- Kategori : Dinar/Emas
- Oleh : Muhaimin Iqbal
ikadikobar.blogspot.com - Warren
Buffett adalah orang terkaya no 3 di dunia (pernah no 1 tahun 2008),
kekayaannya saat ini diperkirakan mencapai sekitar US$ 47 Milyar atau
sekitar 446 trilyun – lebih dari 1/3 dari APBN Indonesia tahun 2012.
Bagi dunia investasi barat dia dianggap ‘dewa’-nya
investasi dan namanya menjadi judul sejumlah buku. Tetapi apakah Warren
Buffett memang begitu hebat dalam investasi ini ?, ternyata tidak !
dengan diamnya emas saja dia kalah telak dalam lebih dari 5 tahun
terakhir.
Grafik
dibawah memberikan ilustrasi kenaikan nilai perusahaan investasinya
Warren Buffett yaitu Berkshire Hathaway dibandingkan dengan kinerja
kenaikan harga emas sejak tahun 2000 sampai sekarang (2012). Bisa kita
lihat siapa yang lebih cerdas dalam menaikkan nilai ini.
Ilustrasi ini bukan untuk men-discourage
Anda dari dunia investasi pasar modal dan sejenisnya. Tetapi untuk
membuka mata lebar-lebar pada suatu kenyataan bahwa – orang sepintar
Warren Buffett-pun ternyata tertipu dengan kenaikan nilai semu dari
asset-nya. Dia mengira nilai assetnya tumbuh dengan baik, namun bila
digunakan standar nilai emas – assetnya terus menerus turun nilainya
selama lima tahun terakhir ini.
Lantas
apa yang menjadi penyebabnya ?, penurunan nilai uang kertas US$ lima
tahun terakhir ini begitu tingginya sehingga orang yang sudah bekerja
begitu keras dan konon juga begitu cerdas sekaliber Warren Buffett-pun,
akhirnya harus mengakui bahwa assetnya adalah masuk kategori wealth reducing asset – asset yang menurunkan tingkat kemakmuran pemiliknya – bila standar nilai emas yang digunakan.
Penurunan daya beli uang kertas yang begitu drastis antara lain dipicu oleh serangkain Quantitative Easing (QE) di Amerika, mulai dari QE 1, QE 2 dan QE –Infinity
yang diumumkan pekan lalu. Warren Buffett nampaknya perlu kerja lebih
keras dan lebih cerdas lagi untuk sekedar mampu mempertahankan
kekayaannya yang sekarang – bila ingin mengejar standar nilai emas yang
sama.
Lantas
bagaimana kita bisa lebih pintar dari Warren Buffett dalam situasi
seperti sekarang ini ?, kita punya contoh konglomerat yang lebih cerdas
pada zamannya yaitu Abdurrahman bin Auf. Dengan apa dia membangun
kekayaannya ?, dengan putaran barang dagangan – yaitu menggerakkan
sektor riil dan mempertahankan nilai dengan emas dan perak.
Tercatat
dalam sejarah, warisan Andurrahman bin Auf ketika meninggal dunia
adalah 80,000 Dinar per-orang istrinya, padahal dia meninggal dengan
empat orang istri dan memiliki anak. Artinya 80,000 Dinar tersebut
hanyalah 1/32 dari warisan tunainya. Lebih dari itu semua, dia adalah
salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga.
Apa
yang dilakukan Abdurrahman bin Auf tetap relevan bila dilakukan hingga
kini. Kemakmuran yang sesungguhnya itu dibangun dengan kerja keras di
sektor riil dan perdagangan – kemudian mempertahankan nilainya-pun dalam
bentuk benda riil seperti emas, perak , barang dagangan dlsb.
Lho tetapi kenyataannya toh Warren Buffett tetap jauh lebih kaya dari kita-kita saat ini ?, Itu betul. Dia
telah menggeluti dunia investasi yang dia lakukan sekarang sejak tahun
1962 atau 50 tahun lalu, ketika dia berusia 22 tahun. Di tahun-tahun
ketika devaluasi nilai Dollar tidak significant, dia memang berhasil
meningkatkan kekayaannya – tetapi ketika devaluasi itu begitu tinggi
seperti lima tahun terakhir – hasil kerja keras orang seperti dia bisa
tersapu habis oleh penurunan daya beli uang itu.
Anda
bisa lebih kaya dari dia bila memiliki kesempatan untuk investasi lebih
panjang dan mampu memproteksi nilai dari investasi Anda.
Apakah
harga emas sekarang begitu tingginya sehingga kerja keras Warren
Buffet-pun kalah telak dengannya ?, apakah bukan karena telah terjadi bubble di harga emas sehingga harga emas itu bisa anjlok kapan saja ?.
Harga emas memang pernah bubble dari tahun 1970-an sampai awal 80-an; ketika dunia beberapa tahun shock
dengan kejutan presiden Nixon Agustus 1971 ketika dia melepas kaitan
antara US$ dengan emas. Di pasar Modal, sering pula terjadi bubble seperti yang terjadi di NASDAQ 1990-2009. Salah satu gejala bubble itu
adalah ketika harga naik begitu cepat, tanpa didukung oleh alasan yang
bersifat fundamental – maka yang sebaliknya akan terjadi, kejatuhan yang
cepat pula.
Bila kita plotkan bubble
emas 1971-1982, NASDAQ tahun 1990-2009 dan harga emas 2001-2010, kita
akan melihat bahwa kenaikan harga emas yang 10 tahun terakhir ini beda
sekali dengan dua contoh peristiwa bubble tersebut. Kenaikan
harga emas 10 tahun terakhir sebenarnya landai-landai saja, tidak ada
penggelembungan yang mendadak. Penyebabnya-pun jelas terukur, yaitu uang
kertas yang memang sengaja diturunkan nilainya secara terus menerus
menuju infinity-low oleh para pemegang otorisasi uang kertas itu !
Maka jangan tertipu filosofi investasi ala
Warren Buffett, Anda bisa lebih cerdas dari dia dengan menggunakan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya sebagai
panutan dan contoh yang sempurna. Tidak mengapa kaya, asal tetap bisa
masuk surga ! Amin. *)
*) http://geraidinar.com/
Posting Komentar