- Kategori : Investasi
- Oleh : Muhaimin Iqbal
ikadikobar.blogspot.com - Konon
umat ini punya dana abadi, namanya Dana Abadi Umat (DAU). Dana ini
utamanya dikumpulkan dari seluruh jamaah haji Indonesia, jadi bila Anda
sudah berhaji – Andapun telah berkontribusi di dalamnya. Sayangnya yang
sering kita dengar dari DAU ini bukan manfaatnya tetapi malah kasusnya.
Mungkinkah kita bisa membangun ‘dana’ atau ‘investasi’ yang benar-benar
abadi ? jawabannya sangat mungkin ! berikut adalah landasan teori dan
implementasinya.
Adanya bentuk ‘investasi’ yang abadi itu disebutkan di Al-Qur’an dalam ayat berikut : “Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS 18 :46).
Ulama tafsir At-Tabari dan juga Ibnu Katsir menjelaskan Al-Baaqiyaatushshaaliqaat
atau amal shaleh yang kekal itu adalah shalat wajib lima waktu, dzikir
kepada Allah dengan tasbih, tahmid dan takbir, dan juga seluruh amal
kebajikan lainnya.
Selain
shalat , dzikir dan doa yang tidak boleh ditinggalkan, umat dijaman ini
perlu banyak sekali beramal nyata dalam mengatasi berbagai persoalan
yang ada di tengah umat. Persoalan kwalitas pendidikan yang rendah,
penguasaan ekonomi yang lemah, kekuatan politik yang termarginalkan,
ketinggalan ilmu dan teknologi, peradaban yang mengekor umat lain dlsb,
perlu amal shaleh yang konkrit dan berkelanjutan atau sustainable.
Tapi
bagaimana bentuknya ?, kalau umat disuruh waqaf dalam jumlah besar agar
cukup untuk membuat pasar yang luas dan terbuka untuk membangun
kekuatan ekonomi umat – mestinya ini bisa, tetapi kurang insentif yang
dekat (di dunia) sehingga tidak banyak terjadi di jaman kini.
Demikian
pula untuk bersatu menggalang kekuatan politik, mendanai penelitian dan
pengembangan teknologi agar kita unggul, membangun sekolah-sekolah
unggulan dalam jumlah banyak sehingga bisa mengalahkan sekolah unggulan
umat lain. Umat punya dana, tetapi mengapa tidak terjadi ?. Jawabannya
sama , yaitu kurang insentif yang dekat.
Lantas apa solusinya ?, solusinya ada di ayat tersebut di atas dan juga di ayat berikut :
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS 28 :77)
Proyek-proyek keumatan yang besar insyaallah akan lebih mudah digerakkan bila didalamnya juga memperhatikan ‘…bagianmu dari kenikmatan duniawi…’ sebagaimana dalam ayat tersebut di atas.
Tetapi
agar hal ini tidak ditafsirkan seperti terjun berpolitik untuk
membangun kekayaan pribadi dengan mengatas namakan rakyat, tidak
membangun sekolah Islam unggulan kemudian biaya pendaftaran dan SPP
dibuat selangit sehingga hanya yang kaya yang mampu mendaftar, dan sejenisnya – perlu contoh-contoh lain yang lebih bisa diterima dan doable !.
Misalnya
bagaimana kita bisa membangun sekolah unggulan yang murah,
syukur-syukur bisa gratis dalam jumlah yang banyak. Ini kita perlukan
karena di negeri yang mayoritas muslim ini, jumlah sekolah unggulannya
masih belum sepadan dengan apa yang dimiliki umat lain - relatif
terhadap jumlah penduduknya.
Bila sekolah ini didanai khusus dengan dana infaq atau waqaf, kondisinya
adalah seperti sekarang – tidak banyak yang bisa dibangun karena umat
belum menaruh infaq dan waqaf sekolahan sebagai prioritasnya. Bila
didanai oleh orang tua murid dalam bentuk biaya pendaftaran dan SPP yang
mahal, maka hanya yang kaya yang bisa bersekolah di sekolah unggulan.
Lantas apa pilihannya ?
Sekolah
unggulan tersebut bisa dibangun dengan menempel proyek-proyek investasi
yang didanai oleh umat secara sukarela. Sebagai contoh masyarakat
muslim professional yang bekerja di Jakarta dan selama ini waktunya
habis pulang pergi kantor dan kurang bisa berinteraksi dengan
keluarganya secara optimal, mereka bisa membeli atau membangun bersama
apartemen di pusat kota yang tidak jauh dari tempat kerjanya.
Bila
apartemen tersebut dibiayai oleh investasi umat muslim, maka secara
bersama-sama mereka bisa ‘menginfaqkan’ misalnya 10% s/d 20% ruangan
apartemen untuk masjid, sekolah, perpustakaan dlsb. ‘Infaq’ 10% s/d 20%
ini bernilai besar tetapi tidak akan terasa bila dimasukkan dalam harga
apartemen yang bersangkutan.
Masjid,
sekolah dan perpustakaan unggulan di apartmen tersebut kemudian bisa
dipakai oleh umum – bukan hanya yang tinggal di apartemen. Masyarakat
umum yang ikut menyekolahkan anak di apartemen tersebut tidak perlu lagi
membayar biaya gedung yang mahal, karena biaya gedungnya telah dibayar
oleh bagian dari umat ini yang mampu membeli apartemen.
Dengan
cara ini umat akan memiliki masjid yang bagus, sekolah yang unggul,
perpustakaan yang lengkap semuanya di pusat kota – pusat aktivitas
mereka. Sekarang kita kan nggak punya masjid yang bagus di Jalan Thamrin
dan Sudirman Jakarta ?, nggak punya sekolah Islam unggulan di sekitar
tempat kerja Anda di pusat kota ?. Di Depok saja yang dahulu
direncanakan menjadi kota santri, tidak ada masjid di jalan utamanya
(Margonda) padahal mal-mal dan apartemen terus bertumbuhan !.
Keberadaan
masjid-masjid yang ngumpet di sela-sela perkampungan di belakang
gedung-gedung pencakar langit, mushola yang diletakkan di tempat parkir
dari perkantoran mewah dan hotel, segelintir sekolah unggulan yang hanya
bisa hadir di pinggiran kota – seperti yang kita lihat sekarang ini,
semua karena kita belum mendaya gunakan ‘investasi’ dana umat yang
bejibun jumlahnya secara tepat sasaran.
Melalui
pendekatan yang sama dengan pembangunan apartemen berbonus masjid,
sekolah unggulan dan perpustakaan tersebut – umat bisa rame-rame
mendanai berbagai projek keumatan lainnya seperti pasar, rumah sakit,
lembagai riset dan pengembangan teknologi dlsb dengan sumber dana yang
berlimpah.
Teorikah
ini ?, insyaAllah bener-bener bisa dijalankan. Eksperimen skala kecil
sudah kami coba lakukan, memang belum besar karena belum banyak umat
yang terlibat. Madrasah Al-Qur’an bisa kami tempelkan dalam project
Jonggol Farm sehingga semua siswanya tidak perlu membayar satu sen-pun.
Khuttab Al-Fatih bisa menggunakan ruangan-ruangan dari project Bazaar
Madinah sehingga biaya pendaftaran siswa hanya sekitar 1/10 dari sekolan
Islam unggulan terdekat – karena siswa kita tidak perlu membayar uang
gedung dlsb.
Dengan
pendekatan yang sama pula, Anda bisa terlibat dalam pembangunan
berbagai project keumatan lainnya – manakala project-project tersebut
dapat ditempelkan pada project lain yang feasible.
Pasar Islam bisa menempel pada project perumahan, pesantren unggulan
bisa menempel pada project perkebunan, rumah sakit bisa menempel pada
sejumlah project perumahan yang berkongsi membangunnya bersama dlsb.
Andakah
yang memiliki project-project keunggulan umat ini ? siapa tahu bisa
kita integrasikan dengan puluhan ribu umat yang membaca situs ini.
Project Anda tiba-tiba memiliki daya jual tersendiri karena
memperhatikan kebutuhan umat akan ‘investasi’ yang abadi. InsyaAllah.
Posting Komentar