Sukses Bersama Tetangga…
- Kategori : Umum
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Suatu
hari seorang petani jagung membeli benih terbaik untuk ditanam di
kebunnya. Tetapi tidak cukup dengan itu, dia juga membeli benih yang
terbaik untuk dibagikan ke kebun-kebun tetangga. Tetangganya yang
penasaran bertanya : “Mengapa engkau memberikan benih sebagus ini untuk kami ?, bukankah kami akan menjadi pesaingmu waktu panen nanti ?”.
Tetangga yang baik tadi menjelaskan : “Ketika
lebah hinggap di bunga-bunga, dia tidak milih-milih kebun yang mana
yang dia hinggapi. Dia bisa hinggap di kebun kalian atau juga kebunku.
Aku ingin bila dia hinggap di kebun manapun, yang terbawa olehnya adalah
serbuk sari terbaik. Ini hanya bisa terjadi bila kalian juga menanam
jagung dengan benih terbaik”.
Tetangganya masih pada belum puas : “ Tetapi nanti kita akan panen jagung dengan kwalitas baik yang sama, jagungmu hanya akan sebaik jagung kami…”.
Petani yang baik tadi mengerti pertanyaan tetangganya tadi, karena
selama ini mereka memang bersaing untuk yang terbaik sesama mereka –
lupa bahwa persaingan yang sesungguhnya terjadi jauh di luar kebun-kebun
mereka.
Dia kemudan menjelaskan : “Bila
kita bersaing antara kebun-kebun kita, masing-masing kita mungkin bisa
menjadi pemenang yang terbaik – tetapi ya hanya dalam wilayah kita. Kita
tidak pernah bisa memenangkan persaingan dalam skala yang lebih luas,
persaingan melawan dominasi produk negeri lain atau bahkan persaingan
melawan lapar penduduk negeri-negeri miskin yang membutuhkan hasil
panenan kita”.
Itulah
yang terjadi di lingkungan kita sehari-hari, tukang ojek bersaing
dengan tukang ojek, tukang cukur bersaing dengan tukang cukur, calon
gubernur-bersaing dengan calon gubernur dst. Betapa banyak waktu,
tenaga, pikiran dan sumber daya terbuang untuk bersaing satu sama lain.
Di
dalam perusahaan, instansi, partai politik dlsb. orang-orang juga
bersaing didalamnya memperebutkan pengaruh dan posisi dan bahkan tidak
jarang mereka saling menyakiti dan mendzalimi – walhasil tidak ada yang
diuntungkan dalam persaingan yang demikian.
Sejak
jaman penjajahan musuh kita mengerti betul karakter kita yang mudah
dipecah pecah ini, mereka sudah memiliki poltik adu domba devide et impera sejak berabad lampau. Kita mudah dikalahkan dan dikuasai ketika kita terpecah belah.
Dala
tataran praktis untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, kita lebih
banyak menggunakan produk impor karena kita tidak cukup bersatu untuk
menyatukan kekuatan yang kita miliki. Hampir seluruh jenis mobil yang
berseliweran di jalan-jalan kita adalah mobil impor, karena ketika ada
anak-anak kita yang mau memproduksinya sendiri – lebih banyak kritik dan
serangan yang mematahkan semangat mereka ketimbang dorongan yang
membangun.
Setiap
hari di pinggir-pinggir jalan kita disuguhi berbagai jenis buah impor,
mulai dari apel, jeruk , legkeng, pir dlsb. Tidak bisa kah kita
memproduksi sendiri di bumi yang subur ini ?, insyaallah bisa. Hanya
diperlukan synergi sejumlah besar petani agar apapun yang kita akan
produksi itu bisa mencapai skala ekonomis dari produk-produk yang
berkwalitas tinggi.
Dalam
skala yang sedikit lebih besar, bisakah umat ini kembali berjaya
mengungguli umat-umat lain ? Insyaallah juga bisa, bila kita bisa
bersatu. Yang diperlukan adalah leadership
seperti yang ditunjukkan oleh petani yang membagikan benih jagung
terbaik tersebut di atas. Kita hanya akan bisa ‘memetik jagung terbaik’
bila tetangga kita juga kita beri ‘benih’ yang sama. InsyaAllah …
Posting Komentar