- Kategori : Entrepreneurship
- Oleh : Muhaimin Iqbal
ikadikobar.blogspot.com - Tulisan ini saya sarikan dari bukunya Tom Keneally yang berjudul ‘Three Famines : Starvation and Politics’
(PublicAffairs, New York, NY, 2011). Buku ini mengulas tiga kelaparan
besar dalam sejarah modern – khususnya dalam dua abad terakhir. Tiga
kelaparan besar itu adalah di Irlandia (1845), Bengal –India (Semasa PD
II) dan Ethiopia (1970-an s/d 1980-an).
Orang
Irlandia makanan utamanya adalah kentang, sehingga ketika produksi
kentang mereka terganggu di sekitar tahun 1845 – gejala kelaparan ini
mulai muncul. Mereka saat itu sebenarnya memiliki sumber pangan lain
yaitu biji-bijian dan hasil peternakan yang mestinya cukup untuk mengisi
kekurangan kentang, namun biji-bijian dan hasil ternak mereka
difokuskan untuk ekspor ke Inggris yang menguasai Irlandia. Walhasil
rakyat Irlandia menjadi korban dari kelaparan yang sangat hebat saat
itu.
Semasa
Perang Dunia II, lagi-lagi imperialism barat yang diwakili oleh Inggris
menyebabkan kelaparan di negeri lain. Kali ini adalah penduduk
Bengal-India yang terpaksa menderita kelaparan hebat karena produksi
beras yang ada digunakan untuk keperluan memberi makan tentara-tentara
Inggris dalam melawan Jepang.
Di
Ethiopia tahun 1970-an sampai 1980-an terjadi kelaparan yang terbesar
dalam sejarah peradaban modern manusia, tetapi kali ini penyebabnya
bukan karena imperialism atau kapitalisme barat – melainkan marxisme
yang dipaksakan oleh pemeimpin otoriter Ethippia saat itu yaitu Mengistu
Haile Mariam. Ketika lahan-lahan diambil alih oleh rezim Marxism,
ternyata mereka tidak mampu mengolahnya dengan baik sehingga fatal
akibatnya – produksi pertanian mereka hancur dan rakyat mengalami
kelaparan yang sangat.
Dari
tiga kasus di atas saja kita kini semakin yakin bahwa penyebab utama
kelaparan dunia sebenarnya adalah kesalahan manusia itu sendiri ,yaitu
khususnya kesalahan para penguasa. Sarana-sarana produksi itu tersedia
cukup, tetapi manakala manusia yang memegang kuasa tidak mampu
menjalankan amanahnya – maka rakyatlah yang menjadi korban.
Saya
berharap para pemimpin membaca buku ini untuk bahan introspeksi. Bila
masih ada kelaparan di negeri ini, jangan salahkan jumlah penduduk,
jangan salahkan musim, jangan salahkan hama dan jangan salahkan orang
lain. Introspeksi kedalam dengan melihat kebijakan, peraturan, perijinan
dlsb. , mana-mana yang menjadi penghambat produksi pangan dalam negeri
harus dihilangkan.
Sebagai
rakyat kita juga harus menjadi rakyat yang cerdas, kritis dan mandiri
tidak perlu terlalu tergantung pada kebijakan publik yang diambil para
penguasa. Meskipun mereka mengijinkan produk-produk impor terus mengalir
kedalam negeri ini, tidak seharusnya kebijakan ini menciutkan nyali
kita untuk terus berusaha berproduksi.
Pemerintah
bisa silih berganti dan kebijakan publik akan terus berubah seiring
dengan arah angin perubahan, tetapi satu hal yang tidak berubah adalah
rakyat perlu bahan pangan secara cakup dengan tingkat harga yang
terjangkau. Inilah yang menjadi challenge Anda para pengusaha,
Insyaallah Anda-pun bisa !. *)
*) http://geraidinar.com
Posting Komentar