Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Sejenak
kita merenung perjalanan kehidupan umat Islam di bumi nusantara ini.
Saat abad pertama hijriyah atau abad tujuh masehi, para pedagang Arab
yang terkenal dengan istilah Gujarat memasuki bumi nusantara ini untuk
berdagang dan menyebarkan agama Islam. Agama Islam dibawa mereka dengan
cara damai dan terbuka, Islam rahmatan lilalamin. Masyarakat
pribumi terpesona dengan akhlak para pedagang yang sekaligus Dai
ilallah. Mereka masuk Islam dengan suka rela, padahal sebelumnya mereka
tidak mengenal Tuhan, menyembah roh, bebatuan, pepohonan. Agama nenek
moyang kita dahulu dinamakan animisme dan dinamisme.
Dakwah Islam itu dilanjutkan oleh para auliyaaullah
atau Wali Songo. Terutama di kawasan Jawa. Perlahan Islam dianut oleh
masyarakat di seluruh nusantara. Sampai akhirnya Islam menjadi agama
mayoritas di negeri ini. Bahkan saat kolonialisme Barat menyerbu bumi
nusantara, para pahlawan muslim-lah yang membebaskan negeri ini dari
penjajahan dengan pekikan lantang Takbir, Allaaahu Akbar.
Islam
masuk bumi nusantara ini berkat sentuhan para Dai ilallah, dilanjutkan
oleh para Wali Songo, dimerdekakan oleh para pahlawan muslim. Sampai
hari ini faktanya Indonesia menjadi Negara berpenduduk Muslim terbesar
di seluruh dunia.
Melanjutkan Perjuangan Pendahulu
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Alhamdulillah,
Indonesia sudah merdeka secara fisik. Hampir 68 tahun kita sudah
memperingati kemerdekaan tersebut. Namun, jika kita mau terbuka,
ternyata kita belum merdeka secara hakiki. Kita belum merdeka secara
ekonomi, pendidikan, politik, sosial, dan budaya. Ekonomi kita masih
dikuasai pihak Asing, kekayaan alam kita masih dinikmati pihak Asing.
Pendidikan kita masih tambal sulam dan mahal, bahkan ada lembaga
pendidikan Asing yang tidak bisa disentuh oleh pemerintahan kita meski
terjadi banyak pelecehan seksual terhadap anak-anak. Secara politik,
Indonesia masih belum mandiri dan masih disetir pihak Asing (lihatlah
bagaimana kepentingan Asing itu mendekati capres sekarang ini). Secara
sosial di negeri ini masih terjadi ketimpangan juga tindak pidana
narkoba, sangat mengerikan. Keamanan sekarang ini pada titik nadir,
banyak kriminalitas di sekitar kita. Secara budaya, kita di jajah oleh
budaya Barat yang mempertontonkan kehidupan materialisme dan hedonisme
atau serba boleh.
Tanggung jawab kita sebagai Muslim sekarang ini
adalah melanjutkan dakwah para pendahulu kita, agar negeri ini menjadi
merdeka secara hakiki. Merdeka secara hakiki itu berarti masyarakatnya
mampu melaksanakan ibadah secara baik, mengenyam kesejahteraan dan
kemakmuran, dan mendapatkan jaminan stabilitas keamanan.
Itulah yang dirasakan oleh bangsa Arab sampai saat ini. Allah swt berfirman:
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ ﴿١﴾ إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ ﴿٢﴾ فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَـٰذَا الْبَيْتِ ﴿٣﴾
الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ ﴿٤﴾
“Karena
kebiasaan orang-orang Quraisy. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada
musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan
Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy:1-4)
Pengalaman
khatib saat studi di Mekah selama satu tahun. Di sana pendidikan
gratis, fasilitas dipenuhi, bahkan mendapatkan beasiswa bulanan dalam
jumlah lumayan besar. Itu bagi mahasiswa asing, bagaimana dengan
mahasiswa pribumi, tentu mereka sekolah dan kuliah mendapatkan beasiswa
yang besar. Kesehatan di sana gratis dengan fasilitas maju.
Infrastruktur bagus; jalanan lebar dan bagus., seperti jalan tol-nya
kita bahkan lebih bagus mereka, tapi tak berbayar. Masyarakat mereka
sejahtera. Padahal kekayaan mereka hanya minyak. Gunung mereka bebatuan.
Tanah mereka tandus. Lautan mereka tidak seberapa.
Menuju Indonesia Berkah
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Kita
bangsa Indonesia ini kaya raya, memiliki segalanya. Tanah kita subur
makmur; tongkat dilempar menjadi tanaman. Gunung kita emas,
dieksploitasi sampai anak cucu kita tidak akan habis, seperti yang
berada di Papua. Gunung kita pepohonan lebat menjulang, itu berarti
kertas dan kayu. Itu semua adalah duit. Lautan kita banyak titik minyak
juga jutaan spesies ikan. Minyak kita ada sekitar 150 titik dan yang
baru dieksplorasi 60-an titik. Jutaan spesies ikan mestinya menjadikan
para nelayan sejahtera, bukan setiap hari ikan-ikan kita dicuri oleh
Asing dengan kapal-kapal canggih. Indonesia lebih kaya dibandingkan
Negara-negara Timur Tengah, karena Allah sengaja menyiapkan bumi ini
untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah swt. berfirman:
إِنَّ الأَرْضَ لِلّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya
bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskannya kepada siapa yang
dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf:128)
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
“Dan
sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. Al-Ambiya’:105)
Bumi
nusantara ini dari Sabang sampai Merauke adalah milik Allah, diwariskan
bagi hamba-hamba-Nya yang Beriman, Shalih, dan Bertaqwa. Menuju
Indonesia yang baldathun thayyibatun wa Rabbun Ghafuur. Rakyat
bisa sekolah dengan gratis sampai perguruan tinggi. Rakyat bisa berobat
tanpa dipungut biasa sepeserpun. Rakyat kita menikmati pembangunan
fisik dan infrastruktur dengan nyaman. Rakyat kita mendapatkan
kesejahteraan dan kemakmuran. Rakyat kita merasakan keamanan.
Memilih Pemimpin
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Dalam
waktu dekat bangsa Indonesia akan menyelengarakan pemilu presiden,
tanggal 9 Juli 2014, saat umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Saat itulah umat Islam wajib menentukan pilihannya sebagai bentuk
tanggung jawab dan peran melanjutkan dakwah yang sudah dilakukan oleh
para pendahulu kita. Sebab, presiden dengan pemerintahannya akan
menentukan nasib umat Islam dan bangsa ini. BBM naik itu tergantung
presiden, cabai naik itu tergantung presiden, narkoba dibasmi itu
tergantung presiden, perzinahan dibasmi itu tergantung presiden.
Pendidikan gratis itu tergantung presiden, kesehatan gratis itu
tergantung presiden, infrastruktur bagus itu tergantung presiden.
Indonesia maju makmur sejahtera itu tergantung presiden dan tentu
pemerintahannya serta didukung parlemen.
Umat Islam harus memilih
pemimpin yang baik agamanya, jelas keberpihakannya pada umat Islam, dan
didukung oleh ormas dan parpol Islam. Bukan memilih pemimpin yang tidak
jelas agamanya, atau kelompok yang jelas-jelas memusuhi umat Islam,
seperti mereka yang telah menolak UU Pendidikan, UU Pornografi, UU
Jaminan Halal, UU Perbankan Islam dst. umat Islam harus memilih pemimpin
yang lebih mendekati pada kriteria kepemimpinan dalam Islam, yaitu
Muslim, Mukmin, Shalih, dan Bertaqwa.
Allah swt berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al-A’raf:96)
Memilih pemimpin tidak
sekedar yang Muslim secara KTP saja, karena sepanjang perjalanan
kepemimpinan bangsa Indonesia ini selalu dipimpin oleh Muslim, tapi
sampai saat ini bangsa ini masih belum sesuai yang diharapkan bersama
seperti yang saya uraikan di atas. Karena itu, kita tidak sekedar
memilih pemimpin yang Muslim, karena Allah swt pernah menolak klaim
orang Arab badui yang mengaku beriman. Allah swt berfirman:
قَالَتِ
الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا
أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ
تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Orang-orang Arab
Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum
beriman, tapi katakanlah ´kami telah tunduk´, karena iman itu belum
masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
Dia tak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:14)
Semoga
umat Islam di Indonesia melek politik. Politik adalah bagian dari
agama. Politik bagian dari kehidupan umat Islam, satu kesatuan tidak
terpisahkan. Jangankan memilih presiden, makan saja Islam mengaturnya.
Jangankan politik, ke WC saja Islam mengaturnya. Jika yang remeh-temeh
saja Islam memberi bimbingan, maka hal yang besar dan menentukan nasib
jutaan umat manusia, Islam jauh lebih memperhatikan dan memberikan
arahannya.
Semoga negeri yang kita cintai ini menjadi negeri “baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur; negeri yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo.” Aamiin
بارك الله لي ولكم في القرأن العظيم, ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم, وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم
Posting Komentar