الحمد لله الذي فتح لعباده طريق الفلاح وأرشدهم إلى ما
فيه الخير و البر و التقى وأمرهم بالتناصح على الحق وجعل أمرهم شورى بينهم
ليتحقق لهم الفوز والنجاة . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و
أشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده والصلاة و السلام على محمد عَلى
حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و
قائِدِ المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد،، فياأيها المسلمون أوصيكم
وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا.
فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sering
kita dengar dari keterangan dan penjelasan para ulama, para kiayi,
ustazd, dan muballigh bahwa tugas paling penting dari para Rasul adalah
menyampaikan risalah Allah swt. kepada ummat manusia. Urgensi isi
risalah para rasul itu sama, yaitu “agar manusia menyembah hanya kepada
Allah dan mengingkari semua bentuk sesembahan selain Allah (thaghut).”
Ternyata
selain tugas mulia dan suci ini, para nabi banyak disebutkan dalam
Al-Qur’an sebagai pemberi nasehat. Hal ini disebabkan karena manusia
tidak cukup hanya menerima risalah dakwah Islam saja. Akan tetapi juga
membutuhkan pemberi nasehat dan peringatan dalam hidupnya, karena
manusia adalah mahluk pelupa dan pelalai, bahkan makhluk yang banyak
berbuat kesalahan. Oleh karena itu, Allah swt. menyatakan:
Wal
ashri, innal insaana lafii khusrin, illalladziina aamanuu wa
‘amilush-shaalihaati watawaa shaubil haqqi watawaa shaubish-shabri.
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr)
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Asr)
Semangat surat
Al-Asr ini menjelaskan keharusan setiap orang untuk beriman dan beramal
sholeh, jika ingin selamat baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan iman
dan amal sholeh saja ternyata masih merugi, sebelum menyempurnakannnya
dengan semangat saling memberi nasehat dan bersabar dalam mempertahankan
iman, meningkatkan amal shaleh, menegakkan kebenaran dalam menjalankan
kehidupan ini.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sedemikian
pentingnya prinsip “saling memberi nasehat” dalam ajaran Islam, maka
setiap manusia pasti membutuhkannya, siapapun, kapanpun, dan di manapun
dia hidup. Layaklah kalau dikatakan bahwa “saling memberi menasihat “
adalah sebagai sebuah keniscayaan yang harus ada pada setiap muslim.
Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nasehat dari orang lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.
Namun sangatlah disayangkan jika ada di antara kita yang menganggap sepele soal nasehat ini. Atau merasa dirinya sudah cukup, sudah pintar, sudah berpengalaman sehingga tidak lagi butuh yang namanya nasehat dari orang lain. Padahal dengan menerima nasehat dari orang lain pertanda adanya kejujuran, kerendahan hati, keterbukaan dan menunjukkan kelebihan pada orang tersebut.
Kalimat “nasaha” yang artinya nasehat, makna
dasarnya adalah menjahit atau menambal dari pakaian yang sobek atau
berlubang. Maka orang yang menerima nasehat artinya orang tersebut siap
untuk ditutupi kekeruangan, kesalahan, dan aib yang ada pada dirinya.
Sedangkan orang yang tidak mau menerima nasehat menunjukkan adanya sifat
kesombongan, keangkuhan, dan ketertutupan pada orang tersebut.
Saking sedemikian pentingnya nasehat ini, Nabi saw. bersabda:
عن
أَبي رُقَيَّةَ تَمِيم بن أوس الداريِّ – رضي الله عنه – : أنَّ النَّبيّ –
صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( الدِّينُ النَّصِيحةُ )) قلنا : لِمَنْ
؟ قَالَ : (( لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأئِمَّةِ
المُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ((2)) )) رواه مسلم
Dari Abi Amer atau
Abi Amrah Abdullah, ia berkata, Nabi saw. bersabda, “Agama itu adalah
nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para
pemimpin umat Islam dan orang-orang biasa.” (HR. Muslim)
Dari
hadist di atas dapat kita pahami bahwa memberi dan menerima nasehat
adalah berlaku untuk manusia, siapapun dia, apapun kedudukan dan
jabatannya, tanpa kecuali.
Hadist di atas juga menjelaskan kepada
kita bahwa agama akan tegak manakala tegak pula sendi-sendinya.
Sendi-sendi itu adalah saling menasehati dan saling mengingatkan antara
sesama muslim dalam keimanan kepada Allah, keimanan kepada Rasul, dan
keimanan kepada Kitab-Nya. Artinya, agar kita selalu berpegang teguh
pada nilai-nilai kebenaran dari Allah dan Kitab-Nya dan mentauladani
sunah-sunah Rasul-Nya.
Sedangkan bentuk nasehat kepada para
pemimpin adalah ketaatan dan dukungan kita sebagai rakyat kepada para
pemimpin Islam dalam menegakkan kebenaran, mengingatkan mereka jika
lalai dan menyimpang dengan cara yang bijak dan kelembutan, meluruskan
mereka jika menyimpang dan salah. Sedangkan nasehat untuk orang-orang
biasa adalah dengan memberi kasih sayang kepada mereka, memperhatikan
kepentingan hajat mereka, menjauhkan hal yang merugikan mereka dan
sebagainya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Di dalam
Al-Qur’an, Allah swt. mengisahkan tentang bagainama Nabi Musa a.s.,
seorang nabi dan rasul yang ternyata dapat menerima nasehat dari salah
seorang kaumnya.
wa jaa-a rajulun min aqshal madinati yas’aa,
qaala yaa muusaa innal mala-a ya’tamiruuna bika liyaqtuluuka, fakhruj
innii laka minan nashihiin. Fakharaja minhaa khaa-ifan yataraqqabu,
qaala rabbi najjinii minal qaumizh zhaalimiin.
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu. Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut, menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari orang-orang yang dzalim itu.” (QS. Al-Qashash: 20-21)
Lalu
bagaimana dengan kita yang orang biasa yang bukan Nabi dan Rasul? Sudah
barang tentu sangatlah membutuhkan nasehat. Kita senantiasa membutuhkan
nasehat dari orang lain. Demikian juga harus bersedia memberi nasehat
kepada orang lain yang memohon nasehat kepada kita.
وعن
أَبي هريرة – رضي الله عنه – : أنَّ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – ،
قَالَ : وفي رواية لمسلم : (( حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم ستٌّ :
إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأجبْهُ ، وإِذَا
اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ الله فَشَمِّتْهُ ،
وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ )) .
“Hak
seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah
memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah
undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji
Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit, jenguklah ia; dan jika
meninggal dunia, maka iringilah ke kuburnya.” (HR. Muslim)
Dengan
saling menasehati antara kita, maka akan banyak kita peroleh hikmah dan
manfaat dalam kehidupan kita. Akan banyak kita temukan solusi dari
berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat
bangsa bahkan Negara.
Karenanya nasehat itu sangatlah diperlukan
untuk menutupi kekurangan dan aib yang ada di antara kita. Karena
nasehat itu dapat memberi keuntungan dan keselamatan bagi yang ikhlas
menerima dan menjalankannya. Karena saling menasehati itu dapat
melunakkan hati dan mendekatkan hubungan antara kita. Karena satu sama
lain di antara kita saling membutuhkannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Saling
menasehati antara sesama muslim terasa semakin kita perlukan, terutama
ketika tersebar upaya menfitnah adu domba antara sesama muslim yang
datang dari orang-orang kafir, munafik, dan orang-orang fasik yang ingin
melemahkan umat Islam sebagai penduduk terbesar negeri ini. Mereka
tidak senang terhadap kesatuan dan persatuan umat Islam.
Demikian
pula ketika mendekati hari-hari menjelang pesta demokasi seperti
pilkada, pilgub, pemilihan umum, dan sebagainya. Terkadang panasnya suhu
politik menyulut sikap orang in-rasional (tidak rasional) dan emosi di
tengah masa, bahkan dapat mengarah ke sikap anarkhis dan merusak.
Dalam
situasi seperti itu, kita sering lupa akan makna ukhuwah Islam. Lupa
tugas amar ma’ruf nahi mungkar dan lupa tugas dan kewajiban untuk saling
menasehati dengan cara saling kasih sayang antara kita.
Semoga
Allah swt. senantiasa memberikan pemahaman kepada kita akan arti
pentingnya saling memberi nasehat antara kita. Semoga kita mampu memberi
nasehat dan senang menerima nasehat dari siapapun, selama tidak
bertentangan dengan nilai kebenaran dan kabaikan, sehingga kita dapat
terhindarkan dari bahaya adu domba dan fitnah yang dapat memecah belah
umat Islam, masyarakat, bangsa, dan Negara. Barakallu lii walakum….
Posting Komentar