- Kategori : Umum
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.
Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,
Suara
takbir dan tahmid hari ini menggemuruh di seluruh bumi. Sebelum kita
mengumandangkan takbir dan tahmid ditempat ini, saudara kita dibelahan
bumi yang timur telah mengumandangkannya lebih dahulu. Setelah kita
selesai di sini, saudara kita di sebelah bumi yang barat akan
meneruskannya. Begitu seterusnya sampai seluruh bumi ini dipenuhi dengan
takbir dan tahmid, membesarkan dan memuji namaNya dengan tiada henti.
Dalam
ibadah-ibadah khusus, shalat fardhu, sholat jum’at, puasa Ramadhan,
haji dan lebih-lebih dua sholat hari raya Iedhul Fitri dan Iedhul Adha –
umat Islam di seluruh dunia telah mampu untuk tiada henti
bersaut-sautan membesarkan dan memuji namaNya.
Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.
Tetapi
sayang seribu kali sayang, Islam sebagai system hidup yang kaffah, yang
seharusnya meliputi seluruh aspek kehidupan kita – di jaman ini
berhenti pada tataran ibadah-ibadah khusus.
Kita
mampu menggetarkan dunia dengan takbir dan tahmid kita melalui dua
sholat hari raya, tetapi dimana takbir dan tahmid itu ketika kita
berpolitik ?, ketika kita membangun kekuatan pertahanan ?, ketika kita
berhukum ? ketika kita mendidik anak ? ketika kita di pasar?, ketika kita berdagang ?, ketika kita mengelola sumber daya alam ?.
Dalam urusan politik, kita disuruh ber-syuro sesama kita. Tetapi kita hanya ber-syuro
bila sudah kepepet, ketika ada kepentingan yang menyatukannya – ketika
ada tokoh lain yang dikawatirkan lebih unggul dari tokoh kita. Sebelum
terpepet masing-masing masih merasa mampu memimpin negeri ini sendirian –
sesama umat berebut posisi dengan saling menjegal dan menghalangi.
Akibatnya umat Islam yang mayoritas di negeri ini menjadi minoritas
dalam urusan politik.
Barangkali ini yang lebih dari 1,400 tahun lalu sudah diingatkan oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : “Suatu
masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang
yang sedang makan yang memperebutkan hidangan di atas nampan”. Kemudian
ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin)
berjumlah sedikit Ya Rasulullah?”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:
“Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak
buih di atas air bah [yang dengan mudah dihanyutkan ke sana ke mari].
Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh
kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam
hati kalian.” Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw,
apakah wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.””
Hadits
ini nampaknya juga menggambarkan kondisi kekuatan militer umat saat
ini. Kita disuruh menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh kita semua
dengan ‘kuda-kuda perang’ kita, tetapi siapa yang sekarang gentar dengan
umat ini ?.
Jangankan
menggentarkan musuh Allah yang kini membunuhi saudara-saudara kita di
Palestina, Afganistan, Rohingnya dlsb. dan mengadu domba
saudara-sauadara kita di jazirah Arab, kita menggentarkan musuh Allah
yang suka usil di selatan kita saja kita tidak mampu. Pesawat-pesawat
kita berjatuhan sendiri sebelum berperang, kapal super modern kita
justru musnah terbakar di hari-hari pertama pelayarannya. Kondisi
kekuatan militer umat Islam di seluruh dunia tidak jauh dari kondisi
kita di negeri ini.
Dalam bidang hukum, sering orang marah atau tersinggung bila ada yang mengingatkan melalui ayatNya bahwa “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik”
(QS 5 :44 ; 45 ; 47). Mereka punya jawaban bahwa mereka sedang mengatur
negeri yang besar, negeri yang modern ini. Mereka merasa hukum Allah
tidak cukup luas, tidak cukup aplikatif, tidak cukup detil untuk jaman
modern ini. Padahal siapakah Yang Maha Adil dan Yang Maha Tahu itu ?,
para pembuat hukum jaman ini Atau Allah Yang Maha Tahu.
Bukti
kefasikan dan kedhaliman itu benar-benar ada di system hukum yang
dibuat manusia itu. Di negeri ini misalnya ada hal yang halal dan
dianjurkan Nabi dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh hampir
seluruh perawi yaitu : “(Juallah)
emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras
gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam
(denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai - dari tangan
ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan
secara tunai - dari tangan ke tangan.”
Jual
beli dengan benda bernilai intrinsik seperti emas (Dinar), perak
(Dirham) semacam ini dihukumi terlarang di negeri ini, pelakukanya
diancam hukuman denda dan kurungan.
Mengapa
?, karena ada hukum lain yang dibuat oleh orang-orang yang merasa lebih
tahu dari Ke Maha Tahuan Allah – Undang-undang itu adalah undang-undang
mata uang yang hanya membolehkan mata uang Rupiah sebagai alat
transaksi di negeri ini.
Di
sisi lain, ada perkara yang sangat haram dan bahkan pelakunya dimusuhi
Allah dan Rasulnya yaitu Riba, begitu besarnya dosa riba ini sampai dosa
terkecilnya saja diibaratkan dengan dosa menzinahi ibu kandung sendiri –
tetapi dosa yang sangat besar ini perfectly dianggap ‘halal’ di system hukum negeri ini.
Bukan
hanya pelakunya sebebas-bebasnya mengiklankan produk yang sangat haram
ini, tetapi bahkan para pelakumnya dijamin dengan uang rakyat melalui
apa yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan.
Ketika
para ulama bersepakat mengingatkannya dalam Fatwa MUI no1 tahun 2004
tentang haramnya bunga (riba) bank delapan tahun lalu, sampai sekarang
tidak ada yang menggubris fatwa ini.
Lantas
hukum seperti apa yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang
haram ini ?, maka sungguh benar peringatan Allah tersebut di atas : “…barang siapa berhukum selain dari yang diturunkan Allah dia kafir, …dia dhalim,…dia fasik”.
Dalam pendidikan, kita punya suri tauladan yang sempurna dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. System pendidikan yang mampu mengantarkan
umat ini pada masa-masa kejayaannya. System pendidikan yang dengan
ringkas tergambar melalui ucapan sahabat yang mulia Jundub bin Abdillah radhiallahu’anhu : “Beliau (Rasulullah) mengajari (kami) iman sebelum al-Qur’an, ketika kami diajari al-Qur’an maka iman kami semakin bertambah.”
Dimana
anak-anak kita belajar iman itu sekarang ?, sebagian kecil saja dari
waktu sekolah mereka untuk belajar agama Islam tetapi belum membangun
karakter iman. Dengan pendidikan yang ada seperti ini apa yang kita
peroleh ?.
Yang
kita peroleh adalah apa yang kita miliki di negeri ini sekarang. Mirip
dengan ke-Islaman orang arab badui, ketika ada diantara mereka datang
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menyatakan “Kami telah beriman”, langsung turun bantahan dari Allah : "Katakanlah
kepada mereka (wahai Muhammad)…Kamu belum beriman, tetapi katakanlah:
"Kami telah tunduk ( ber-Islam)", karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu …". (QS 49:14).
Lantas
apa perbedaannya apa antara yang sudah ber-Islam dengan yang sudah
beriman ?, dijelaskan oleh Allah dalam ayat berikutnya (QS 49:15):
Ketika
umat ini serba ragu untuk memilih, hukum apa yang akan kita pakai ?,
system kehidupan yang seperti apa yang kita anut, bagaimana kita
menyelesaikan urusan-urusan kita dlsb. Itu semua datang karena kita ragu
– kita baru ber-Islam, kita belum beriman terhadap tuntunan baku yang
dijamin kebenarannya oleh Sang maha Adil. Tuntunannya itu benar ketika
diturunkan, benar untuk jaman modern sekarang ini dan bahkan tetap benar
sampai akhir jaman.
Bagaimana
kita bisa menghsailkan generasi yang kuat imannya, bila system
pendidikan kita baru sedikit saja mengajarkan Islam tetapi belum
membangun karakter Iman ? Inilah tantangan terbesar kita dibidang
pendidikan saat ini.
Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.
Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,
Di
bidang pasar dan perdagangan, Ada contoh yang sangat indah bagaimana
suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjun
langsung ke pasar untuk melakukan survey, bagaimana pasar di kelola –
seperti apa orang-orang berdagang – kemudian beliau-pun bersabda “tidak sperti ini pasar kalian”. Beliau tetap mengucapkan ””Tidak seperti ini pasar kalian…” untuk seluruh pasar yang beliau kunjungi saat itu.
Lantas apa pasar yang seharusnya menurut beliau ?, beliau membuatkan umatnya pasarnya sendiri yang
sesuai, sejak awal sekali negeri Islam Madinah terbentuk (2 H). Pasar
itu kemudian dibatasi dengan dua aturan beliau yang sederhana yaitu fala yuntaqashanna wala yudhrabanna.
Fala yuntaqashanna agar pasar tidak dipersempit hanya orang-orang tertentu yang bisa jualan, wala yudhrabanna agar para pedagang pasar tidak dibebani dengan beban-beban yang memberatkan mereka.
Sekarang
kita lihat pasar-pasar kita ? siapa yang menguasai pasar-pasar itu ? Di
pusat perdagangan terbesar negeri ini ada pasar yang sangat besar
dibangun dengan bangunan bermotif kubah-kubah – layaknya budaya Islam.
Tetapi oleh saudara-saudara kita pedagang muslim sendiri – gedung pasar
yang megah tersebut malah disebutnya sebagai gedung semangka – dari
luarnya saja nampak hijau
tetapi didalamnya mayoritas merah. Sebutan ini lahir karena hanya
sekitar 8 % penguasaan muslim atas kios-kios di dalam gedung yang megah
tersebut, sisanya kita semua tahu siapa mereka !.
Hal
yang kurang lebih sama terjadi di seluruh pusat-pusat perdagangan
negeri ini ?, siapa yang bisa berdagang di mal-mal yang mewah dan
pertokoan-pertokoan yang ramai dikunjungi oleh pengunjung muslim ?,
mayoritasnya pemilik mall-nya, pemilik kiosnya bukan dari kita. Mengapa
?, karena pasar diatur berdasarkan kekuatan siapa yang bayar.
Untuk
adilnya, kita juga harus katakan bahwa masih ada pasar-pasar yang
mayoritas pedagangnya muslim, tetapi inipun sulit dikatakan sebagai
pasar yang memenui persyaratan fala yuntaqashanna wala yudhrabanna
tersebut diatas. Pasar-pasar yang kumuh dan bahkan pasar kaget
dipinggir jalan-pun tetap harus di bayar. Pedagang dihantui dengan biaya
keamanan – padahal pasarnya tidak pernah aman. Direcoki dengan biaya
kebersihan padahal pasarnya juga tidak pernah bersih.
Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.
Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,
Dalam
pengelolaan sumber daya alam, kita sudah diberitahu caranya lagi-lagi
oleh junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan api (energy)”.
Kita-pun lalai dengan petunjuk ini sehingga sumber daya alam negeri ini
terkapling-kapling oleh mereka yang memiliki modal besar.
Saudara
kita di Palestina tahu sejarah mereka, bagaimana peta Palestina yang
sampai sebelum 1947 masih hijau untuk menggambarkan penguasaan tanah
oleh bangsa Palestina sendiri, peta itu kini telah menjadi putih dan
tinggal menyisakan titik-titik hijau yang nyaris hilang – menunjukkan
dominasi penjajah Yahudi di tanah bangsa Palestina.
Kita
tidak seberuntung mereka di Palestina, kita tidak sadar bahwa lahan
negeri ini telah di dominasi – bukan oleh Yahudi-nya sendiri, tetapi
oleh system-nya saja sudah cukup. Dan yang lebih memprihatinkan lagi,
kita tidak sadar bahwa lahan kita telah berubah warna petanya dalam
beberapa dasawarsa terakhir.
Siapa
yang memiliki lahan-lahan paling mahal di pusat kota Jakarta, siapa
yang menguasai kota-kota mandiri yang mengepung Jakarta. Siapa yang
meng-kapling tanah ribuan hektar di Jabodetabek ?, siapa yang menguasai
hutan-hutan di pedalaman Sumatra, Kalimantan sampai Irian Jaya ?.
Pengakuan seorang menteri di awal era reformasi yang saya pernah mendengarnya langsung dari beliau saat itu : “Ada lho di negeri ini seorang pengusaha yang menguasai hak pengelolaan hutan yang luasnya lebih besar dari kerajaan Inggris !”.
Bukan
hanya lahan yang tidak dikuasai umat ini sekarang, sumber-sumber air
kita-pun telah dikuasai oleh para konglomerat. Tambang-tambang kita
dikuasai dan di eksploitasi oleh pihak asing.
Ini semua karena kita lalai dengan petunjuk beliau : “Muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, lahan, air dan energy”.
Jauh sebelum perhatian dunia fokus pada tiga kebutuhan basic yang begitu pentingnya sehingga bisa menjadi pemicu perang yaitu yang disebut FEW singkatan dari Food, Energy and Water
– melalui hadis tersebut diatas kita sudah disuruh bersyirkah oleh
beliau untuk mengurusi tiga hal ini !, kita lihat dampaknya sekarang
ketika kita tidak menggubris petunjuk beliau tersebut; FEW kita (Food
Energy and Water) , benar-benar menjadi tinggal few (sedikit) yang
tersisa untuk kita saat ini !.
Allahu Akbar 3 x Walillahilhamdu.
Jamaah Sholat Iedhul Adha Yang Dimuliakan Allah,
Lantas
Apa yang bisa kita lakukan ?, Insyaallah kita bisa kembali menghadirkan
Islam ditengah umat saat ini. Islam bisa hadir menggema bukan hanya
pada sholat Iedhul Adha ini, tetapi juga hadir dalam seluruh aspek
kehidupan kita. Junjungan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
menjanjikan bahwa kita tidak akan pernah tersesat selamanya manakala
kita berpegang pada dua hal yaitu Al-Qur’an dan Al-hadits. Maka kekuatan
umat itu akan kembali bangkit manakala kita bisa benar-benar kembali
kepada Al-Qur’an dan sunnah beliau.
Setidaknya
saya menemukan ada tujuh hal yang akan bisa membangkitkan umat ini
kejaman kejayaannya – dan ini sumbernya adalah janji Allah, dan siapa
yang Maha Menepati janjiNya ?.
1. Iman
Yang
pertama dan utama keunggulan umat ini akan kembali adalah bila kita
bisa bener-bener menjadi orang yang beriman. Hanya dengan iman inilah
kita bisa mencapai derajat yang tertinggi sesuai janjiNya : “Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.” ( QS 3 :139)
Iman
bukan hanya tersimpan di dalam hati, tetapi akan termanisfestasikan
menjadi sejumlah besar ucapan dan juga perbuatan. Iman pula yang akan
menjadi dasar untuk lahirnya karakter unggul berikutnya.
2. Ilmu
Mau
tidak mau untuk bisa menjadi umat yang unggul kita harus menguasai
segala aspek ilmu pengetahuan. Ini dijanjikanNya melalui ayat : “Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 58 :11)
3. Amal Saleh
Banyak
sekali masalah yang perlu solusi di umat jaman ini, dan ini hanya bisa
dilakukan dengan kerja langsung di lapangan. Tidak cukup dengan wacana,
kebijakan, konsep, seminar dan sejenisnya. Harus benar-benar dengan
kerja, benar-benar dengan amal saleh sesuai janjiNya : “Dan
barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi
sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia)” (QS 20:75)
4. Berhijrah
Tidak
mudah meninggalkan kebiasaan (buruk) kita, tidak mudah pula
meninggalkan lingkungan kerja, pergaulan dlsb. seandainya-pun lingkungan
tersebut sudah kita ketahui tidak membawa kita ke jalan kebaikan hidup
di dunia apalagi di akhirat. Maka solusi berhijrah adalah jalan yang
dengannya umat ini ungggul di masa lalu maupun masa yang akan datang.
Hal ini dijanjikan olehNya melalui ayat : “Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS 9 :20)
5. Berjihad
Berjihad
adalah jalan agar umat ini tetap memiliki kehormatan dan tidak
diperdaya oleh umat lainnya. Untuk syariat berjihad ini, yang terbanyak
disebutkan adalah dengan harta dahulu baru dengan jiwa. Mulai dari yang
ringan yang kita bisa dan lebih memungkinkan untuk melaksanakannya. Bila
yang ringan ini bisa dibiasakan , maka yang berat-pun insyaallah akan
terasa ringan. Yang berat akan menjadi semakin berat bila yang ringan
dan bisa dilaksanakan saja tidak dilaksanakan.
Allah membedakan derajat orang-orang yang berjihad diatas yang lain melalui ayatNya : “Tidaklah
sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak
mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan
harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat.
Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga)
dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar,” (QS 4 :95)
6. Al-Qur’an Pegangan Hidupnya
Manusia
di jaman ini sibuk mencari jalan untuk membangun keunggulan di dunia
yang semakin kompetitif. Berbagai pendidikan dan pelatihan diikuti,
berbagai buku dibaca – tetapi bila satu sumber yang utama tidak
dijadikannya sebagai pegangan – maka keunggulan itu tidak akan tercapai.
Maka dengan Al-Qur’an-lah umat ini bisa membangun kembali keunggulan
sesuai janjiNya : “Dan kalau
Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah….” (QS 7:176)
7. Sholat Malam
Sholat
malam memiliki kedudukan tersendiri bagi umat ini dan bahkan sempat
diwajibkan. Sholat malam menjadi bukti pemenuhan yang wajib sehingga
yang sunnah-pun dilakukan – karena yang melanggengkan sholat malam
pastinya sudah melaksanakan sholat wajib. Sholat malam juga menjadi
titik awal pengorbanan untuk mampu meninggalkan kenikmatan duniawi
(tidur) untuk meraih kenikmatan yang lebih tinggi – ber munajat
kepadaNya. Maka Allah juga menjanjikan derajat yang lebih tinggi bagi
yang melanggengkan sholat malam ini.
“Dan
pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji.” (QS 17:79)
Bagaimana
kita bisa menjadi umat yang unggul, manakala kita berqurban untuk
mengurangi kenikmatan tidur malam kita saja kita tidak mampu untuk
melakukannya ?.
Lantas
seperti apakah generasi unggulan itu gambarannya ?, yang terbaiknya
tentu generasi Rasulullah beserta para sahabat beliau. Tetapi bahkan 800
tahun kemudian generasi unggulan yang dipuji oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu bisa dihadirkan kembali dengan
sempurna.
Generasi yang dipuji langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits : “Konstantinopel
benar-benar akan ditaklukkan, maka sebaik-baik pemimpin pasukan adalah
pemimpin pasukannya dan sebaik-baik pasukan-adalah pasukannya” .
Sebaik-baik
pemimpin pasukan yang dipuji itu adalah terwujud dalam sosok Muhammad
Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Kontantinopel pada usia 21 tahun 2
bulan (penanggalan masehi ) atau sekitar 22 tahun penanggalan Hijriyah.
Muhammad
Al-Fatih yang tidak pernah meningalkan sholat malam sejak dia balig,
dia bersama para pasukannya tidak pernah meninggalkan sholat jamaah, dia
hafal Al-Qur’an sejak usia belia, dia menguasai 7 bahasa, dia menguasai
berbagai ilmu pengetahuan pada jamannya.
Maka
dengan kombinasi dari tujuh hal yang saya sebutkan diatas secara
sempurna antara Iman, Ilmu, Amal, Hijrah, Jihad, Al-Qur’an dan Sholat
Malam, orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu memimpin pasukan terbaik,
mampu membuat strategi perang yang out of the box, strategi perang yang
tidak bisa diduga oleh musuh sebelumnya karena bahkan terpikirkan-pun
tidak. Orang seperti Muhammad Al-Fatih mampu berfikir dengan apa yang
tidak bisa difikirkan oleh orang lain.
Ketika
pasukan Byzantine menaruh konsentrasi pasukan dan benteng-benteng
perkasanya menghadap selat Bosporus – yaitu jalur utama serangan
musuh-musuh mereka selama berabad-abad, Muhammad Al-Fatih punya strategi
lain yang tidak terbayangkan oleh orang-orang sebelumnya. Dia bersama
pasukannya, hanya dalam waktu semalam, menarik sekitar 70-an kapal
perangnya mendaki bukit Galata dan langsung melautkan kembali
kapal-kapal tersebut di Golden Horn – di belakang garis pertahanan
Contantinopel.
Bagaimana
orang seperti Muhammad Al-fatih dan para pasukannya bisa berfikir bahwa
kapal tidak harus berlayar melalui laut, kapal bisa ditarik diatas
kayu-kayu yang diberi minyak hewan, untuk mampu menempuh perjalanan
mendaki sekitar 16 km – 70 kapal dalam semalam ?, bagaimana pekerjaan
besar ini bisa dilaksanakan ?.
Semua
jawabannya ada di Al-Qur’an – dari ribuan ayat yang dihafal secara
mendarah daging sejak dia belia, dia mampu menghadirkan solusi dan
strategi yang langsung di supervisi dan di beri petunjuk oleh Allah, “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan Kami dan dengan wahyu Kami…”.(QS 11 :37 dan QS 23 :27).
Jadi
keunggulan umat yang blue print-nya sudah ada sejak jaman Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berhasil di wujudkan kembali beratus tahun
kemudian – ketika umat ini berpegang pada blue print Al-qur’an dan
Al-hadits tersebut, sangat mungkin pula kita terapkan untuk membangun
keunggulan umat di jaman ini, di seluruh bidang kehidupan kita.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel” (HR Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)
Sebagaimana
terbuktinya kebenaran Penaklukan Konstantinopel yang dikabarkan melalui
berita nubuwah 8 abad sebelum kejadiannya, penaklukan yang berikutnya
yaitu penaklukan Roma yang dikabarkan melalui berita Nubuwah yang sama –
juga pasti terjadi, yang tidak pasti adalah apakah kita atau anak cucu
kita yang terlibat didalam penaklukan tersebut atau bukan.
Kini
14 abad setelah kabar nubuwah bahwa Roma – yang merepresentasikan
dominasi barat - bisa kita taklukkan, 8 abad setelah Konstantinopel
benar-benar bisa ditaklukkan umat unggulan dari generasi pendahulu kita,
umat itu kini malah terpuruk dalam dominasi barat yang luar biasa –
yang melingkupi segala aspek kehidupan kita saat ini.
Maka
melalui Khutbah yang singkat ini, saya ingin mengajak diri dan keluarga
saya, tetangga-tetangga saya dan Jemaah sholat Iedul Adha semua yang
hadir di lapangan ini, mari mulai mulai berfikir jauh kedepan. Bukan
hanya berfikir bagaimana kita harus bisa menjadi umat yang unggul,
tetapi kita juga harus mampu berfikir diluar yang bisa difikirkan orang
lain. Kita harus mampu think the unthinkable.
Tugas
berat menanti kita, bukan hanya menghadirkan kembali Islam ditengah
umat agar umat benar-benar bisa unggul, tetapi kita juga harus mampu
menyiapkan generasi yang akan kembali menghadirkan kejayaan Islam,
generasi sekaliber Muhammad Al-Fatih dan para pasukannya yang dipuji
oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, generasi yang akan
menaklukan Roma beserta peradaban, pemikiran, ilmu pengetahuan, ekonomi
dan segala kekuatan yang terwakilinya kini.
Ya
Allah jadikanlah pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati kami,
dan jadikanlah kami beserta para keturunan kami kelak pemimpin bagi
orang-orang yang beriman. Pemimpin dari umat yang akan engkau unggulkan
untuk membesarkan namaMu, membesarkan agamaMu di seluruh dunia tanpa
kecuali.
Ya
Allah satukanlah hati-hati kami umat muslimin di negeri ini dan juga di
negeri-negeri lainnya, agar kami mampu bangkit melawan kedhaliman yang
melanda seantero bumi saat ini. Ya
Allah berikanlah kami kekuatan untuk mampu menggentarkan musuh-musuhMu
dan musuh-musuh kami semua. Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal
agar kami tidak mencari yang haram, perkayalah kami dengan karuniaMu
agar kami tidak mencari selain dari itu.
Posting Komentar