الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله
إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من
النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في
الدنيا وفي دار القرار.
اللهم صل وسلم وبارك وأنعم
على سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم
بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد:
فاتَّقوا الله ـ عبادَ الله ـ حقَّ التقوى، وراقبوه في السرِّ والنجوَى
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah
kita kuatkan iman kita kepada Allah swt. dan kita tingkatkan taqwa kita
kepada-Nya. Hanya dengan iman yang benar dan taqwa yang sebenarnya kita
akan meraih ketentraman diri, keberkahan hidup dan rasa aman akan
mewujud di tengah-tengah masyarakat. Allah swt. berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ
يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ
الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98)
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا
الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)
Jikalau
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
97.
Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
98.
atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika
mereka sedang bermain?
99. Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Qs. Al-A’raf:96-99
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Rasa
aman dan terhindar dari bahaya itulah yang sekarang dibutuhkan negeri
ini. Betapa tidak, hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai
macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar
kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami
Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa
meninggal.
Ayat-ayat di atas menginformasikan syarat meraih keberkahan hidup dan sekaligus syarat terhindar dari bencana.
“Jikalau sekiranya penduduk suatu kampung atau negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, …”
Langit
bukan menurunkan hujan yang membawa mala petaka banjir sebagaimana yang
terjadi di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya pada pekan lalu. Rumah-rumah
terendam banjir, macet di mana-mana, bahkan menyeret korban seorang
mahasiswi yang mencoba menghindari banjir malah terseret air di
gorong-gorong terbawa arus air sampai puluhan kilo meter dan meninggal
dunia…
Bumi bukan memuntahkan awan panas yang melelehkan kulit
karena panasnya sampai lebih dari 600 derajat celcius… bumi bukan
lari-lari atau bergoyang atau gempa, yang hari-hari ini terjadi di
banyak tempat, di Maluku, Sulawesi, Lampung, Sumatera…
Laut bukan
memuntahkan gelombang setinggi 8 meter yang menghanyutkan semua yang
dilaluinya… tsunami menggulung semua yang diterjangnya, kecuali masjid
tempat bersujud hamab-hamba Allah swt.
Bencana ada di sekitar
kita, kebakaran di mana-mana, letusan tabung gas masih menelan korban…
rasa aman tercerabut dari lingkungan kita.
Bencana itu karena
sikap manusia yang mendustakan firman-firman Allah, tidak mempercayai
aturan dan syariat Allah dan tidak melaksanakannya. “tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Kehidupan
ini ada pada Genggaman Allah swt. Dialah Dzat Pencipta, Pengatur alam
mayapada ini. Dengan sangat mudah Allah swt. menunjukkan kekuatan dan
kekuasaan-Nya. Allah swt. tinggal berucap “Kun! fayakun”.
Ketika Allah swt. sudah menunjukkan kekuatan dan kekuasan-Nya, tidak ada
yang dapat menolak dan menghindarinya. Tidak ada rasa aman dari makar
Allah, dari murka dan bencana-Nya. “Maka Apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka
di malam hari di waktu mereka sedang tidur? sebagaimana yang terjadi di Mentawai…
Atau
Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka
sedang bermain? sebagaimana yang terjadi di Wasior atau
juga yang terjadi di sekitar gunung Merapi –yang bahkan terjadi pada
siang dan malam hari-…
Tidak ada tempat untuk lari dari makar
Allah. Manusia dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya bahkan
teknologi yang dikuasainya tidak mampu menghindar dari bencana yang
terjadi.
Kita dengar dan lihat ketika teknologi manusia mengatakan
wilayah aman dari bencana awan panas merapi berjarak 10KM, kemudian
direvisi lagi 15KM… jarak itupun tidak aman, bahkan puluhan meninggal
karena berada di sekitar diradius itu… terkena awan panas, semua hangus
terbakar, binatang, pohon-pohon, bangunan-bangunan dan semua yang
dilewati awan panas. Kemudian direvisi lagi, jarak aman berada di radius
20KM dari puncak gunung merapi. “Maka Apakah mereka merasa aman
dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan
azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30)
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” Syuro/42:30
(
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ )
[الروم: 41]
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” QS. Rum/30:41
Kembali kepada Allah
Umat manusia harus sadar, segera kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya. Allah swt. berfirman:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ
“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah.” QS. Adz-Dzariat:50
وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى
“Dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).“ QS. Thaaha:84
حم
(1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2) غَافِرِ
الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (3)
1. Haa Miim.
2. diturunkan kitab ini (Al Quran) dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,
3. yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). QS. Ghafir/Mukmin/40:1-3
Dalam
ayat ini Allah swt menunjukkan kasih-sayang-Nya jauh lebih besar
dibanding murka-Nya. Coba kita lihat, Allah hanya menyebut sekli
murkaNya “Syadidil ‘iqabi” di antara tiga Sifat kasih-sayang Allah,
yaitu Maha Pengampun, Penerima taubat hamba-hamba-Nya dan yang banyak
karunia-Nya.
Iman, Amanah dan Aman
Selanjutnya
umat manusia harus membuktikan iman dan taqwa dengan sebenarnya. Iman
bahwa bahwa dibalik kehidupan ini ada yang mengatur dan memiliki
segalanya. Dialah Allah ‘Azza wa Jalla. Aturan-aturan-Nya harus diikuti.
Hukum alam-Nya harus dijaga. Iman bahwa janji Allah pasti benar.
Kata iman, amanah dan aman
adalah berasal dari satu akar kata dari Bahasa Arab. Iman di atas
diimplementasikan dalam menjalankan amanah yang diembannya. Siapapun
kita, apapun profesinya pasti mengemban amanah ini.
Sebagai
seorang ayah dalam keluarga atau sebagai kepala rumah tangga yang
diamanahi anak dan istri hendaknya melaksanakan amanah itu dengan
sejujurnya.
Sebagai profesional atau pekerja, hendaknya melaksanakan amanah yang dijalaninya dengan sebenarnya.
Sebagai dosen atau mahasiswa atau pelajar, hendaknya menjalankan amanah keilmuan dengan sejujurnya.
Sebagai public figur hendaknya menggunakan amanah dan titipan popularitas dengan bertanggungjawab.
Sebagai pegiat media massa, harus menjalankan amanah profesi dengan jujur dan bertanggungjawab.
Sebagai
wakil rakyat harus menggunakan amanah yang diembannya dengan jujur dan
bertanggungjawab, juga sebagai teladan dalam kebaikan.
Sebagai
pemimpin, dalam ragam level, mulai dari ketua RT, RW, lurah, camat,
bupati, wali kota, gubenur bahkan presiden sekalipun hendaknya
menjalankan amanah kepemimpinannya dengan serius dan bertanggungjawab,
juga sebagai teladan dalam setiap kebaikan.
Sebagai apapun kita, amanah itu melekat dalam diri kita.
كُلُّكُمْ
رَاعٍ ومَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ
رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى
أَهْلِهِ ، ومَسْئُولٌ عَنْهُمْ ، وَامْرَأَةُ الرَّجُلِ رَاعِيَةٌ عَلَى
بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُ ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ ، أَلا كُلُّكُمْ رَاعٍ ،
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .
Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang
dipimpinnya. Seorang pejabat yang mengurus rakyatnya adalah pemimpin dan
bertanggungjawab atas rakyatnya. Laki-laki adalah pemimpin di rumah
tangganya, dan ia bertanggungjawab atasnya. Perempuan atau seorang
istri adalah pemelihara di rumah suaminya, ia dimintai
pertanggungjawaban atasnya. Seorang budak adalah penjaga harta tuannya,
ia dimintai tanggungjawab atasnya. Ingatlah setiap kalian adalah
pemimpin, dan setiap kalian dimintai tanggungjawab atas yang
dipimpinnya.” Hadits Sahish riwayat Ibnu Hibban, bab Khilafah dan Imarah, jilid 18, halaman 480.
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90) وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا
عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ
جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا
تَفْعَلُونَ (91)
90. Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.
91. dan tepatilah Perjanjian dengan Allah
apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu)
itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu perbuat” An-Nahl:90-91
Rasulullah saw. bersabda:
“مَا
مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ
غَاشًّا لِرَعِيَّتِهِ إِلا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ”
“Tiada
seorang hamba yang Allah beri amanah mengurus rakyat, ia meninggal
dalam keadaan menipu terhadap rakyatnya, kecuali Allah haramkan baginya
masuk surga. Muttafaqun alaih
Ketika iman sudah benar, yaitu
dengan dijalankannya amanah masing-masing, maka secara otomatis rasa
aman akan mewujud. Allah swt. berfirman:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (82)
82.
orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-An’am:82
Yang
kedua adalah taqwa yang sejujurnya, yaitu dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya sesuai dengan kemampuan kita. Sejujur taqwa dengan
meninggalkan seluruh larangan-larangan-Nya, sekecil apapun itu, karena
hanya akan membawa petaka dan mengundang bencana.
بارك
الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم،
وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو
الغفور الرحيم
Posting Komentar