- Kategori : Entrepreneurship
- Oleh : Muhaimin Iqbal
ikadikobar.blogspot.com - Bangsa
Jepang maju sampai seperti sekarang antara lain karena disiplin mereka
yang tinggi sampai ke hal yang detil. Disiplin ini dibangun turun
temurun antara lain melalui cerita-cerita klasik mereka. Salah satu
cerita ini adalah tentang bagaimana suatu pasukan bisa kalah perang
hanya karena salah satu prajurit tidak merawat sepatu kudanya.
Konon
dalam cerita tersebut kuda yang sepatunya menipis ini hanyalah kuda
yang biasa dikendarai pengantar surat – bahkan bukan kuda yang
ditunggangi para ksatria perang. Gara-gara sepatu kuda yang menipis,
ketika kuda tersebut menginjak paku – menembuslah paku ini sampai ke
telapak kaki kuda.
Akibatnya
sang kuda berjalan pincang karena kakinya sakit bila digunakan untuk
berlari. Akibatnya lagi surat-surat yang seharusnya diantar tepat waktu
menjadi terlambat. Padahal surat-surat yang diantar ini sebagiannya
adalah surat-surat yang berisi informasi intelligence perang yang sangat
penting. Ketika surat-surat ini terlambat diterima oleh panglima
perang, semua strategynya menjadi kedaluwarsa dan kalahlah pasukan
mereka.
Dalam
sejarah Islam cerita-cerita yang mengandung pesan senada juga banyak,
bagaimana misalnya seorang pemimpin perang hanya mau memimpin jihad
setelah mendapati masjid-masjid penuh ketika shalat subuh. Pemimpin yang
lain untuk suatu penaklukan adalah dipilih dari orang yang tidak pernah
meninggalkan sholat malam. Bagaimana suatu pasukan bisa menang setelah
semua prajuritnya bersiwak dlsb.
Hal
yang nampaknya sepele atau sederhana tetapi dia merupakan mata rantai
dari sesuatu yang sangat besar, maka bila hal ini diabaikan – hal yang
sangat besar itu tidak terjadi.
Dalam tulisan saya tentang Jawa
beberapa hari lalu misalnya, mengapa kemakmuran tidak muncul di pulau
yang sangat subur ini ?, pulau yang diatasnya berdiri perguruan tinggi
–perguruan tinggi terbaik di negeri ini ? lembaga-lembaga penelitian
terbaik, kumpulan orang-orang paling pandai di bidangnya ? dlsb.
Salah
satu mata rantai penting yang kita abaikan adalah ‘hukum Allah’.
Prasyarat agar rezeki datang dari atas kepala dan dari bawah kaki kita
tidak kita penuhi : “Dan
sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan
(Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka
akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka…”. (QS Al Maaidah : 66)
Ambil
misalnya ‘hukum Allah’ tentang penggunaan lahan, tanah-tanah yang
ditelantarkan pemiliknya lebih dari tiga tahun seharusnya ditarik oleh
negara dan diserahkan kepada yang bisa memakmurkannya. Maka bila syariat
ini diberlakukan tidak akan ada lagi tanah yang menanggur di negeri
ini, semuanya menjadi produktif.
Bila
riba yang sangat terlarang itu dijauhi, modal akan mengalir
menggerakkan sektor-sektor riil, produksi maksimal atas barang-barang
kebutuhan masyarakat akan terjadi, lapangan kerja akan tersedia dengan
cukup, masyarakat akan makmur, negeri akan mampu berswasembada dst.
Segudang
informasi super ‘intelligence’ itu sebenarnya sudah sampai ke kita,
namun informasi tersebut kita abaikan – tidak kita lanjuti. Bila pasukan
Jepang dalam cerita klasik tersebut kalah karena
informasi intelligence itu datang terlambat, kita kalah dalam sejumlah
medan perang – ekonomi, politik, budaya, peradaban, pemikiran dlsb. ;
bukan karena informasi itu datang terlambat – justru informasi yang
sangat akurat tentang berbagai hal, informasi yang selalu valid untuk
masa lampau, kini dan yang akan datang itu telah datang tepat waktu ke kita. Hanya kita tidak berbuat apa-apa setelah itu !.
Melalui
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits kita telah diberi tahu oleh Allah segala
rahasia dan kelemahan musuh-musuh kita, baik dari golongan jin maupun
manusia. Kita juga telah diberi tahu segala keunggulan yang harusnya ada
di umat ini, segala jalan untuk bisa memenangkan peperangan. Maka yang
kita perlukan sebenarnya adalah tinggal mengolah dan memahami informasi
itu, kemudian meresponnya dengan langkah yang tepat pada waktu yang
tepat.
Secara
specifik Allah memberi kriteria orang-orang yang berakal adalah orang
yang selalu memikirkan ciptaanNya karena tidak ada yang sia-sia dari
ciptaanNya : “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS 3 : 190-191).
Bayangkan mindset
unggul yang bisa terbangun dari cara pandang kita tentang segala
sesuatu yang tiada sia-sia ini, maka dibidang apapun insyaallah kita
akan bisa unggul – karena inilah yang dijanjikanNya bila kita mengimani
semua yang datang dariNya.
“Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.” (QS 3 : 139)
Informasi
itu telah datang tepat waktu kepada kita, yang kita lakukan tinggallah
mengolahnya, memahaminya dan bertindak secara tepat. Melalui serangkain
informasi tersebutlah seharusnya wawasan kita menjadi luas, visi kita
jauh kedepan melewati batas horizon, dan action kita sampai ke hal yang sangat detil – tidak boleh satu paku-pun melukai kaki kuda kita. InsyaAllah.*)
*) http://geraidinar.com
Posting Komentar