ikadikobar.blogspot.com - Pangkalan Bun Jiwa
seorang mukmin pasti masih bergantung dengan bulan Ramadhan nan penuh
berkah… Kenapa tidak? Karena Ramadhan adalah bulan Al Qur’an, bulan
Lailatul Qadr, Bulan permulaan turunnya wahyu untuk misi besar di dunia…
keutamaan bulan Ramadhan masih sangat kuat melekat dalam pikiran setiap
muslim atau muslimah.
Sungguh, para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim berdo’a kepada Allah swt. agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya. Dan mereka bedo’a kepada Allah swt. selama enam bulan setelahnya agar Allah swt. menerima amal perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka merasakan hubungan yang sangat dekat dengan Ramadhan, sepanjang tahun.
Ramadhan menghendaki adanya keinginan kuat dan persiapan matang sebelumnya, agar kebaikan-kebaikannya dapat diraih, tak ada yang terlewatkan.
Dalam realitas keseharian, kita melihat bahwa sebagian keluarga menyiapkan investasi besar guna menyiapkan masa depan keluarga lebih baik, apakah guna menikahkan anaknya atau membangunkan rumah bagi mereka atau lain sebagainya.
Sebagaimana juga kita melihat klub sepak bola misalkan, mereka mempersiapkan tim dengan sebaik-baiknya sebelum musim pertandingan tiba. Semakin optimal persiapan itu, maka semakin optimis mereka meraih kemenangan, dan mereka pasti akan menang sebanding dengan usaha mereka.
Itulah kesibukan manusia dalam mengurus dunianya…Kita juga melihat sekelompok lain yang menyiapkan diri unutk berjumpa dengan bulan Ramadhan, jauh-jauh hari sebelum kedatangannya, dengan berbagai persiapan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi Ramadhan. Seperti, siaran-siaran lewat darat atau udara atau via internet dan beragam ansyithah atau kegiatan ibadah Ramadhan.
Kembali ke dunia olah raga, jika ada pemain tanpa lebih dahulu mengadakan pemanasan, bisa dipastikan dirinya akan mengalami gangguan keseimbangan, keseleo dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Contoh lain, olah raga lari maraton, pelari yang cerdas tidak akan menghabiskan energinya di awal start. Jika kita amati bersama, orang yang di awal start larinya kencang dan berada di depan, bisa dipastikan ia tidak akan kelihatan dalam fisnish duluan, menjadi pemenang.
Begitu juga dengan Ramadhan, bahkan lebih mulia dan lebih utama dibandingkan hanya sekedar permainan bola dan lari maraton.
Ramadhan menuntut adanya persiapan matang dan bertahap jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga ketika Ramadhan menyapa kita, kita semua telah siap menjemputnya, mengisinya.
Adapun orang yang tidak menyiapkan diri untuk menjemputnya, kecuali ketika Ramadhan sudah datang menghadap, boleh jadi kita lihat di awal bulan ia berada di barisan shalat paling depan, namun kemudian kita tidak melihat batang hidungnya di akhir bulan!
Petani yang mahir, ia akan memulai menggarap sawahnya dengan membersihkan ladang dari tanaman liar, menggemburkan ladang dan mengairinya, kemudian ia menanam benih, merawat dan menjaganya. Ketika waktu musim panen tiba, ia akan mendapatkan hasil panen yang sangat memuaskan.
Mari, kita semua mempersiapkan diri sesuai kadar optimal kemampuan kita dalam peribadatan dan keta’atan, guna menyambut Ramadhan, guna panen kebaikan Ramadhan.
Mari, kita hilangkan sikap malas, futur, leha-leha, dan terlenakan dengan dunia… kita ganti dengan menebar benih, benih semangat dan tekad kuat… Ketika bulan Rajab menyapa kita, kita telah mengkondisikan jiwa dan hati kita dengan semangat dan tekad kuat untuk ta’at… Sehingga ketika Allah swt. menakdirkan kita berjumpa dengan Ramadhan, kita akan panen… Panen taqwa, panen wara’, panen tangisan karena takut kepada Allah swt, panen interaksi bersama Al Qur’an, panen kebaikan, panen amal shaleh, panen berbuat baik kepada sesama… dan panen semua nilai kebaikan.
Ya Allah, sampaikan kami berjumpa dengan bulan Ramadhan, Amin. Allahu a’lam.
Sungguh, para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim berdo’a kepada Allah swt. agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya. Dan mereka bedo’a kepada Allah swt. selama enam bulan setelahnya agar Allah swt. menerima amal perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka merasakan hubungan yang sangat dekat dengan Ramadhan, sepanjang tahun.
Ramadhan menghendaki adanya keinginan kuat dan persiapan matang sebelumnya, agar kebaikan-kebaikannya dapat diraih, tak ada yang terlewatkan.
Dalam realitas keseharian, kita melihat bahwa sebagian keluarga menyiapkan investasi besar guna menyiapkan masa depan keluarga lebih baik, apakah guna menikahkan anaknya atau membangunkan rumah bagi mereka atau lain sebagainya.
Sebagaimana juga kita melihat klub sepak bola misalkan, mereka mempersiapkan tim dengan sebaik-baiknya sebelum musim pertandingan tiba. Semakin optimal persiapan itu, maka semakin optimis mereka meraih kemenangan, dan mereka pasti akan menang sebanding dengan usaha mereka.
Itulah kesibukan manusia dalam mengurus dunianya…Kita juga melihat sekelompok lain yang menyiapkan diri unutk berjumpa dengan bulan Ramadhan, jauh-jauh hari sebelum kedatangannya, dengan berbagai persiapan dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka optimalisasi Ramadhan. Seperti, siaran-siaran lewat darat atau udara atau via internet dan beragam ansyithah atau kegiatan ibadah Ramadhan.
Kembali ke dunia olah raga, jika ada pemain tanpa lebih dahulu mengadakan pemanasan, bisa dipastikan dirinya akan mengalami gangguan keseimbangan, keseleo dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Contoh lain, olah raga lari maraton, pelari yang cerdas tidak akan menghabiskan energinya di awal start. Jika kita amati bersama, orang yang di awal start larinya kencang dan berada di depan, bisa dipastikan ia tidak akan kelihatan dalam fisnish duluan, menjadi pemenang.
Begitu juga dengan Ramadhan, bahkan lebih mulia dan lebih utama dibandingkan hanya sekedar permainan bola dan lari maraton.
Ramadhan menuntut adanya persiapan matang dan bertahap jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga ketika Ramadhan menyapa kita, kita semua telah siap menjemputnya, mengisinya.
Adapun orang yang tidak menyiapkan diri untuk menjemputnya, kecuali ketika Ramadhan sudah datang menghadap, boleh jadi kita lihat di awal bulan ia berada di barisan shalat paling depan, namun kemudian kita tidak melihat batang hidungnya di akhir bulan!
Petani yang mahir, ia akan memulai menggarap sawahnya dengan membersihkan ladang dari tanaman liar, menggemburkan ladang dan mengairinya, kemudian ia menanam benih, merawat dan menjaganya. Ketika waktu musim panen tiba, ia akan mendapatkan hasil panen yang sangat memuaskan.
Mari, kita semua mempersiapkan diri sesuai kadar optimal kemampuan kita dalam peribadatan dan keta’atan, guna menyambut Ramadhan, guna panen kebaikan Ramadhan.
Mari, kita hilangkan sikap malas, futur, leha-leha, dan terlenakan dengan dunia… kita ganti dengan menebar benih, benih semangat dan tekad kuat… Ketika bulan Rajab menyapa kita, kita telah mengkondisikan jiwa dan hati kita dengan semangat dan tekad kuat untuk ta’at… Sehingga ketika Allah swt. menakdirkan kita berjumpa dengan Ramadhan, kita akan panen… Panen taqwa, panen wara’, panen tangisan karena takut kepada Allah swt, panen interaksi bersama Al Qur’an, panen kebaikan, panen amal shaleh, panen berbuat baik kepada sesama… dan panen semua nilai kebaikan.
Ya Allah, sampaikan kami berjumpa dengan bulan Ramadhan, Amin. Allahu a’lam.
Sumber: http://m.dakwatuna.com/
Posting Komentar