ikadikobar.blogspot.com - Dalam
cerita rakyat Yunani kuno dikisahkan suatu hari tiga orang prajurit
singgah di perkampungan yang miskin akibat korban perang. Dalam kondisi
letih dan lapar mereka sebenarnya berharap ada salah satu dari
masyarakat desa tersebut yang bisa memberinya tumpangan untuk isitirahat
dan sedikit makanan. Alih-alih mendapatkan pertolongan, yang ada
masyarakt desa malah berkeluh kesah tentang problem mereka, kerusakan
desa, gagal panennya dan kemiskinan yang melanda. Maka tiga prajurit
yang gagah berani ini terpanggil untuk memberi solusi bagi desa yang
kehilangan kepemimpinan tersebut
Dikumpulkannya masyarakat desa dengan woro-woro
bahwa para prajurit yang datang ke desa itu akan mengajari masyarakat
untuk membuat sop dari batu. Siapa yang tidak tertarik ?, kalau batu
saja bisa jadi sop – pasti desa itu tidak lagi ada problem pangan –
pikir mereka.
Setelah
masyarakat ngumpul, mulailah para prajurit ini mangajak masyarakat
untuk mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun besar. Mereka juga
minta disediakan kwali yang paling besar yang ada di desa itu agar semua
kebagian sup batu yang akan mulai dimasak. Untuk batunya sendiri tidak
perlu banyak, cukup tiga batu ukuran kecil.
Dengan
penasaran masyarakat menyaksikan air yang mulai mendidih di kwali
besar, mereka juga mengamati tiga prajurit yang membagi tiga batu kecil
tersebut satu per satu diantara mereka bertiga.
Prajurit pertama mulai memasukkan batunya ke kwali sambil berkata “…nggak usah kawatir, ini akan menjadi sup yang enak…”. Prajurit kedua mengikuti “…ini akan cukup untuk semua yang hadir disini…”. Prajurit ketiga-pun mengikutinya ambil berkata : “…akan tambah enak bila ada yang nambahi garam, kubis atau sejenisnya”.
Tiba-tiba diantara masyarakat yang hadir ada yang nyletuk : “ oh iya, di rumah saya ada garam…”, kemudian berlari dia mengambil garamnya. Yang lain ikutan : “…saya masih ada sedikit kubis di rumah…”, berlari pula dia mengambilnya. Yang lain tidak mau kalah, ada yang berlari mengambil wortel, lobak dan lain sebagainya.
Walhasil
malam itu mereka berhasil memasak ‘sop batu’ dengan berbagai
tambahannya yang lezat-lezat. Jumlahnya cukup banyak untuk berbagi ke
seluruh yang hadir - Tentu saja tiga batu kecil yang dimasukan pertama
ke kwali tidak perlu ikut dimakan !. Mereka makan kenyang malam itu dan
tiga orang prajurit ini tidur kelelahan di tanah lapang desa itu.
Paginya
mereka dibangunkan oleh suara ramai; rupanya masyarakat desa pagi itu
kembali ke lapangan dengan membawa berbagai makanannya, ada roti, selai,
keju dlsb.
Kepada tiga prajurit yang baru bangun tersebut, mereka menyampaikan : “
….kami berterima kasih kepada Anda yang telah mengajari kami untuk
berbagi, milik kami yang serba sedikit tidak cukup untuk kami
sendiri…tetapi ternyata malah menjadi cukup ketika kita berbagi…”. Sejak peristiwa ‘sop batu’ tersebut masyarakat desa menjalani hidup dengan terus saling berbagi.
Inti
dari pelajaran ini adalah dibutuhkan kepemimpinan di masyarakat untuk
menyelesaikan masyalahnya. Ketika masyarakat dipimpin utuk berbagi –
maka mereka akan berbagi. Di setiap harta kita ada hak orang lain yang
meminta maupun yang tidak meminta, dan keberkahan itu akan datang bila
hak tersebut memang kita berikan.
Berbagi
tidak akan membuat orang jatuh miskin, malah sebaliknya dia akan
memperoleh yang lebih banyak. Berbagi harta membuat harta bertambah
berkah, berbagi ilmu membuat kita bertambah pintar. InsyaAllah. *)
*) geraidinar.com
Posting Komentar