Salah satu cara mentransfer budaya, dan tingkah laku kepada suatu bangsa adalah dengan memberikan tontonan secara terus menerus kepada anak. Jika tontonannya baik, maka jadilah anak itu berkarakter seperti yang ia tonton sejak kecil, utamanya di usia keemasan baik anak usia balita, batita ataupun anak di bawah 10 tahun. Anak yang banyak menonton ipin upin dan nadia misalnya maka anak ini akan tumbuh menjadi anak yang pintar komunikasi, pintar bicara, dan memiliki karakter yang lebih baik seperti menolong, dan berakhlak baik kepada nenek dan kakeknya.
sedangkan bagi anak - anak yang banyak menonton tontonan anak yang tidak berbicara, hanya gerak semata - mata, bahasa binatang dan sesekali diiringi tawa dan bahkan geraknya pun bersifat jahil. maka yang terjadi pada anak tersebut, anak itu akan tumbuh dengan komunikasi yang "gagap bicara" atau kemampuan bicara dan komunikasinya yang terlambat dibanding seusianya yang jarang sekali menonton tontonan yang negatif bagi anak. Kita tidak menyadari bahwa sebagian tontonan yang ada di televisi kita bisa berakibat tidak baik bagi psikologi, perilaku, karakter bahkan kemampuan berbicara anak kita.
Ada seorang bu Haji yang cerita alias curhat tentang kelakuan anaknya yang baru SMA sudah bawa perempuan yang bukan saudara atau muhrimnya dan dengan mesranya yang dibonceng memeluknya setiap berangkat sekolah. Padahal sang ibu sudah mendidik anak dengan agama bahkan memondokkannya ke Pesantren selama sekolah SMP. Lantas ada pertanyaan yang diajukan oleh saya "Apa yang dilakukan sang Anak di rumah biasanya?" Ibu pun menjawab tidak ada, cuma habis pulang sekolah sang anak di depan TV terus dengan tontonan sinetron remaja pavorit seputar pacaran, atau cinta di sekolah.
Maka saya pun menjawab "wajar anak ibu demikian, karena secara tidak sadar otak merekam apa yang ia dengar, apa yang ia lihat, dan apa yang ia tonton terus menerus. sehingga yang awalnya ia tidak suka dengan basic agamanya lambat laun jadi biasa, lalu jadi suka, lalu meniru. dan itu tidak perlu waktu lama 10 tahun lebih. Hanya kurang dari 2 tahun anak itu sudah lepas dari nilai agamanya. itulah dahsyatnya tontonan yang tidak terkontrol dalam keluarga.
Padahal negri Australi saja melarang Film Jackycan di televisi mereka, apalagi israel sangat melarang anak - anaknya menonton tontonan yang bagi anak - anak kita hal yang biasa dan bahkan jadi favoritnya. Inilah perang budaya, perang terhadap karakter generasi bangsa. Maka yang terjadi di masyarakat adalah banyak anak yang putus sekolah, karena menikah darurat. Menikah di usia dini, menikah sebelum waktunya menikah, menikah sebelum meraih yang dicita - citakan.
Semoga kita bisa mengambil hikmah, dan pelajaran dari peristiwa ini. Kontrol dan batasi tontonan, maksimal 2 jam sehari. Kalaupun lebih, maka hanya tontonan yang berkarakter baik dan mendidik yang kita berikan kepada anak dan keluarga kita.
berikut ini contoh film yang baik untuk anak - anak :
Posting Komentar