : Muhaimin Iqbal
ikadikobar.blogspot.com - Hari
ini merupakan awal kaum muslimin di seluruh dunia
memasuki waktu-waktu i’tikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ini
kesempatan terbaik untuk berinteraksi secara intensif dengan Al-Qur’an,
tidak terbatas pada membacanya – tetapi sampai memahaminya dan bahkan
juga mengamalkannya. Dalam konteks mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk
solusi kehidupan inilah pada kesempatan ini kami ingin share – case study yang kami pilih sebagai tema i’tikaf 1433 H di komplek Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin - Jonggol, Bogor.
Salah
satu yang ingin kami respon adalah kebutuhan dasar manusia dibidang
pangan dan energi – dua isu besar yang terus menghantui umat di negeri
ini. Pangan sudah kami bahas
dan mulai aplikasikan sejak i’tikaf 1432 H lalu, dengan
mengimplementasikan QS 78 : 16 untuk alfaafa dan produk-produk
turunannya – yang juga sudah saya munculkan dalam sejumlah tulisan
setahun terakhir.
Untuk i’tikaf kali ini yang kami jadikan contoh kasus aplikasi adalah solusi problema energi yang dihadapi masyarakat kebanyakan di Indonesia. Ini sekedar contoh, masing-masing peserta tentu bisa memilih aplikasi kasusnya sendiri.
Dimana
Al-Quran memberikan solusi untuk pemenuhan kebutuhan energi ini ?.
Salah satunya yang kami temukan adalah di ayat-ayat berikut :
“Maka
terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang
menumbuhkan tanaman itu atau Kami-kah yang menumbuhkannya? Kami
menjadikannya peringatan dan bahan yang berguna bagi para musafir.” (QS 56 : 71-73)
Jadi
salah satu sumber energi itu adalah tanaman, dan ini terbukti hingga
kini. Bahan bakar minyak yang kita gunakan sampai saat ini-pun berasal
dari tanaman, yaitu tanaman jutaan tahun lalu yang telah menjadi fosil.
Hanya
saja energi yang berasal dari tanaman yang telah menjadi fosil ini lama
kelamaan akan habis, lantas apa penggantinya ?. Salah satu yang saya
pilih ya kembali ke tanaman yang disebut di ayat-ayat tadi, hanya
sekarang tidak perlu menunggu pembentukan fosilnya yang memakan waktu
jutaan tahun.
Tanaman-tanaman
yang dihasilkan hari ini, insyaallah hampir keseluruhannya bisa
langsung diproses menjadi energi yang kita pakai hari ini. Karena proses
pembentukannya bisa dibangun sejalan dengan proses penggunaannya – maka
inilah yang disebut sumber energi terbarukan itu.
Setidaknya
ada tiga kelompok tanaman yang bisa diproses untuk menghasilkan energi
secara langsung seperti bioethanol. Kelompok pertama adalah
tanaman-tanaman yang berserat seperti jerami, kelompok kedua adalah
tanaman yang berpati seperti singkong, dan yang ketiga adalah tanaman
yang bergula seperti tebu.
Agar
tidak berebut dengan kebutuhan pangan manusia dan pakan ternak, maka
pendekatan yang kami anjurkan adalah menggunakan hasil samping atau
limbahnya saja. Jadi seluruh tanaman seperti padi, singkong dan tebu
diarahkan untuk pangan manusia ataupun pakan ternak – baru hasil
sampingnya yang diolah untuk menjadi energi. Dengan demikian perdebatan
wacana mana yang dipentingkan antara pangan dan pakan atau energi tidak
lagi perlu dilanjutkan. Keduanya dipenuhi bersamaan dari jenis-jenis
tanaman yang sama.
Hasil
padi utamanya untuk manusia, baru jeraminya yang diproses menjadi
energi. Singkong juga demikian, jangan menanam singkong beracun yang
tidak bisa dimakan manusia atau ternak semata hanya mengejar energinya.
Tanamlah singkong yang paling enak untuk manusia ataupun ternak, karena
yang digunakan untuk energi cukup hasil sampingnya. Tebu-pun demikian, hasil utamanya tetap untuk gula – yang diproses menjadi energi hanyalah limbahnya.
Secara
sederhana proses dari limbah padi, singkong dan tebu menjadi energi
bioethanol dapat dilihat pada grafik di bawah. Di antara tiga bahan
tersebut, bahan singkong (limbah pakan ternak) yang sudah kami siapkan
untuk praktek dari awal sampai produk akhirnya di Komplek Pesantren
Wirausaha Daarul Muttaqiin – Jonggol.
Melalui
praktek membumikan dari ayat sampai menjadi produk inilah yang ingin
kami stimulir – agar para peserta i’tikaf familiar dengan proses
membumikan ayat-ayatNya menjadi solusi nyata bagi permasalahan yang ada
di masyarakat. Solusi energi kita pilih karena ini isu nyata di
masyarakat yang sudah kehilangan minyak tanah dan keberatan untuk pindah
ke gas.
Sudah
ekonomiskah solusi ini ? Bisa jadi belum sempurna, tetapi justru
disinilah tantangannya !. Ayat-ayatNya sangat jelas, para ilmuwan juga
sudah sangat maju dalam memahami proses bioethanol ini. Bahkan tidak
terbatas pada tiga kelompok tanaman
tersebut di atas, ada sumber bioethanol lain yang sangat-sangat besar
yaitu Alga yang tumbuh di perairan. Tetapi mengapa sampai sekarang belum
menjadi solusi ?.
Tatarannya
memang bukan pada tingkatan ilmu, tetapi pada amal. Dalam beberapa
menit Anda akan dapat memahami seluruh konsep bioethanol ini dari
sejumlah besar sumber di internet, tetapi tidak banyak yang kemudian
mampu menjadikannya solusi nyata bagi problem yang ada di masyarakat.
Demikian pula dengan ayat-ayatNya, berbagai tafsir ayat-ayat Al-Qur’an
kini semakin mudah diperoleh dari para ahlinya baik yang berupa kitab
maupun dari internet – tetapi lagi-lagi tataran pengamalannya yang masih
membutuhkan effort yang luar biasa dari umat ini.
Untuk membumikan ayat-ayat di atas menjadi solusi energi yang nyata, beberapa poin berikut yang akan menjadi penekanan kami ;
ü Bioethanol
diproses dari hasil samping/limbah produk lain yang lebih utama seperti
pakan dan pangan. Sehingga ongkos produksi utamanya juga dipikul untuk
produk pangan/pakan.
ü Bioethanol
yang dihasilkan didahulukan untuk rakyat bawah – yaitu pengganti minyak
tanah, prosesnya lebih mudah dan rendemen hasil jauh lebih tinggi.
ü Teknologinya
sederhana, kalau toh butuh mesin destilasi – diusahakan murah sehingga
bisa dibeli atau dibuat sendiri oleh kelompok masyarakat seperti
koperasi desa dslb.
ü Solusi
berbasis sistem, bukan hanya berbasis produk. Artinya pendekatan yang
komprehensif menyangkut produk, pelatihan ketrampilan, sumber
daya/referensi dan integrasi pasar.
ü Bukan lagi tataran ilmu atau teori, jadi berikan contoh !.
Dalam
konteks memberikan contoh konkrit tersebutlah para peserta i’tikaf
Ramadhan 1433 H ini akan kami ajak melalui prosesnya tahap demi tahap,
dari memahami ayat sampai aplikasinya.
Bagi
yang karena kuota terbatas belum bisa mengikuti acara ini, juga bagi
para pembaca situs ini – sharing case study ini mudah-mudahan bisa juga
bermanfaat bagi masyarakat Anda, Anda bisa hadir kapan saja ke komplek
pesantren ini bila ingin melakukan exercise serupa pasca Ramadhan nanti.
InsyaAllah.*)
*) http://geraidinar.com
Posting Komentar