ikadikobar.blogspot.com - Di
malam-malam dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini berjuta umat
Islam di dunia memadati masjid-masjid. Mereka berharap ketika malam
Lailatul Qadar tiba, mereka sedang beribadat di masjid, sedang berdo'a
mengadukan segala persoalan hidupnya dan memohonkan segala harapannya.
Dahulu kami diajari pak kyai agar bisa memahami do’a-do’a ini lebih baik.
Dalam
keheningan malam (yang diduga) Lalilatul Qadar pak kyai biasa
mengumpulkan kami di masjid dan mulai tausyiahnya yang khas tentang do’a
ini :
“Anak-anakku
sekalian, banyak-banyaklah berdoa karena do’a itu bukan hanya kebutuhan
kita tetapi diperintahkanNya, hanya orang-orang yang sombong yang tidak
mau berdo’a. Kemudian beliau mengutip ayat "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam
keadaan hina dina.” (QS 40 :60 ) ”.
“Berdo’alah
bukan hanya untuk urusan dunia, tetapi lebih jauh dari itu adalah juga
urusan akhirat kalian. Kemudian beliau mengutip : “Dan
di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka" (QS 2 : 201)”.
“Berdo’alah
masing-masing kalian dengan suara yang lembut, kemudian beliau mengutip
: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS 7 : 55)”
“Berdo’alah
kalian dengan rasa khaufau wa thama’a yaitu antara rasa takut tidak
diterima dan harapan untuk dikabulkan, kemudian beliau mengutip : “… dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (QS 7 :56)”
“Berdo’alah
kalian dengan penuh sesal sebagaimana penyesalan Nabi Yunus di dalam
perut ikan hiu, kemudian beliau mengutip : “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa
Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam
keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman."” (QS 21 : 87-88)”
“Berdo-alah
kalian dalam suka maupun duka, dalam kesulitan maupun kelapangan,
kemudian beliau mengutip : “…Atau siapakah yang memperkenankan (doa)
orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat
sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (QS 27 :62). Dilanjutkannya pula
dengan ayat : “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian
apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudaratan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu..."”(QS. 39 : 8)”.
“Perbaikilah
peluang terkabulnya do’a-do’a kalian dengan terus meningkatkan keimanan
dan terus beramal saleh, kemudian beliau mengutip ayat “…dan Dia
memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal
yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya …” (QS 42 : 26)”.
Tausyiah beliau ditutup dengan pesan yang tidak dapat saya lupakan :
“Kalian
jangan pernah putus asa dengan do’a-do’a kalian, jangan pernah
berprasangka buruk pada Allah seolah-olah Allah tidak mengabulkan
do’a-do’a kalian. Dia Maha Tahu tentang kebutuhan kalian, dia Maha Tahu
yang terbaik untuk kalian. Bila sebagian rezeki atau apapun yang kalian
minta belum dikabulkanNya, itulah yang terbaik untuk kalian – bisa jadi
bila semua permintaan kalian dikabulkan persis seperti yang kalian
minta, justru kalian akan berbuat berlebihan dan melampaui batas. Allah
Maha Tahu ukuran rezeki – dalam bentuk apapun yang paling pas untuk
kalian, maka berdo’alah sesuai ukuran kalian !.”
Kemudian beliau menutup poin terakhir dari tausyiahnya ini dengan ayat : “Dan
jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka
akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS 42 : 27). I’tikaf Ramadhan 1433 H, Daarul Muttaqiin – Jonggol.*)
*) http://geraidinar.com
Posting Komentar